Kamagasaki, Kota Kumuh yang Dihapus dari Peta Jepang
loading...
A
A
A
Apa yang terlintas di benak kalian saat mendengar kata ‘Jepang’? AKB48? Anime? Manga? Doraemon? Naruto? Atau bayangan sebuah negara yang bersih, rapi dan teratur? Sebuah negara yang masuk daftar travel yang harus kalian kunjungi? Yup, memang, Jepang terlihat sebagai sebuah negara yang memang wajib dikunjungi karena pesona kebersihan, keteraturan dan alamnya yang indah.
Tapi, tunggu dulu! Tak semua tempat di Jepang itu rapi dan teratur lho! Ada satu kota yang sangat kumuh dan berantakan. Saking buruknya kondisi tempat itu, kota itu bahkan harus dihapus dari peta. Waduh!
Kota di Jepang yang sangat kumuh itu adalah Kamagasaki. Kota ini terletak di Nishinari-ku, Osaka. Di kota tersebut, banyak sampah dan bangunan tidak terawat yang menjadi tempat hidup para tunawisma. Selain itu, banyak warga setempat yang tidak punya rumah atau tempat tinggal. Mereka pun tidur di emperan atau jalanan.
Sebenarnya letak kota ini cukup strategis karena tidak jauh dari pusat kota. Kamagasaki dilalui oleh jaringan kereta JR West atau Osaka Metro, sehingga cukup mudah untuk mencapai daerah sana. Kamagasaki sudah ada sejak dulu. Pada 1960-an, kota ini menjadi saksi bagi pertumbuhan ekonomi Jepang yang saat itu sedang makmur.
Mengutip dari Center for Area Studies Indonesian Institutite of Sciences (P2W-LIPI), pada tahun 1960, Jepang mengalami masa pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Namun, pada masa itu masih ada sekitar 1,69 juta rumah tangga di seluruh Jepang yang hidup di bawah kemiskinan dan sulit untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka.
Pada masa itu, nama Kamagasaki atau Nishinari menjadi terkenal karena adanya Kantor Penempatan Tenaga Kerja Umum Nishinari (sekarang menjadi Airin Labor Center). Kantor ini yang menyebabkan ribuan orang usia produktif datang ke tempat ini demi mendapatkan pekerjaan harian. Pekerjaan harian ini dibuka tidak lain karena adanya pembangunan infrastruktur di kawasan Keihanshin, yang membutuhkan ribuan pekerja usia produktif untuk dipekerjakan di berbagai proyek kawasan Keihanshin. Di Kamagasaki-lah, orang berbondong-bondong untuk bekerja harian di sini.
Namun, upah kerja harian yang dibayarkan kepada para pekerja ternyata tidak cukup untuk menyewa rumah kontrakan atau tempat tinggal. Selain itu, warganya pun datang silih berganti sehingga tidak terdata dengan baik di administrasi kependudukan. Tingginya harga sewa tempat tinggal dan tidak adanya data kependudukan yang baik karena mobilitas yang tinggi menyebabkan banyak tunawisma. Angka kemiskinan pun tinggi di kota ini. Akibatnya, kota ini pun menjadi kumuh.
Angka kemiskinan pun berbanding lurus dengan angka kriminalitas di Kamagasaki. Di kota ini, sering terjadi kerusuhan. Tingkat konsumsi alkohol di sana pun tinggi ditambah dengan penduduk Kamagasaki lebih banyak yang berjenis kelamin pria, sehingga tempat ini tidak aman bagi para wanita. Di sini, jarang ditemukan anak-anak, lebih banyak warga yang paruh baya.
Hal ini menyebabkan citra buruk bagi kawasan Kamagasaki dan pemerintah pusat Jepang secara resmi mengganti nama Kamagasaki menjadi Airin-chiku pada Mei 1966. Meski begitu, masih banyak yang menggunakan nama Kamagasaki ini. Pemerintah juga menghapus wilayah Kamagasaki dari peta agar tidak ada wisatawan yang berkunjung ke sana karena pertimbangan-pertimbangan tersebut.
Hingga saat ini, masih banyak ribuan warga menganggur di Kamagasaki. Setiap harinya pemerintah memberikan jatah konsumsi bagi warga sana di pusat kesejahteraan. Hal ini menjadi bukti, bahwa wilayah kumuh dan tidak terawat masih kita bisa temui meskipun di negara maju sekalipun.
