10 Film Marvel Paling Jelek dalam 10 Tahun Terakhir
loading...
A
A
A
Film Marvel bukan hanya sebatas yang masuk franchise Marvel Cinematic Universe (MCU). Ada film lain yang diangkat dari komik Marvel yang tidak masuk franchise ini. Namun, tidak semuanya sukses memukau penonton dan kritikus film.
Dalam 10 tahun terakhir, MCU telah berkembang menjadi salah satu franchise film terbesar di dunia. Di sisi lain, film-film yang diangkat dari komik Marvel juga dikembangkan di luar franchise ini. Tapi, tidak semua film itu diterima dengan baik oleh penonton dan kritikus.
Rotten Tomatoes, situs aggregator ulasan film dan televisi, telah mendata film-film Marvel yang terbaik dan terburuk, baik MCU atau pun non-MCU. Hingga saat ini, film Marvel terbaik di situs ini adalah Spider-Man: Into the Spider-Verse, disusul Black Panther. Film Marvel terjelek adalah film-film yang mendapatkan rating rendah di situs ini. Apa saja film Marvel paling jelek dalam 10 tahun terakhir menurut Rotten Tomatoes? Berikut ulasannya!
10. Venom: Let There Be Carnage — 2021 (59%)
Meskipun dianggap menjadi perbaikan dari sebelumnya, Venom: Let There Be Carnage juga menerima review negatif atas ceritanya yang terlalu cepat. Film itu mengisahkan tentang Eddie Brock dan Venom yang secara tidak sengaja menciptakan simbiot Carnage yang terikat dengan Cletus Kassidy. Keduanya kemudian memutuskan mengejar Venom dan Eddie.
Pujian ditujukan kepada duo utama yang disfungsional dan kecenderungan mereka bertingkah seperti pasangan yang melalui tahap putus. Aspek negatifnya termasuk kurang dalamnya kaakter pendukung. Selain itu, simbiot Carnage juga muncul sebagai penjahat monster besar tanpa tujuan nyata selain sekadar menjadi jahat.
9. The Amazing Spider-Man 2 — 2014 (52%)
Ada banyak alasan mengapa Amazing Spider-Man 2 tidak sejelek kalau ditonton lagi. Tapi, ketika film itu dirilis, kritikus banyak yang tidak terkesan dengannya. Film itu dikritik karena menampilkan terlalu banyak penjahat dan setup untuk semesta sinematik, yang malah menjauhkan ancaman Electro dan mengubahnya menjadi penjahat kelas rendahan.
Ada pujian terhadap penampilan Andrew Garfield dan Emma Stone di film ini. Kisah cinta antara Peter dan Gwen disoroti sebagai titik terkuat. Tapi, poin negatifnya sepertinya lebih berat dari positifnya. Ini karena plot yang terlalu rumit atas penyakit Harry Osborn dan perubahan mendadaknya menjadi Green Goblin tidak pas dengan ceritanya.
8. X-Men: Apocalypse — 2016 (47%)
Memang akan selalu sulit untuk menandingi puncak kritis X-Men: Days of Future Past. Film setelahnya dikritik karena berusaha membuat cerita kebaikan versus kejahatan menjadi sesuatu yang besar. Para pengulas film juga tidak meranking penjahat X-Men di film ini dengan baik, karena Apocalypse tidak punya kepribadian.
Sejumlah orang merasa chemistry antara cast muda tidak diterjemahkan dengan baik di layar. Karakter utama seperti Profesor X dan Magneto terasa tidak dimanfaatkan dengan baik. Ada penilaian positif terhadap adegan action dan penggambaran Quicksilver yang mengindikasikan kalau film itu tidak menghidupkan potensi yang dipunyainya.
7. Eternals — 2021 (47%)
MCU terlihat kebal terhadap review buruk sampai film Rotten pertamanya muncul. Kritikus merasa ada banyak hal yang seharusnya diperbaiki Eternals demi menjustifikasi masa depan karakter di serial ini. Cerita tentang makhluk abadi yang hidup seperti manusia tidak terkait, karena para pengulas film merasa itu tidak logis.
Lebih dari yang lain, presentasi Eternals-lah yang mengontribusi penerimaan yang buruk itu. Sebagian besar film itu didedikasikan untuk karakter yang membahas masa lalu mereka. Karena penonton tidak tahu siapa orang-orang itu sebelum film ini, eksposisi ini tidak berdampak bagi penggemar.
