Sering Kena Stereotip, Ini Artinya Jadi Mahasiswa Sastra

Sabtu, 12 Juni 2021 - 10:17 WIB
loading...
Sering Kena Stereotip,...
Mahasiswa sastra sering dikaitkan dengan penikmat senja dan sosok puitis, padahal mereka lebih dari sekadar stereotip tersebut. Foto/Shutterstock
A A A
JAKARTA - Penikmat senja, selalu berkutat pada buku dan novel setiap saat, serta puitis merupakan beberapa stereotip yang sering melekat pada mahasiswa jurusan sastra.

Seperti apa rasanya jadi mahasiswa sastra? Apakah mahasiswa sastra cuma punya kemampuan menulis sajak puisi? Atau hanya mempelajari karya sastra lama?

Mengutip dari buku karya pemerhari dan ahli sastra Sumardjo dan Sumaini (Sumardjo, jacob. Dan Saini K.M. 1997:3. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama), sastra bisa berarti karya tulisan dan lisan dari ungkapan ekspresi manusia berdasarkan pendapat, pemikiran, pengalaman, dan perasaan ke dalam bentuk imajinatif, cerminan kenyataan atau data yang dikemas secara estetis melalui bahasa sebagai medianya.

Sering Kena Stereotip, Ini Artinya Jadi Mahasiswa Sastra

Foto:Andrea Piaquadio/Pexels

Dalam hal ini, bisa dilihat dari pendapat ahli di atas bahwa sastra bukan cuma terpaku pada novel, puisi, serta karya sastra lama. Lebih luas dari itu, sastra bisa berupa esai, kritik, biografi, skenario atau naskah film , sejarah , catatan harian, dan masih banyak lagi.

Nah, untuk mengenal lebih dekat dengan jurusan sastra, langsung saja baca pengalaman dari mahasiswa sastra berikut ini.

Si Penggemar Baca

Menurut Ida Ayu Eka Fania Cahyanita atau yang biasa dipanggil Tata, mahasiswi Jurusan Sastra Inggris Universitas Padjadjaran, kuliah di Jurusan Sastra punya kesan menarik tersendiri. Walau bukan pilihan pertama, Tata menilai kuliah di Jurusan Sastra adalah pilihan tepat.

Soalnya, banyak materi seru yang diajarkan di Jurusan Sastra, bukan cuma tentang tata bahasa, puisi dan novel. Lebih dari itu, ada juga materi di antaranya soal feminisme, gender, dan budaya.

Sering Kena Stereotip, Ini Artinya Jadi Mahasiswa Sastra

Foto:Instagram @vcahyanita

“Belajar di Sastra (terutama sastra asing) itu nggak kayak les gitu. Kita (mahasiswa Jurusan Sastra Inggris) belajar tentang isu-isu yang berkaitan dengan karya sastra, seperti feminisme, gender, representasi, kolonialisme, dan budaya,” ungkap Tata.

Tata menambahkan bahwa metode belajar mengajar di Jurusan Sstra juga (terutama sastra asing) bertahap, tidak langsungmemakai bahasa asing secara penuh. Jadi mahasiswa baru bisa adaptif dengan penggunaan bahasa asing di kelas.

Baca Juga: Kamu Calon Mahasiswa Baru? Ini Kiat Memaksimalkan Potensi Diri saat Masa Kuliah

Selain itu, Tata juga bercerita bahwa ia dan teman-teman sesama Jurusan Sastra sering berdiskusi tentang karya sastra seperti novel dari berbagai macam perspektif, Hal ini membuatnya lebih terbuka dan toleran dalam menanggapi perkara baru.

“Di Jurusan Sastra itu banyak mata kuliah yang membahas karya sastra dari berbagai macam perspektif, sehingga membuat mahasiswanya jadi lebih kritis dalam menanggapi suatu hal,” imbuhnya.

Penyuka Seni Peran, Olah Vokal, dan Film

Sama halnya dengan Tata, Priandini Melania yang akrab disapa Lani, mahasiswi Jurusan Aastra angkatan 2018, mengungkapkan bahwa kuliah di jurusan ini asyik. Lani yang hobi bernyanyi bisa menyalurkan ide-ide musikalisasi puisi pada mata kuliah Poetry and Contemporary Music.

Lebih lanjut, Lani bercerita juga bahwa di Jurusan Sastra ada mata kuliah Theater and Performance. Pada mata kuliah ini mahasiswa diajarkan seni peran dan olah vokal, sehingga hal tersebut membangun kreativitas mahasiswanya.

Sering Kena Stereotip, Ini Artinya Jadi Mahasiswa Sastra

Foto:Instagram @priandinimelania

“Di mata kuliah Theater and Performance, kita juga belajar seni peran dan melatih suara,” ujar Lani.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4023 seconds (0.1#10.140)