CERMIN: Dua Hati Biru, Belajar soal Pengasuhan Anak lewat Film
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tahun 2019. Berdasarkan amanat dari Mahkamah Konstitusi (MK) sebagai revisi atas Undang-Undang No 1 tahun 1974 tentang perkawinan, pemerintah memberlakukan Undang-Undang No 16 Tahun 2019 secara resmi pada tanggal 14 Oktober 2019.
Sebagaimana dikutip dari Kumparan, koreksi penting yang terdapat dalam undang-undang baru ini adalah pasal 7 yang secara eksplisit mengatur batas minimal usia menikah. Jika dalam UU 1974 sebelumnya diatur bahwa batas usia minimal menikah bagi laki-laki adalah 19 tahun dan perempuan 16 tahun, maka dalam UU Nomor 16 Tahun 2019 ini diatur bahwa batas minimal menikah baik bagi laki-laki maupun perempuan yang akan menikah adalah 19 tahun.
Pada tahun yang sama dengan pemberlakuan undang-undang baru tersebut, Bima dan Dara justru menjadi salah satu 'pelanggar' pertama. Karena tak kuasa menahan libido masing-masing, pada usia 17 tahun Dara hamil dan Bima terpaksa menjadi seorang ayah.
Seperti belum cukup hukuman atas dosa yang mereka perbuat, kehamilan pada usia muda itu juga membuat rahim Dara terpaksa diangkat.
Meski menawarkan isu yang sebenarnya tak baru, tapi di tangan Gina S Noer, soal kehamilan di luar nikah dibawa menelusuri banyak isu-isu terkait lainnya yang selama ini tak banyak diceritakan terutama dalam film bioskop. Hal itulah yang bisa jadi membuat film Dua Garis Biru terasa jujur dan tulus dan diterima dengan baik oleh sekitar 2,5 juta penonton yang menyaksikannya di bioskop.
Foto: Starvision
Kemudian empat tahun berselang, kisah Bima dan Dara kembali dilanjutkan dengan penyutradaraan yang kali ini tak lagi dikomandoi oleh Gina sendiri, tapi bersama sesama sutradara perempuan lainnya, Dinna Jasanti.
Empat tahun berselang, anak Bima dan Dara telah tumbuh menjadi bocah superlucu dan menggemaskan. Namanya Adam, yang tumbuh dengan pengasuhan ayahnya dan dihujani kasih sayang oleh kakek dan neneknya.
Relasi Bima dan Adam terasa begitu dekat dan mencerahkan layar, bisa jadi karena kuatnya koneksi yang dibangun oleh Angga Yunanda dengan Farrell Rafisqy. Bima memang menjadi salah satu peran terbaik yang pernah dimainkan Angga yang membuatnya seperti terlahir seutuhnya sebagai seorang aktor.
Saya pernah mengarahkan anak usia lima tahun dalam sebuah proyek miniseri, dan kunci agar mereka bermain rileks memang selalu terletak padacara lawan mainnya membangun koneksi yang jujur dengan mereka. Karena Adam pun, kita percaya Bima adalah sosok ayah muda yang tak punya panduan apa pun dalam mengasuh anak.
Kita melihatnya mencurahkan segala kasih sayang dan sebagian besar waktunya, tapi tentu saja itu tak cukup. Setidaknya itulah menurut Dara yang baru pulang dari Korea.
Dara yang menurutnya sudah bertumbuh sementara Bima masih jalan di tempat. Dua orang yang berbeda tak mencoba menemukan titik temu ketika mengayuh biduk rumah tangga tentu saja adalah sebuah resep kekacauan.
Foto: Starvision
Sekali lagi kita melihat Gina yang juga seorang ibu terampil betul mengajak penonton belajar, dari bagaimana Bima dan Dara mengarahkan biduk rumah tangganya.
Saya kira tak ada yang pernah siap menjadi orang tua. Karena tak ada rumusan baku bagaimana mengasuh anak yang selalu datang ke pangkuan orang tuanya dengan keunikan masing-masing. Saya menjadi orang tua pada usia 32 tahun pun merasa begitu bodoh ketika pertama kali menjadi ayah dari seorang putri kecil.
Namun saya belajar dari hari ke hari, dengan membaca banyak hal soal pengasuhan anak. Saya menonton banyak video tentang pengalaman orang tua ketika menemukan masalah demi masalah dengan anak-anaknya, melihat sesama orang tua lainnya membuat kesalahan demi kesalahan.
Namun terutama saya mencoba menjadi teman mereka (meski tak akan mudah) dengan mencoba mengerti setiap fase yang mereka lalui. Kini anak pertama saya sudah berusia 13 tahun, sudah menjadi gadis remaja, sudah mengalami menstruasi dan tentu saja saya masih terus menyiapkan mental untuk apa pun yang mungkin bisa terjadi.
Dalam usia Adam yang masih empat tahun, hubungan Bima dan Dara kocar-kacir. Diperburuk dengan campur tangan orang tua yang menganggap keduanya tak cukup pantas menjadi orang tua bagi Adam.
