Sastra Melayu Tionghoa, Asing di Negeri Sendiri

Selasa, 25 Agustus 2020 - 22:05 WIB
loading...
A A A
Karya-karya kaum peranakan Tionghoa ini dianggap sebagai bacaan liar oleh Balai Pustaka saat itu. Balai pustaka dengan kewenanangannya menganggap karya ini bermutu rendah karena tidak menggunakan bahasa Melayu tinggi dan baku seperti yang Balai pustaka gunakan.

Juga, kandungan dari karya sastra Melayu Tionghoa ini tidak menggambarkan citra baik Belanda seperti yang Balai Pustaka bingkai dalam buku-buku terbitannya.

Tempat yang tidak setara yang diberikan dalam sejarah perkembangan sastra Indonesia kepada sastra MelayuTionghoa karena dahulu penulis keturunan Tionghoa belum dianggap sebagai bagian masyarakat Indonesia.

Penulis keturunan Tionghoa tersebut hanya dianggap sebagai kalangan perantau. Alasan lain adalah penggunaan bahasa dalam karya sastra Melayu ionghoa adalah bahasa Melayu pasar dan bukan bahasa Melayu Tinggi. Melayu Tinggi dianggap sebagai cikal bakal Bahasa Indonesia modern saat ini.

Terlepas dari anggapan itu, karya-karya sastra Melayu Tionghoa sangat dekat dengan rakyat kebanyakan. Kemudahan memperoleh karya tersebut dan memahami karya tersebut adalah dampak yang dirasakan masyarakat secara luas.

Karya-karya sastra Melayu Tionghoa memberi dampak dari segi pengetahuan dan hiburan bagi masyarakat zaman tersebut. Sudah sepatutnya keberadaan sastra Melayu Tionghoa dianggap pentingnya dalam perkembangan sastra Indonesia.

Mungkin sudah saatnya kesusastraan Melayu Tionghoa diakui sebagai saudara kandung dalam keluarga kesusastraan Indonesia, dan bukannya dianggap sebagai saudara tiri. ( )

Putri Melina Febrianti
Kontributor GenSINDO
Universitas Indonesia
Instagram: @putri.melinaf
(it)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1282 seconds (0.1#10.140)