Inspirasi Teknologi Agraria untuk Petani Muda Indonesia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Indonesia adalah negara tropis agraris terbesar di dunia setelah Brasil. Sementara luas baku sawah di Indonesia pada 2019, menurut data BPS pada 4 Februari 2020, mencapai 7,46 juta hektare.
Dua fakta ini menjadi anugerah buat Indonesia karena sektor pertanian adalah sektor penting yang berhubungan langsung dengan kesejahteraan pangan masyarakat Indonesia. Sektor pertanian juga punya peran penting untuk meningkatkan perekonomian.
Meski begitu, menurut Institute for Developement of Economic (Indef), Indonesia tertinggal jauh oleh Thailand. Walau luas lahan pertanian lebih kecil, Negeri Gajah Putih pada 2018 mampu menduduki peringkat kedua dunia eksportir beras terbanyak. Ini menandakan pengelolaan sektor pertanian Indonesia belum optimal.
Dahulu kita sering mendengar bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia memiliki mata pencaharian sebagai petani. Namun, apakah pada masa sekarang fakta itu masih berlaku?
Menurut data Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian, petani muda di Indonesia yang berusia 20-39 tahun jumlahnya cuma 2,7 juta orang dari total 33,4 juta orang.
Singkatnya, jumlah petani muda hanya 8 persen dari total petani yang ada di Indonesia.
Sebenarnya, bukan cuma sarjana pertanian aja yang bisa memajukan sektor hijau ini. Generasi muda yang punya keahlian dalam bidang teknologi dan elektronika juga bisa membantu kemajuan agraria Indonesia.
Nah, buat kamu yang berpikir untuk menjadi petani, bisa menyimak lima inspirasi teknologi yang digunakan pertanian modern dari berbagai negara.
1. PESAWAT TANPA AWAK/DRONE
Foto:jm-aerial.com
Pasti banyak yang gak asing dengan teknologi satu ini. Drone biasa digunakan pada bidang fotografi untuk mengambil foto atau video dari sudut yang tinggi. Namun, bagi petani modern di Amerika, mereka menggunakannya untuk memeriksa hama, menghemat air dan pupuk, dan melestarikan sumber daya tanpa menguras tenaga lebih banyak.
2. KONTROL IRIGASI JARAH JAUH
Foto:southwest-irrigation.com
Pada intinya, sistem ini memungkinkan petani untuk mengairi pertaniannya dari jarak jauh dengan tombol pengatur (remote). Tentunya ini sangat membantu pekerjaan petani karena untuk mengairi persawahan memakan waktu yang sangat lama dan bisa sangat membahayakan kalau pipa meledak karena tekanan air. Jadi, sekarang petani bisa melakukan pengairan di sawahnya cuma dari rumah atau kantor pertanian.
3. TRAKTOR BERBASIS GPS
Foto: agriland.ie
Traktor otonom ini mampu melakukan pengolahan lahan sesuai dengan peta perencanaan dengan akurasi 5-25 cm. Sistem navigasi yang digunakan global positioning system (GPS) berbasis Real Time Kinematika (RTK). Sensor navigasi berfungsi untuk mengetahui posisi tepat traktor untuk menentukan langkah yang harus dilakukan traktor selanjutnya.
4. DATA PERTANIAN YANG TERINTEGRASI
Foto: medium.com
Kini, petani Amerika diberi kemudahan mengamati faktor alam untuk keberhasilan panen. Sebab, mulai dari data hama, kelembapan, tingkat pertumbuhan, curah hujan, tanah, tingkat nutrisi, dan lainnya udah terintegrasi dalam satu aplikasi. Tentunya, ini melibatkan kerja keras para ilmuwan dan matematikawan.
Indonesia juga punya memiliki aplikasi pertanian serupa. Cuma, aplikasi itu berorientasi pada perputaran bisnis pedagang dan konsumen, seperti aplikasi TaniHub, aplikasi Pak Tani, dan aplikasi Pak Tani Digital.
5. PEMETAAN DNA TANAH
Foto:analyteguru.com
Sebelum melakukan cocok tanam, seorang petani harus memastikan tingkat kesehatan tanahnya. Di San Fransisco, sebuah perusahaan rintisan (start up) bernama Trace Genomics menawarkan pelayanan pemetaan DNA tanah atau yang disebut soil DNA testing.
Petani dikirimkan paket dari Trace Genomics, lalu mengirim sampel tanah yang ingin mereka ketahui ke perusahaan. Trace Genomics sanggup mengurutkan DNA yang ada di tanah itu dan menggunakannya untuk mengidentifikasi mikroba yang terkandung di sana. Perusahaan akan memberi tahu petani tentang mikroba sehat yang ada dan juga dapat memperingatkan mereka tentang risiko penyakit. Keren, kan?!