6. The New Mutants — 2020 (36%)
Tidak ada yang mengindikasikan kalau film bertema horor akan klop dengan gaya serial film X-Men. Tapi, The New Mutants malah menjadi tembakan kreatif yang salah. Premis karakter disfungsi yang berusaha lari dari penyekapan dengan menggunakan kekuatan mereka memang menarik. Tapi, ini tidak berhasil karena tidak satu pun karakter itu menarik.
Sebagian besar kritik ditujukan kepada kepribadian yang dilanda amarah yang tidak pas dengan tema horor yang dimaksudkan. Penundaan The New Mutants berkali-kali terbukti di produk akhirnya. Banyak suntingan yang tidak pas dengan arah cerita di adegan sebelumnya ke di mana semuanya berpuncak.
5. Venom — 2018 (30%)
Sony’s Spider-Man Universe (SSU) dimulai dengan Venom. Film ini sukses di box office dengan meraup USD856 juta di seluruh dunia. Tapi, seiring berjalannya cerita, pengulas film tidak terlalu terkesan dengan bagaimana nyamannya Venom terikat dengan Eddie Brock dan memutuskan melawan rencana sejenisnya untuk memakan ras manusia.
Sebagian besar review positif disematkan kepada penampilan Tom Hardy sebagai pemeran utama. Penggambaran Tom terhadap Eddie yang dilanda kecemasan sangat menghibur penonton. Cerita yang sederhana membuat kecewa kritikus yang mengharapkan kedalaman lebih di film superhero karena MCU. Venom akhirnya menerima review yang jauh lebih negatif.
4. X-Men: Dark Phoenix — 2019 (22%)
Entri di serial X-Men ini menua dengan lebih buruk sekarang ketimbang review jeleknya saat dirilis. Sutradara Simon Kinberg terlalu mengumbar janji menjelang perilisan film ini dan memberikan terlalu sedikit Saga Phoenix di filmnya. Garis besar Dark Phoenix adalah para karakter meminta Jean menolak kekuatannya yang berlebihan. Tapi, Jean malah menyerang mereka.
Aspek yang sama diulang-ulang di film itu dengan karakter berbeda menemui hasil yang sama. Para pengulas film pun bisa dipahami mengapa bereaksi tidak suka. Dark Phoenix pun dianggap sebagai pamitan yang buruk pada serial itu sebelum X-Men resmi masuk MCU. Film ini bahkan dirating lebih jelek ketimbang X-Men: The Last Stand, yang sebelumnya juga mengangkat cerita Saga Phoenix.
3. Ghost Rider: Spirit of Vengeance — 2012 (18%)
Nicolas Cage punya kekuatan daya tarik luar biasa yang artinya penggemar akan pergi ke bioskop sejelek apa pun filmnya. Film ini mengisahkan Johnny Blaze yang menjaga keselamatan seorang bocah yang terjebak di tengah konspirasi setan. Film itu jadi bergaya relatif kocak ketimbang memainkan kehadiran karakter yang menakutkan itu.
2. Morbius — 2022 (16%)
Morbius adalah film superhero terakhir yang menderita kemarahan kritikus. Mereka mencaci cerita tidak masuk akal karakter utama dan temannya yang menjadi vampir hidup setelah menyembuhkan penyakit darah mereka. Selain itu, usaha Morbius untuk tampil sebagai film horor tidak berhasil.
Film itu akan jadi lebih baik dengan konsisten pada gaya yang lebih komedik seperti film Venom. Ini karena sifat serius film ini membuat Morbius jadi membosankan. Pandangan lebih negatif diarahkan pada usaha gagal untuk membentuk Sony’s Spider-Man Universe (SSU). Kehadiran Vulture versi MCU ke semesta ini dianggap sebagai fan service yang terlalu garing.
1. Fantastic Four — 2015 (9%)
Perilisan Fantastic Four mengokohkan anggapan kalau MCU adalah puncak distribusi film Marvel. Film itu punya premis yang sama seperti serial sebelumnya di mana anggota Fantastic Four mendapatkan kekuatannya. Tapi, masalah terbesarnya adalah kurangnya humor dan ketegangan.
Tim Fantastic Four populer karena materinya yang menampilkan banyak tawa dan karakter yang ringan. Sementara, filmnya malah kesebalikannya. CGI The Thing adalah poin lain yang dicaci maki penonton, yang menganggap penampilannya menggelegar. Penerimaan buruk ini membuat sekuelnya dibatalkan. Fantastic Four diharapkan muncul di MCU.