Sebuah kondisi pelik yang mendorong berbagai kemungkinan yang bisa terjadi, salah satu kemungkinan terburuk yang banyak dialami pasangan berusia 19-25 tahun adalah perceraian.
Foto: Starvision
Dari data yang dipublikasikan oleh Pengadilan Agama kabupaten Bekasi, pada 2020 terdapat kurang lebih 150 kasus perceraian pasangan muda dari total 1.285 kasus perceraian di Kabupaten Bekasi. Pasangan muda yang bercerai rata-rata berusia 19-25 tahun, dengan umur pernikahan yang kurang dari lima tahun. Hal-hal yang memicu terjadinya perceraian tersebut yaitu masalah ekonomi, masalah perselingkuhan, dan KDRT.
Bima mengalami hal yang dialami sebagian besar pasangan muda, yaitu belum bisa menopang ekonomi keluarga. Begitupun Bima beruntung masih ada Dara yang memiliki pengertian luar biasa.
Namun Bima tetaplah menjadi gambaran sebagian besar laki-laki Indonesia yang merasa harga dirinya terkoyak ketika tak bisa menjadi main provider. Dara selalu gemas dengan Bima yang menurutnya tak bisa "memaksimalkan potensi yang dimilikinya”.
Kesenjangan ekonomi dari keluarga Bima dan Dara membuat keduanya punya cara pandang berbeda dalam melihat masalah terutama soal pengasuhan anak. Tentu saja menjadi bibit-bibit yang akan memunculkan potensi konflik jika keduanya tak mencari titik temu agar mereka bisa melihat masalah minimal dari sudut pandang yang tak terlalu jauh berbeda.
Gina dan Dinna menjadikan Dua Hati Biru sebagai medium praktis belajar soal pengasuhan anak tanpa menggurui. Saya melihat diri saya sebagai Bima yang akhirnya bertumbuh dan mencoba menemukan potensi diri.
Penonton lainnya melihat dirinya sebagai Dara yang mencoba memahami keberadaannya sebagai ibu dan istri dengan segala bebannya. Kita melihat produk pengasuhan mereka berdua kelak pada Adam yang akan terus mengajarkan pada kedua orang tuanya yang berusia muda untuk tak takut terantuk kesalahan dan terus belajar darinya.
Dua Hati Biru
Produser: Gina S Noer, Sigit Pratama, Riza, Chand Parwez Servia
Penulis Skenario: Gina S Noer
Sutradara: Gina S Noer, Dinna Jasanti
Pemain: Angga Yunanda, Aisha Nurra Datau, Farrell Rafisqy
Ichwan Persada
Sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute, bisa dikontak via Instagram @ichwanpersada
Sebagaimana dikutip dari Kumparan, koreksi penting yang terdapat dalam undang-undang baru ini adalah pasal 7 yang secara eksplisit mengatur batas minimal usia menikah. Jika dalam UU 1974 sebelumnya diatur bahwa batas usia minimal menikah bagi laki-laki adalah 19 tahun dan perempuan 16 tahun, maka dalam UU Nomor 16 Tahun 2019 ini diatur bahwa batas minimal menikah baik bagi laki-laki maupun perempuan yang akan menikah adalah 19 tahun.
Pada tahun yang sama dengan pemberlakuan undang-undang baru tersebut, Bima dan Dara justru menjadi salah satu 'pelanggar' pertama. Karena tak kuasa menahan libido masing-masing, pada usia 17 tahun Dara hamil dan Bima terpaksa menjadi seorang ayah.
Seperti belum cukup hukuman atas dosa yang mereka perbuat, kehamilan pada usia muda itu juga membuat rahim Dara terpaksa diangkat.
Meski menawarkan isu yang sebenarnya tak baru, tapi di tangan Gina S Noer, soal kehamilan di luar nikah dibawa menelusuri banyak isu-isu terkait lainnya yang selama ini tak banyak diceritakan terutama dalam film bioskop. Hal itulah yang bisa jadi membuat film Dua Garis Biru terasa jujur dan tulus dan diterima dengan baik oleh sekitar 2,5 juta penonton yang menyaksikannya di bioskop.
Foto: Starvision
Kemudian empat tahun berselang, kisah Bima dan Dara kembali dilanjutkan dengan penyutradaraan yang kali ini tak lagi dikomandoi oleh Gina sendiri, tapi bersama sesama sutradara perempuan lainnya, Dinna Jasanti.
Empat tahun berselang, anak Bima dan Dara telah tumbuh menjadi bocah superlucu dan menggemaskan. Namanya Adam, yang tumbuh dengan pengasuhan ayahnya dan dihujani kasih sayang oleh kakek dan neneknya.
Relasi Bima dan Adam terasa begitu dekat dan mencerahkan layar, bisa jadi karena kuatnya koneksi yang dibangun oleh Angga Yunanda dengan Farrell Rafisqy. Bima memang menjadi salah satu peran terbaik yang pernah dimainkan Angga yang membuatnya seperti terlahir seutuhnya sebagai seorang aktor.
