Cerita Mahasiswa-mahasiswa Indonesia Hadapi Pandemi di Luar Negeri
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dari Korea Selatan, Jerman, sampai Inggris, mari kita simak cerita masa karantina diri mahasiswa Indonesia di sana.
Memasuki minggu ke-9 pemberlakuan anjuran physical distancing dan berkegiatan di rumah oleh pemerintah, mungkin udah banyak dari kita yang merasa bosan.
Tapi mungkin juga kamu gak sadar, ada mahasiswa-mahasiswa asal Indonesia yang menjalani masa pandemi ini di luar negeri, gak bisa mudik, jauh dari keluarga. Yuk, simak cerita mereka seperti yang disampaikan langsung ke GenSINDO.
JERMAN: MASA KARANTINA DITEMANI PLAYLIST BUATAN DEKAN
Sama seperti di Indonesia, pemerintah Jerman juga menerapkan aturan semacam Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Maulana Adrio Fahrezy, mahasiswa Indonesia yang lagi kuliah di Hochschule fur Technik und Wirtschaft Berlin menyebut bahwa pemerintah Jerman gak melarang warganya untuk bepergian keluar rumah. Cuma, sejak akhir Maret diberlakukan beberapa aturan yang membatasi kegiatan masyarakat di sana.
Stasiun Berlin di masa pembatasan. Foto: Bloomberg
Peraturan tersebut di antaranya adalah pengurangan frekuensi transportasi umum, pelarangan operasional toko kecuali toko obat dan keperluan sehari-hari, dan penutupan tempat-tempat umum.
Restoran juga cuma diperbolehkan melayani pembelian untuk dibawa pulang, pembatasan pertemuan maksimal dua orang, dan penutupan perjalanan ke dan dari Jerman yang bersifat turistik.
Peraturan tersebut mulai diperlonggar sejak 27 April lalu karena kondisi yang kian membaik. Kini, toko yang punya luas kurang dari 800 m2 udah boleh kembali beroperasi dengan maksimum 40 pelanggan di dalamnya.
Sekolah juga udah boleh melakukan kegiatan dengan catatan harus memperhatikan standar kebersihan. Kebun bintang dan botanical garden pun udah boleh dikunjungi. Cuma emang pemerintah mewajibkan warga untuk pakai masker kalau ke luar rumah.
Jerman pascapelonggaran pembatasan. Foto: Telegraph
Sementara untuk kampus masih ditutup dan kegiatan perkuliahan dilakukan dari tempat tinggal masing-masing melalui daring hingga akhir semester. Perkuliahan dan ujian pun dilakukan lewat video conference atau platform belajar daring yang dimiliki kampus.
Bedanya dengan di Indonesia, mahasiswa diberikan pilihan untuk cuti kuliah kalau kondisi mereka gak memungkinkan untuk mengikuti perkuliahan secara daring, tanpa konsekuensi.
Selain itu, kampus-kampus di Jerman juga memperhatikan betul mahasiswanya. Adrio bercerita, kampusnya mengirimkan email berisi perkembangan pandemi di Jerman dan status belajar mengajar di kampus secara rutin. Bahkan, dekan di kampus Adrio sampai bikin playlist di YouTube dan mengirimkannya ke seluruh mahasiswa untuk menyemangati mereka.
"Mahasiswa yang kesulitan ekonomi juga diberikan bantuan dana. Pemerintah Jerman sekarang juga sedang menyiapkan dana untuk memberikan laptop kepada mahasiswa yang gak punya laptop untuk mendukung sistem pembelajaran daring," jelas Adrio.
KOREA SELATAN: BOLEH KE MANA-MANA DAN ADA RAPID TEST DI MANA-MANA
Pemerintah Korea Selatan lebih longgar dalam pembuatan aturan pembatasan berkegiatan. Nabilla Rizky, mahasiswa Institut Pertanian Bogor yang lagi menjalani program pertukaran pelajar di Jeonbuk National University mengatakan bahwa pemerintah di sana memperbolehkan warganya untuk berkegiatan, dengan beberapa aturan.
Di antaranya wajib memakai masker ke mana pun, menjaga jarak sejauh dua meter, gak boleh berkerumun lebih dari 10 orang, menutup beberapa tempat wisata dan kampus, serta peniadaan kegiatan festival dan konser musik.