Dalam 10 tahun terakhir, MCU telah berkembang menjadi salah satu franchise film terbesar di dunia. Di sisi lain, film-film yang diangkat dari komik Marvel juga dikembangkan di luar franchise ini. Tapi, tidak semua film itu diterima dengan baik oleh penonton dan kritikus.
Rotten Tomatoes, situs aggregator ulasan film dan televisi, telah mendata film-film Marvel yang terbaik dan terburuk, baik MCU atau pun non-MCU. Hingga saat ini, film Marvel terbaik di situs ini adalah Spider-Man: Into the Spider-Verse, disusul Black Panther. Film Marvel terjelek adalah film-film yang mendapatkan rating rendah di situs ini. Apa saja film Marvel paling jelek dalam 10 tahun terakhir menurut Rotten Tomatoes? Berikut ulasannya!
10. Venom: Let There Be Carnage — 2021 (59%)
Meskipun dianggap menjadi perbaikan dari sebelumnya, Venom: Let There Be Carnage juga menerima review negatif atas ceritanya yang terlalu cepat. Film itu mengisahkan tentang Eddie Brock dan Venom yang secara tidak sengaja menciptakan simbiot Carnage yang terikat dengan Cletus Kassidy. Keduanya kemudian memutuskan mengejar Venom dan Eddie.
Pujian ditujukan kepada duo utama yang disfungsional dan kecenderungan mereka bertingkah seperti pasangan yang melalui tahap putus. Aspek negatifnya termasuk kurang dalamnya kaakter pendukung. Selain itu, simbiot Carnage juga muncul sebagai penjahat monster besar tanpa tujuan nyata selain sekadar menjadi jahat.
9. The Amazing Spider-Man 2 — 2014 (52%)
Ada banyak alasan mengapa Amazing Spider-Man 2 tidak sejelek kalau ditonton lagi. Tapi, ketika film itu dirilis, kritikus banyak yang tidak terkesan dengannya. Film itu dikritik karena menampilkan terlalu banyak penjahat dan setup untuk semesta sinematik, yang malah menjauhkan ancaman Electro dan mengubahnya menjadi penjahat kelas rendahan.
Ada pujian terhadap penampilan Andrew Garfield dan Emma Stone di film ini. Kisah cinta antara Peter dan Gwen disoroti sebagai titik terkuat. Tapi, poin negatifnya sepertinya lebih berat dari positifnya. Ini karena plot yang terlalu rumit atas penyakit Harry Osborn dan perubahan mendadaknya menjadi Green Goblin tidak pas dengan ceritanya.
8. X-Men: Apocalypse — 2016 (47%)
Memang akan selalu sulit untuk menandingi puncak kritis X-Men: Days of Future Past. Film setelahnya dikritik karena berusaha membuat cerita kebaikan versus kejahatan menjadi sesuatu yang besar. Para pengulas film juga tidak meranking penjahat X-Men di film ini dengan baik, karena Apocalypse tidak punya kepribadian.
Sejumlah orang merasa chemistry antara cast muda tidak diterjemahkan dengan baik di layar. Karakter utama seperti Profesor X dan Magneto terasa tidak dimanfaatkan dengan baik. Ada penilaian positif terhadap adegan action dan penggambaran Quicksilver yang mengindikasikan kalau film itu tidak menghidupkan potensi yang dipunyainya.
7. Eternals — 2021 (47%)
MCU terlihat kebal terhadap review buruk sampai film Rotten pertamanya muncul. Kritikus merasa ada banyak hal yang seharusnya diperbaiki Eternals demi menjustifikasi masa depan karakter di serial ini. Cerita tentang makhluk abadi yang hidup seperti manusia tidak terkait, karena para pengulas film merasa itu tidak logis.
Lebih dari yang lain, presentasi Eternals-lah yang mengontribusi penerimaan yang buruk itu. Sebagian besar film itu didedikasikan untuk karakter yang membahas masa lalu mereka. Karena penonton tidak tahu siapa orang-orang itu sebelum film ini, eksposisi ini tidak berdampak bagi penggemar.
