Review Film Top Gun: Maverick

Rabu, 25 Mei 2022 - 15:29 WIB
loading...
Review Film Top Gun: Maverick
Top Gun: Maverick membawa kisah dan konflik baru dengan dukungan adegan laga menakjubkan. Foto/Paramount Pcitures
A A A
JAKARTA - Siapa pun yang pernah menonton Top Gun yang dirilis pada 1986, sangat mungkin akan terpuaskan saat menonton sekuelnya, Top Gun: Maverick.

Butuh waktu 36 tahun bagi Tom Cruise untuk mau kembali menjadi Pete "Maverick" Mitchell. Padahal, permintaan sekuel sudah bertahun-tahun yang lalu datang padanya, bukan cuma dari penggemar film Top Gun, tapi juga dari produser dua film tersebut, Jerry Bruckheimer.

Permintaan mereka bukan tanpa alasan. Top Gun bukan cuma membuat karier Tom dan sutradara Tony Scott melejit, tapi juga cuan yang didapat dari film itusangat luar biasa. Dari biaya produksi USD15 juta, mereka bisa meraup pendapatan ratusan lipat dengan angka USD357,1 juta.

Namun, ada hal paling krusial bagi Tom Cruise yang harus dipenuhi Jerry dan Paramount Pictures agar ia mengiyakan tawaran itu. Pertama adalah cerita yang tepat. Kedua dan yang paling ditekankan oleh aktor berusia 59 tahun itu adalah tentang cara syutingnya.

"Kalau aku ambil ini, maka kita syuting semuanya dengan benar. Aku ada di F/A-18. Titik," ujar Tom pada Paramount, mengutip PA News.

Review Film Top Gun: Maverick

Foto: Paramount Pictures

F/A-18 adalah pesawat jet tempur milik Angkatan Laut Amerika Serikat yang dalam film disebut sebagai pesawat yang dipakai oleh Maverick dan timnya. Tom pada akhirnya memang benar-benar duduk di cockpit jet tersebut, dan gambarnya diambil saat ia duduk di sana, meskipun sang aktor tidak dibolehkan menerbangkannya untuk kepentingan syuting.

Tom Cruise memang sudah dikenal luas ogah menggunakan CGI berlebihan dalam film-film yang dibintanginya. Begitu pun yang ia lakukan untuk Top Gun: Maverick. Meskipun sutradara film ini adalah Joseph Kosinski yang dikenal lihai dalam membuat CGI dalam film laga, tapi Tom memutuskan ia dan para pemain inti harus latihan terbang dulu selama tiga bulan sebelum syuting.

Bintang film waralaba Mission: Impossible itu pula yang merancang sendiri program latihan untuk para pemain. Mengutip National World, programnya terdiri dari latihan evakuasi di bawah air, latihan terbang, dan menerbangkan pesawat. Mereka juga menjajal Aero L-39 Albatros, dan merasakan ikut terbang dalam F-18 Super Hornet.


Adegan Laga yang Jauh Lebih Memukau

Dengan segala latihan ini, Top Gun: Maverick mampu menyajikan adegan laga terbang yang benar-benar memanjakan mata. Penonton bisa melihat mereka benar-benar berada di dalam cockpit dan terbang, karena memang itulah yang terjadi saat syuting.

Baca Juga: Tips Nonton Top Gun 2 Buat yang Belum Menonton Film Pertamanya

Tim produksi menempatkan berbagai kamera di dalam cockpit agar bisa menangkap ekspresi pemain dan suasana asli di udara. Para pemain bahkan harus belajar sinematografi singkat karena mereka harus bisa merekam adegan mereka sendiri saat berada di atas pesawat tanpa kru film.

Review Film Top Gun: Maverick

Foto: Paramount Pictures

Ini jauh berbeda dengan Top Gun versi 1986 saat Tom dan para pemainnya hanya berpura-pura terbang dan berada di atas langit. Jadi, kalau kamu sudah hafal betul kualitas adegan-adegan laga dari film-film yang dibintangi Tom Cruise, tak perlu lagi meragukan keseruan adegan laga Top Gun: Maverick. Menontonnya di studio IMAX akan membuat pengalaman menonton lebih terasa spektakuler.


Cerita yang Penuh Nostalgia, juga Kuat

Soal cerita, Tom Cruise juga tak berbohong saat ia mengatakan dirinya hanya mau kembali menjadi Maverick kalau ceritanya tepat. Seperti bisa ditebak, Maverick kini menjadi instruktur di sekolah Top Gun. Namun alasan penempatannya itu yang mungkin tak diduga penonton film pertamanya.