Rapid test secara drive thru di Korea Selatan. Foto: The Korea Herald
Memasuki minggu ke-9 pemberlakuan anjuran physical distancing dan berkegiatan di rumah oleh pemerintah, mungkin udah banyak dari kita yang merasa bosan.
Tapi mungkin juga kamu gak sadar, ada mahasiswa-mahasiswa asal Indonesia yang menjalani masa pandemi ini di luar negeri, gak bisa mudik, jauh dari keluarga. Yuk, simak cerita mereka seperti yang disampaikan langsung ke GenSINDO.
JERMAN: MASA KARANTINA DITEMANI PLAYLIST BUATAN DEKAN
Sama seperti di Indonesia, pemerintah Jerman juga menerapkan aturan semacam Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Maulana Adrio Fahrezy, mahasiswa Indonesia yang lagi kuliah di Hochschule fur Technik und Wirtschaft Berlin menyebut bahwa pemerintah Jerman gak melarang warganya untuk bepergian keluar rumah. Cuma, sejak akhir Maret diberlakukan beberapa aturan yang membatasi kegiatan masyarakat di sana.
Stasiun Berlin di masa pembatasan. Foto: Bloomberg
Peraturan tersebut di antaranya adalah pengurangan frekuensi transportasi umum, pelarangan operasional toko kecuali toko obat dan keperluan sehari-hari, dan penutupan tempat-tempat umum.
Restoran juga cuma diperbolehkan melayani pembelian untuk dibawa pulang, pembatasan pertemuan maksimal dua orang, dan penutupan perjalanan ke dan dari Jerman yang bersifat turistik.
Peraturan tersebut mulai diperlonggar sejak 27 April lalu karena kondisi yang kian membaik. Kini, toko yang punya luas kurang dari 800 m2 udah boleh kembali beroperasi dengan maksimum 40 pelanggan di dalamnya.
Sekolah juga udah boleh melakukan kegiatan dengan catatan harus memperhatikan standar kebersihan. Kebun bintang dan botanical garden pun udah boleh dikunjungi. Cuma emang pemerintah mewajibkan warga untuk pakai masker kalau ke luar rumah.
Jerman pascapelonggaran pembatasan. Foto: Telegraph
Sementara untuk kampus masih ditutup dan kegiatan perkuliahan dilakukan dari tempat tinggal masing-masing melalui daring hingga akhir semester. Perkuliahan dan ujian pun dilakukan lewat video conference atau platform belajar daring yang dimiliki kampus.
Bedanya dengan di Indonesia, mahasiswa diberikan pilihan untuk cuti kuliah kalau kondisi mereka gak memungkinkan untuk mengikuti perkuliahan secara daring, tanpa konsekuensi.
Selain itu, kampus-kampus di Jerman juga memperhatikan betul mahasiswanya. Adrio bercerita, kampusnya mengirimkan email berisi perkembangan pandemi di Jerman dan status belajar mengajar di kampus secara rutin. Bahkan, dekan di kampus Adrio sampai bikin playlist di YouTube dan mengirimkannya ke seluruh mahasiswa untuk menyemangati mereka.
"Mahasiswa yang kesulitan ekonomi juga diberikan bantuan dana. Pemerintah Jerman sekarang juga sedang menyiapkan dana untuk memberikan laptop kepada mahasiswa yang gak punya laptop untuk mendukung sistem pembelajaran daring," jelas Adrio.
KOREA SELATAN: BOLEH KE MANA-MANA DAN ADA RAPID TEST DI MANA-MANA
Pemerintah Korea Selatan lebih longgar dalam pembuatan aturan pembatasan berkegiatan. Nabilla Rizky, mahasiswa Institut Pertanian Bogor yang lagi menjalani program pertukaran pelajar di Jeonbuk National University mengatakan bahwa pemerintah di sana memperbolehkan warganya untuk berkegiatan, dengan beberapa aturan.
Di antaranya wajib memakai masker ke mana pun, menjaga jarak sejauh dua meter, gak boleh berkerumun lebih dari 10 orang, menutup beberapa tempat wisata dan kampus, serta peniadaan kegiatan festival dan konser musik.
Rapid test secara drive thru di Korea Selatan. Foto: The Korea Herald