Belum Banyak Diketahui, Yuk, Kenalan dengan Sastra Karawitan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tahukah kalian, bahwa ada genre sastra lain yang masih asing di telinga masyarakat, yaitu sastra karawitan. Kira-kira seperti apa sastra karawitan itu?
Penggabungan Dua Unsur Seni
Mengutip dari Jurnal Universitas Negeri Yogyakarta, sastra karawitan pada dasarnya diambil dari dua kata yaitu sastra dan karawitan. Sastra memiliki makna seni berbahasa, merupakan gambaran dari kehidupan dan realitas sosial, lalu melalui proses kreatif sehingga menghasilkan sebuah karya sastra.
Foto: 1001indonesia.net
Sedangkan karawitan merupakan seni gamelan dan seni suara yang bertangga nada slendro dan pelog. Karawitan berasal dari kata rawit dari bahasa Jawa yang berarti halus dan lembut.
Unsur sastra dalam sastra karawitan ini adalah adanya perpaduan antara sinden, wiraswara, dan dhalang (penyanyi) yang melantunkan lirik dan seni gamelan atau karawitan.
Penuh Makna dan Nilai-Nilai Kehidupan
Seperti karya sastra lainnya, bahwa setiap bahasa yang digunakan dalam sebuah karya sastra akan punya makna dan nilai norma yang diambil dari kehidupan bermasyarakat. Karena karya sastra merupakan gambaran dari kehidupan sosial.
Foto: Museum Gubug Wayang/gubug-wayang.com
Salah satunya sastra karawitan Jawa yang berfungsi menanamkan pendidikan karakter. Makna dalam syair karawitan Jawa seluruhnya berkaitan dengan wawasan pendidikan budi pekerti luhur manusia, yakni berusaha memanusiakan manusia, dapat menjadi pedoman hidup, dan petunjuk etika dalam kehidupan sehari-hari.
Sastra Karawitan Saat Ini
Munculnya banyak seni pertunjukan kontemporer, seperti teater modern saat ini membuat pertunjukan seni tradisional mulai tidak diminati lagi oleh masyarakat.
Seperti disebut pada awal, masih banyak yang belum mengetahui mengenai sastra karawitan. Para pegiat dan peminat karawitan Jawa saat ini pun lantas berusaha mengeksplorasi dan menyatukan berbagai budaya modern dengan karawitan Jawa.
Foto: Museum Gubug Wayang/gubug-wayang.com
Contohnya seperti penampilan sinden dan karawitan yang sekarang syairnya banyak diganti dengan lagu-lagu modern dari penyanyi Indonesia.
Contoh yang bisa diambil adalah lagu "Lathi" karya Weird Genius yang mendunia. Judul "Lathi" diambil dari bahasa Jawa halus yang berarti "lidah".
Bagian lirik lagu berbahasa Jawa dalam lagu "Lathi" yaitu “Kowe ra iso mlayu saka kesalahan, ajining diri ana ing lathi” berarti “Kamu tidak bisa lari dari kesalahan. Harga diri seseorang berasal dari ucapannya atau lidahnya.”
Foto: Instagram @sarafajira
Lagu "Lathi" dan unsur karawitan Jawa dalam lagunya, menggambarkan makna dari karawitan Jawa yang memberikan makna-makna luhur kehidupan manusia sehari-hari.
Meski mulai pudar, tapi beberapa sekolah dan universitas di Jawa masih memberikan praktik dan pengajaran mengenai karawitan Jawa, contohnya di ISI Surakarta. Pertunjukan seni sastra karawitan juga masih ramai ditampilkan di tanah asalnya.
Ramdhani Kusuma Putra
Kontributor GenSINDO
Universitas Negeri Jakarta
Instagram: @ramable_
Penggabungan Dua Unsur Seni
Mengutip dari Jurnal Universitas Negeri Yogyakarta, sastra karawitan pada dasarnya diambil dari dua kata yaitu sastra dan karawitan. Sastra memiliki makna seni berbahasa, merupakan gambaran dari kehidupan dan realitas sosial, lalu melalui proses kreatif sehingga menghasilkan sebuah karya sastra.
Foto: 1001indonesia.net
Sedangkan karawitan merupakan seni gamelan dan seni suara yang bertangga nada slendro dan pelog. Karawitan berasal dari kata rawit dari bahasa Jawa yang berarti halus dan lembut.
Unsur sastra dalam sastra karawitan ini adalah adanya perpaduan antara sinden, wiraswara, dan dhalang (penyanyi) yang melantunkan lirik dan seni gamelan atau karawitan.
Penuh Makna dan Nilai-Nilai Kehidupan
Seperti karya sastra lainnya, bahwa setiap bahasa yang digunakan dalam sebuah karya sastra akan punya makna dan nilai norma yang diambil dari kehidupan bermasyarakat. Karena karya sastra merupakan gambaran dari kehidupan sosial.
Foto: Museum Gubug Wayang/gubug-wayang.com
Salah satunya sastra karawitan Jawa yang berfungsi menanamkan pendidikan karakter. Makna dalam syair karawitan Jawa seluruhnya berkaitan dengan wawasan pendidikan budi pekerti luhur manusia, yakni berusaha memanusiakan manusia, dapat menjadi pedoman hidup, dan petunjuk etika dalam kehidupan sehari-hari.
Sastra Karawitan Saat Ini
Munculnya banyak seni pertunjukan kontemporer, seperti teater modern saat ini membuat pertunjukan seni tradisional mulai tidak diminati lagi oleh masyarakat.
Seperti disebut pada awal, masih banyak yang belum mengetahui mengenai sastra karawitan. Para pegiat dan peminat karawitan Jawa saat ini pun lantas berusaha mengeksplorasi dan menyatukan berbagai budaya modern dengan karawitan Jawa.
Foto: Museum Gubug Wayang/gubug-wayang.com
Contohnya seperti penampilan sinden dan karawitan yang sekarang syairnya banyak diganti dengan lagu-lagu modern dari penyanyi Indonesia.
Contoh yang bisa diambil adalah lagu "Lathi" karya Weird Genius yang mendunia. Judul "Lathi" diambil dari bahasa Jawa halus yang berarti "lidah".
Bagian lirik lagu berbahasa Jawa dalam lagu "Lathi" yaitu “Kowe ra iso mlayu saka kesalahan, ajining diri ana ing lathi” berarti “Kamu tidak bisa lari dari kesalahan. Harga diri seseorang berasal dari ucapannya atau lidahnya.”
Foto: Instagram @sarafajira
Lagu "Lathi" dan unsur karawitan Jawa dalam lagunya, menggambarkan makna dari karawitan Jawa yang memberikan makna-makna luhur kehidupan manusia sehari-hari.
Meski mulai pudar, tapi beberapa sekolah dan universitas di Jawa masih memberikan praktik dan pengajaran mengenai karawitan Jawa, contohnya di ISI Surakarta. Pertunjukan seni sastra karawitan juga masih ramai ditampilkan di tanah asalnya.
Ramdhani Kusuma Putra
Kontributor GenSINDO
Universitas Negeri Jakarta
Instagram: @ramable_
(it)