Anggita Hutami Ratnaningsih
Kontributor GenSINDO
Politeknik Negeri Jakarta
Instagram: @gitahut
Dua fakta ini menjadi anugerah buat Indonesia karena sektor pertanian adalah sektor penting yang berhubungan langsung dengan kesejahteraan pangan masyarakat Indonesia. Sektor pertanian juga punya peran penting untuk meningkatkan perekonomian.
Meski begitu, menurut Institute for Developement of Economic (Indef), Indonesia tertinggal jauh oleh Thailand. Walau luas lahan pertanian lebih kecil, Negeri Gajah Putih pada 2018 mampu menduduki peringkat kedua dunia eksportir beras terbanyak. Ini menandakan pengelolaan sektor pertanian Indonesia belum optimal.
Dahulu kita sering mendengar bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia memiliki mata pencaharian sebagai petani. Namun, apakah pada masa sekarang fakta itu masih berlaku?
Menurut data Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian, petani muda di Indonesia yang berusia 20-39 tahun jumlahnya cuma 2,7 juta orang dari total 33,4 juta orang.
Singkatnya, jumlah petani muda hanya 8 persen dari total petani yang ada di Indonesia.
Sebenarnya, bukan cuma sarjana pertanian aja yang bisa memajukan sektor hijau ini. Generasi muda yang punya keahlian dalam bidang teknologi dan elektronika juga bisa membantu kemajuan agraria Indonesia.
Nah, buat kamu yang berpikir untuk menjadi petani, bisa menyimak lima inspirasi teknologi yang digunakan pertanian modern dari berbagai negara.
1. PESAWAT TANPA AWAK/DRONE
Foto:jm-aerial.com
Pasti banyak yang gak asing dengan teknologi satu ini. Drone biasa digunakan pada bidang fotografi untuk mengambil foto atau video dari sudut yang tinggi. Namun, bagi petani modern di Amerika, mereka menggunakannya untuk memeriksa hama, menghemat air dan pupuk, dan melestarikan sumber daya tanpa menguras tenaga lebih banyak.
2. KONTROL IRIGASI JARAH JAUH
Foto:southwest-irrigation.com
Pada intinya, sistem ini memungkinkan petani untuk mengairi pertaniannya dari jarak jauh dengan tombol pengatur (remote). Tentunya ini sangat membantu pekerjaan petani karena untuk mengairi persawahan memakan waktu yang sangat lama dan bisa sangat membahayakan kalau pipa meledak karena tekanan air. Jadi, sekarang petani bisa melakukan pengairan di sawahnya cuma dari rumah atau kantor pertanian.
3. TRAKTOR BERBASIS GPS
Foto: agriland.ie
Traktor otonom ini mampu melakukan pengolahan lahan sesuai dengan peta perencanaan dengan akurasi 5-25 cm. Sistem navigasi yang digunakan global positioning system (GPS) berbasis Real Time Kinematika (RTK). Sensor navigasi berfungsi untuk mengetahui posisi tepat traktor untuk menentukan langkah yang harus dilakukan traktor selanjutnya.
4. DATA PERTANIAN YANG TERINTEGRASI
Foto: medium.com
Kini, petani Amerika diberi kemudahan mengamati faktor alam untuk keberhasilan panen. Sebab, mulai dari data hama, kelembapan, tingkat pertumbuhan, curah hujan, tanah, tingkat nutrisi, dan lainnya udah terintegrasi dalam satu aplikasi. Tentunya, ini melibatkan kerja keras para ilmuwan dan matematikawan.
Indonesia juga punya memiliki aplikasi pertanian serupa. Cuma, aplikasi itu berorientasi pada perputaran bisnis pedagang dan konsumen, seperti aplikasi TaniHub, aplikasi Pak Tani, dan aplikasi Pak Tani Digital.
5. PEMETAAN DNA TANAH
Foto:analyteguru.com
Sebelum melakukan cocok tanam, seorang petani harus memastikan tingkat kesehatan tanahnya. Di San Fransisco, sebuah perusahaan rintisan (start up) bernama Trace Genomics menawarkan pelayanan pemetaan DNA tanah atau yang disebut soil DNA testing.
Petani dikirimkan paket dari Trace Genomics, lalu mengirim sampel tanah yang ingin mereka ketahui ke perusahaan. Trace Genomics sanggup mengurutkan DNA yang ada di tanah itu dan menggunakannya untuk mengidentifikasi mikroba yang terkandung di sana. Perusahaan akan memberi tahu petani tentang mikroba sehat yang ada dan juga dapat memperingatkan mereka tentang risiko penyakit. Keren, kan?!
Anggita Hutami Ratnaningsih
Kontributor GenSINDO
Politeknik Negeri Jakarta
Instagram: @gitahut
(it)