6. The New Mutants — 2020 (36%)
Tidak ada yang mengindikasikan kalau film bertema horor akan klop dengan gaya serial film X-Men. Tapi, The New Mutants malah menjadi tembakan kreatif yang salah. Premis karakter disfungsi yang berusaha lari dari penyekapan dengan menggunakan kekuatan mereka memang menarik. Tapi, ini tidak berhasil karena tidak satu pun karakter itu menarik.
Sebagian besar kritik ditujukan kepada kepribadian yang dilanda amarah yang tidak pas dengan tema horor yang dimaksudkan. Penundaan The New Mutants berkali-kali terbukti di produk akhirnya. Banyak suntingan yang tidak pas dengan arah cerita di adegan sebelumnya ke di mana semuanya berpuncak.
5. Venom — 2018 (30%)
Sony’s Spider-Man Universe (SSU) dimulai dengan Venom. Film ini sukses di box office dengan meraup USD856 juta di seluruh dunia. Tapi, seiring berjalannya cerita, pengulas film tidak terlalu terkesan dengan bagaimana nyamannya Venom terikat dengan Eddie Brock dan memutuskan melawan rencana sejenisnya untuk memakan ras manusia.
Sebagian besar review positif disematkan kepada penampilan Tom Hardy sebagai pemeran utama. Penggambaran Tom terhadap Eddie yang dilanda kecemasan sangat menghibur penonton. Cerita yang sederhana membuat kecewa kritikus yang mengharapkan kedalaman lebih di film superhero karena MCU. Venom akhirnya menerima review yang jauh lebih negatif.
4. X-Men: Dark Phoenix — 2019 (22%)
Entri di serial X-Men ini menua dengan lebih buruk sekarang ketimbang review jeleknya saat dirilis. Sutradara Simon Kinberg terlalu mengumbar janji menjelang perilisan film ini dan memberikan terlalu sedikit Saga Phoenix di filmnya. Garis besar Dark Phoenix adalah para karakter meminta Jean menolak kekuatannya yang berlebihan. Tapi, Jean malah menyerang mereka.
Aspek yang sama diulang-ulang di film itu dengan karakter berbeda menemui hasil yang sama. Para pengulas film pun bisa dipahami mengapa bereaksi tidak suka. Dark Phoenix pun dianggap sebagai pamitan yang buruk pada serial itu sebelum X-Men resmi masuk MCU. Film ini bahkan dirating lebih jelek ketimbang X-Men: The Last Stand, yang sebelumnya juga mengangkat cerita Saga Phoenix.
3. Ghost Rider: Spirit of Vengeance — 2012 (18%)
Nicolas Cage punya kekuatan daya tarik luar biasa yang artinya penggemar akan pergi ke bioskop sejelek apa pun filmnya. Film ini mengisahkan Johnny Blaze yang menjaga keselamatan seorang bocah yang terjebak di tengah konspirasi setan. Film itu jadi bergaya relatif kocak ketimbang memainkan kehadiran karakter yang menakutkan itu.
2. Morbius — 2022 (16%)
Morbius adalah film superhero terakhir yang menderita kemarahan kritikus. Mereka mencaci cerita tidak masuk akal karakter utama dan temannya yang menjadi vampir hidup setelah menyembuhkan penyakit darah mereka. Selain itu, usaha Morbius untuk tampil sebagai film horor tidak berhasil.
Film itu akan jadi lebih baik dengan konsisten pada gaya yang lebih komedik seperti film Venom. Ini karena sifat serius film ini membuat Morbius jadi membosankan. Pandangan lebih negatif diarahkan pada usaha gagal untuk membentuk Sony’s Spider-Man Universe (SSU). Kehadiran Vulture versi MCU ke semesta ini dianggap sebagai fan service yang terlalu garing.
1. Fantastic Four — 2015 (9%)
Perilisan Fantastic Four mengokohkan anggapan kalau MCU adalah puncak distribusi film Marvel. Film itu punya premis yang sama seperti serial sebelumnya di mana anggota Fantastic Four mendapatkan kekuatannya. Tapi, masalah terbesarnya adalah kurangnya humor dan ketegangan.
Tim Fantastic Four populer karena materinya yang menampilkan banyak tawa dan karakter yang ringan. Sementara, filmnya malah kesebalikannya. CGI The Thing adalah poin lain yang dicaci maki penonton, yang menganggap penampilannya menggelegar. Penerimaan buruk ini membuat sekuelnya dibatalkan. Fantastic Four diharapkan muncul di MCU.
(alv)