Saya pernah mengarahkan anak usia lima tahun dalam sebuah proyek miniseri, dan kunci agar mereka bermain rileks memang selalu terletak padacara lawan mainnya membangun koneksi yang jujur dengan mereka. Karena Adam pun, kita percaya Bima adalah sosok ayah muda yang tak punya panduan apa pun dalam mengasuh anak.
Kita melihatnya mencurahkan segala kasih sayang dan sebagian besar waktunya, tapi tentu saja itu tak cukup. Setidaknya itulah menurut Dara yang baru pulang dari Korea.
Dara yang menurutnya sudah bertumbuh sementara Bima masih jalan di tempat. Dua orang yang berbeda tak mencoba menemukan titik temu ketika mengayuh biduk rumah tangga tentu saja adalah sebuah resep kekacauan.
Foto: Starvision
Sekali lagi kita melihat Gina yang juga seorang ibu terampil betul mengajak penonton belajar, dari bagaimana Bima dan Dara mengarahkan biduk rumah tangganya.
Saya kira tak ada yang pernah siap menjadi orang tua. Karena tak ada rumusan baku bagaimana mengasuh anak yang selalu datang ke pangkuan orang tuanya dengan keunikan masing-masing. Saya menjadi orang tua pada usia 32 tahun pun merasa begitu bodoh ketika pertama kali menjadi ayah dari seorang putri kecil.
Namun saya belajar dari hari ke hari, dengan membaca banyak hal soal pengasuhan anak. Saya menonton banyak video tentang pengalaman orang tua ketika menemukan masalah demi masalah dengan anak-anaknya, melihat sesama orang tua lainnya membuat kesalahan demi kesalahan.
Namun terutama saya mencoba menjadi teman mereka (meski tak akan mudah) dengan mencoba mengerti setiap fase yang mereka lalui. Kini anak pertama saya sudah berusia 13 tahun, sudah menjadi gadis remaja, sudah mengalami menstruasi dan tentu saja saya masih terus menyiapkan mental untuk apa pun yang mungkin bisa terjadi.
Dalam usia Adam yang masih empat tahun, hubungan Bima dan Dara kocar-kacir. Diperburuk dengan campur tangan orang tua yang menganggap keduanya tak cukup pantas menjadi orang tua bagi Adam.
Sebuah kondisi pelik yang mendorong berbagai kemungkinan yang bisa terjadi, salah satu kemungkinan terburuk yang banyak dialami pasangan berusia 19-25 tahun adalah perceraian.
Foto: Starvision
Dari data yang dipublikasikan oleh Pengadilan Agama kabupaten Bekasi, pada 2020 terdapat kurang lebih 150 kasus perceraian pasangan muda dari total 1.285 kasus perceraian di Kabupaten Bekasi. Pasangan muda yang bercerai rata-rata berusia 19-25 tahun, dengan umur pernikahan yang kurang dari lima tahun. Hal-hal yang memicu terjadinya perceraian tersebut yaitu masalah ekonomi, masalah perselingkuhan, dan KDRT.
Bima mengalami hal yang dialami sebagian besar pasangan muda, yaitu belum bisa menopang ekonomi keluarga. Begitupun Bima beruntung masih ada Dara yang memiliki pengertian luar biasa.
Namun Bima tetaplah menjadi gambaran sebagian besar laki-laki Indonesia yang merasa harga dirinya terkoyak ketika tak bisa menjadi main provider. Dara selalu gemas dengan Bima yang menurutnya tak bisa "memaksimalkan potensi yang dimilikinya”.
Kesenjangan ekonomi dari keluarga Bima dan Dara membuat keduanya punya cara pandang berbeda dalam melihat masalah terutama soal pengasuhan anak. Tentu saja menjadi bibit-bibit yang akan memunculkan potensi konflik jika keduanya tak mencari titik temu agar mereka bisa melihat masalah minimal dari sudut pandang yang tak terlalu jauh berbeda.
Gina dan Dinna menjadikan Dua Hati Biru sebagai medium praktis belajar soal pengasuhan anak tanpa menggurui. Saya melihat diri saya sebagai Bima yang akhirnya bertumbuh dan mencoba menemukan potensi diri.
Penonton lainnya melihat dirinya sebagai Dara yang mencoba memahami keberadaannya sebagai ibu dan istri dengan segala bebannya. Kita melihat produk pengasuhan mereka berdua kelak pada Adam yang akan terus mengajarkan pada kedua orang tuanya yang berusia muda untuk tak takut terantuk kesalahan dan terus belajar darinya.
Dua Hati Biru
Produser: Gina S Noer, Sigit Pratama, Riza, Chand Parwez Servia
Penulis Skenario: Gina S Noer
Sutradara: Gina S Noer, Dinna Jasanti
Pemain: Angga Yunanda, Aisha Nurra Datau, Farrell Rafisqy
Ichwan Persada
Sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute, bisa dikontak via Instagram @ichwanpersada
(ita)