Tissa Conia Motumona
Kontributor GenSINDO
Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta
Lihat Juga: Kisah Nishimura Mako, Satu-satunya Wanita yang Gabung Yakuza dan Tak Pernah Kalah Bertarung
Tapi, tunggu dulu! Tak semua tempat di Jepang itu rapi dan teratur lho! Ada satu kota yang sangat kumuh dan berantakan. Saking buruknya kondisi tempat itu, kota itu bahkan harus dihapus dari peta. Waduh!
Kota di Jepang yang sangat kumuh itu adalah Kamagasaki. Kota ini terletak di Nishinari-ku, Osaka. Di kota tersebut, banyak sampah dan bangunan tidak terawat yang menjadi tempat hidup para tunawisma. Selain itu, banyak warga setempat yang tidak punya rumah atau tempat tinggal. Mereka pun tidur di emperan atau jalanan.
Sebenarnya letak kota ini cukup strategis karena tidak jauh dari pusat kota. Kamagasaki dilalui oleh jaringan kereta JR West atau Osaka Metro, sehingga cukup mudah untuk mencapai daerah sana. Kamagasaki sudah ada sejak dulu. Pada 1960-an, kota ini menjadi saksi bagi pertumbuhan ekonomi Jepang yang saat itu sedang makmur.
Mengutip dari Center for Area Studies Indonesian Institutite of Sciences (P2W-LIPI), pada tahun 1960, Jepang mengalami masa pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Namun, pada masa itu masih ada sekitar 1,69 juta rumah tangga di seluruh Jepang yang hidup di bawah kemiskinan dan sulit untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka.
Pada masa itu, nama Kamagasaki atau Nishinari menjadi terkenal karena adanya Kantor Penempatan Tenaga Kerja Umum Nishinari (sekarang menjadi Airin Labor Center). Kantor ini yang menyebabkan ribuan orang usia produktif datang ke tempat ini demi mendapatkan pekerjaan harian. Pekerjaan harian ini dibuka tidak lain karena adanya pembangunan infrastruktur di kawasan Keihanshin, yang membutuhkan ribuan pekerja usia produktif untuk dipekerjakan di berbagai proyek kawasan Keihanshin. Di Kamagasaki-lah, orang berbondong-bondong untuk bekerja harian di sini.
Namun, upah kerja harian yang dibayarkan kepada para pekerja ternyata tidak cukup untuk menyewa rumah kontrakan atau tempat tinggal. Selain itu, warganya pun datang silih berganti sehingga tidak terdata dengan baik di administrasi kependudukan. Tingginya harga sewa tempat tinggal dan tidak adanya data kependudukan yang baik karena mobilitas yang tinggi menyebabkan banyak tunawisma. Angka kemiskinan pun tinggi di kota ini. Akibatnya, kota ini pun menjadi kumuh.
Angka kemiskinan pun berbanding lurus dengan angka kriminalitas di Kamagasaki. Di kota ini, sering terjadi kerusuhan. Tingkat konsumsi alkohol di sana pun tinggi ditambah dengan penduduk Kamagasaki lebih banyak yang berjenis kelamin pria, sehingga tempat ini tidak aman bagi para wanita. Di sini, jarang ditemukan anak-anak, lebih banyak warga yang paruh baya.
Hal ini menyebabkan citra buruk bagi kawasan Kamagasaki dan pemerintah pusat Jepang secara resmi mengganti nama Kamagasaki menjadi Airin-chiku pada Mei 1966. Meski begitu, masih banyak yang menggunakan nama Kamagasaki ini. Pemerintah juga menghapus wilayah Kamagasaki dari peta agar tidak ada wisatawan yang berkunjung ke sana karena pertimbangan-pertimbangan tersebut.
Hingga saat ini, masih banyak ribuan warga menganggur di Kamagasaki. Setiap harinya pemerintah memberikan jatah konsumsi bagi warga sana di pusat kesejahteraan. Hal ini menjadi bukti, bahwa wilayah kumuh dan tidak terawat masih kita bisa temui meskipun di negara maju sekalipun.
Tissa Conia Motumona
Kontributor GenSINDO
Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta
Lihat Juga: Kisah Nishimura Mako, Satu-satunya Wanita yang Gabung Yakuza dan Tak Pernah Kalah Bertarung
(alv)