Setelah puluhan tahun, karier Maverick ternyata mandek. Dari letnan, kini ia baru menjadi kapten. Sementara Iceman (Val Kilmer), rekan seangkatannya, sudah menjadi jenderal bintang empat sekaligus pemimpin U.S. Pacific Fleet. Iceman lah yang memerintahkan agar Maverick menjadi pengajar, meski bawahannya tak suka dengan reputasi Maverick selama ini.

Penyebabnya apalagi kalau bukan berbagai masalah yang kerap ditimbulkan Maverick. Ya, Maverick memang tidak berubah sama sekali. Ia tetap jadi sosok pembangkang yang senang melanggar aturan. Ini pun langsung tergambar dalam adegan pembuka Top Gun: Maverick, dan terus terjadi sepanjang film.

Namun justru itulah yang membuat ia yakin bahwa misi mustahilnya bersama para muridnya bisa berhasil. Misi mustahil itu adalah menghancurkan fasilitas uranium bawah tanah milik musuh (tanpa diketahui identitas negaranya).

Review Film Top Gun: Maverick

Foto: Paramount Pictures

Fasilitas itu tersembunyi di dalam ngarai pegunungan, yang untuk mencapainya tanpa ketahuan, mereka harus terbang jauh di bawah batas normal, dan misinya harus selesai dalam waktu kurang dari tiga menit.

Tentu saja, kalau ceritanya tentang misi ini saja, Top Gun: Maverick hanya berakhir sebagai film laga saja. Supaya lebih dramatis dan mengandung nilai nostalgia, tim penulis skenario Ehren Kruger, Eric Warren Singer, dan Christopher McQuarrie lantas membawa cerita luka masa lalu. Anak Goose, pilot pendamping Maverick pada film pertama, dihadirkan kembali.

Sang anak, Rooster (Miles Teller), kini menjadi pilot, bahkan menjadi murid Maverick di program Top Gun. Rooster menyimpan kekesalan pada Maverick, sementara Maverick masih belum sembuh betul luka hatinya karena kehilangan sahabat sekaligus rekan kerja. Ia tidak mau Rooster celaka, tapi anak itu ngotot ingin menjadi pilot tempur yang hebat.

Baca Juga: Perbedaan dan Persamaan Top Gun: Maverick dengan Film Pertamanya

Review Film Top Gun: Maverick

Foto: Paramount Pictures

Tak cuma urusan hubungan Maverick dan Rooster, berbagai momen-momen ikonis dalam Top Gun juga dimunculkan kembali dalam film ini. Mulai dari lagu, adegan, hingga konsep cerita seperti rivalitas antarmurid di sekolah.

Dengan bentuk cerita seperti ini, penonton lama Top Gun bukan hanya bisa bernostalgia, tapi juga menikmati rasa baru dari Top Gun versi baru yang jauh lebih nendang. Bahkan bumbu humor pun lebih banyak ditabur dibanding film pertamanya. Hasilnya, film ini benar-benar sangat menghibur dari berbagai sisi.

Kalau pun harus ada keluhan, mungkin adalah karakter Maverick yang tetap keras kepala dan egois meski usianya sudah tak muda lagi. Namun sikap ini juga masih bisa dimaklumi, karena filmnya sempat menyinggung soal "manusia yang akan tergantikan oleh mesin" serta "teknologi lama vs teknologi baru". Maverick adalah simbol segala hal terkait masa lalu, tapi dengan sikap keras kepalanya itu, toh ia tetap unggul di antara yang lebih canggih dan modern.

Review Film Top Gun: Maverick

Foto: Paramount Pictures

Karakter Penny Benjamin, gebetan masa lalu Maverick, juga seolah digambarkan hanya sebagai pemanis alias bumbu romansa saja. Rasanya seperti sia-sia memasang aktris peraih piala Oscar Jennifer Connelly untuk peran ini.

Namun jika ini dimaksudkan untuk sebuah sekuel baru tanpa Maverick sebagai bintang utamanya, bisa saja ini menjadi pilihan yang tepat. Namun apakah sekuel tersebut benar-benar bisa terjadi, dan apakah perlu menunggu belasan hingga puluhan tahun untuk terjadi, itu yang harus kita tunggu.

(ita)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1504 seconds (0.1#10.140)