Apa Peran Filsafat Dalam Era 4.0, Perlukah Mempelajarinya?
loading...
A
A
A
Proses otomatisasi tidak lagi hanya terjadi di dunia industri, tapi bisa merambah ke kehidupan sehari-hari.
“Prediksi para ahli, katanya 2045 nanti Artificial Intelligence (kecerdasan buatan) bisa melampaui kecerdasan manusia. Terus kita bisa apa?. Kita bisa mempertahankan kemampuan kita yang mungkin akan sulit dimiliki oleh mesin-mesin ini," jelasnya.
Yang dimaksud dengan kemampuan disini yaitu kemampuan untuk menjadi filosofis dalam banyak hal.
Seperti kemampuan untuk mencintai, mencari kebenaran dari sains murni, dan spiritualitas.
Terlepas apakahdi kemudian hari akan ada atau justru tidak ada mesin yang diciptakan dengan kemampuan itu, yang jelas kita akan tetap lebih unggul dari teknologi manapun dengan tetap berpegang padakemampuan tersebut.
Kemampuan untuk mencintai, mencari kebenaran dari sains murni, dan spiritualitas ini, diterjemahkan Budiman menjaditiga kemampuan dasar.
Yaitu cinta, cita, dan cipta. Menurutnya, manusia dapat diklasifikan ke dalam beberapa jenis dengantiga kemampuan dasar ini.
Nah, kebayang enggak seberapa pentingnya keberadaan ilmu filsafat di masa sekarang ini?.
Foto: Pexels
Kalau masih belum terbayang, apakah kamu pernah mencari tahu mengapa gelar tertinggi di dalam pendidikan disebut PhD yang merupakan akronim dari Philosophiae Doctor?
(Baca Juga: Trailer Riverdale Season 5 Dirilis, Ada Adegan Prom dan Investigasi Pembunuhan )
Hal ini ditujukan untuk mengingatkan dunia, walau sepintar-pintarnya seseorang di suatu bidang, untuk mencapai gelar tertinggi di dalam pendidikannya, ia haruslah mempelajari filsafat sebagai pondisi ilmunya.
Kuliah umum ini merupakan rangkaian dari Philofest ID yang merupakan festival filsafat terbesar di Indonesia.
Philofest ID diselenggarakan sejak 7 hingga 13 Desember 2020.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai kegiatan ini kamu bisa mengaksesnya di Instagram Instagram.com/philofestid . Jangan sampai ketinggalan, ya.
Iffah Sulistyawati Hartana
Kontributor GenSINDO
Institut Teknologi Bandung
Instagram: @iffahshrtn
“Prediksi para ahli, katanya 2045 nanti Artificial Intelligence (kecerdasan buatan) bisa melampaui kecerdasan manusia. Terus kita bisa apa?. Kita bisa mempertahankan kemampuan kita yang mungkin akan sulit dimiliki oleh mesin-mesin ini," jelasnya.
Yang dimaksud dengan kemampuan disini yaitu kemampuan untuk menjadi filosofis dalam banyak hal.
Seperti kemampuan untuk mencintai, mencari kebenaran dari sains murni, dan spiritualitas.
Terlepas apakahdi kemudian hari akan ada atau justru tidak ada mesin yang diciptakan dengan kemampuan itu, yang jelas kita akan tetap lebih unggul dari teknologi manapun dengan tetap berpegang padakemampuan tersebut.
Kemampuan untuk mencintai, mencari kebenaran dari sains murni, dan spiritualitas ini, diterjemahkan Budiman menjaditiga kemampuan dasar.
Yaitu cinta, cita, dan cipta. Menurutnya, manusia dapat diklasifikan ke dalam beberapa jenis dengantiga kemampuan dasar ini.
Nah, kebayang enggak seberapa pentingnya keberadaan ilmu filsafat di masa sekarang ini?.
Foto: Pexels
Kalau masih belum terbayang, apakah kamu pernah mencari tahu mengapa gelar tertinggi di dalam pendidikan disebut PhD yang merupakan akronim dari Philosophiae Doctor?
(Baca Juga: Trailer Riverdale Season 5 Dirilis, Ada Adegan Prom dan Investigasi Pembunuhan )
Hal ini ditujukan untuk mengingatkan dunia, walau sepintar-pintarnya seseorang di suatu bidang, untuk mencapai gelar tertinggi di dalam pendidikannya, ia haruslah mempelajari filsafat sebagai pondisi ilmunya.
Kuliah umum ini merupakan rangkaian dari Philofest ID yang merupakan festival filsafat terbesar di Indonesia.
Philofest ID diselenggarakan sejak 7 hingga 13 Desember 2020.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai kegiatan ini kamu bisa mengaksesnya di Instagram Instagram.com/philofestid . Jangan sampai ketinggalan, ya.
Iffah Sulistyawati Hartana
Kontributor GenSINDO
Institut Teknologi Bandung
Instagram: @iffahshrtn
(nov)