CERMIN AWARDS: 10 Aktor dan Aktris Indonesia Terbaik 2023
loading...
A
A
A
Ringgo pun semakin matang berakting berkat pengalaman yang dijalaninya dalam puluhan judul film, serial hingga film televisi. Namun bisa jadi peran sebagai Bagus dalam Jatuh Cinta Seperti di Film-Film adalah peran yang tercipta sekali hanya dalam 10 tahun. Yandy tepat mempercayakannya kepada Ringgo.
Kita melihat Ringgo dalam beragam wajah dalam film tersebut. Sebagai penulis yang frustrasi, calon sutradara yang gugup, dan terutama sebagai laki-laki yang menanti cintanya berbalas oleh perempuan yang sudah dicintainya selama bertahun-tahun. Kita pun melihat potensi Ringgo membawa pulang Piala Citra pertamanya tahun depan.
Foto: Rekata Studio
Menarik mencermati betapa iritnya filmografi yang dimiliki Ine sejak Beth yang dibintanginya pada 2002. Hingga Budi Pekerti baru delapan judul film yang menarik perhatiannya dan akhirnya dimainkannya. Delapan menjadi angka keberuntungan bagi Ine karena lewat Budi Pekerti lah, ia memperoleh pengakuan yang seharusnya sudah bertahun-tahun lalu diperolehnya.
Budi Pekerti memang memberi Ine sebuah peran yang pantas dilakoninya: peran sentral dengan kedalaman dimensi yang menarik untuk dimainkan. Sebagai seorang guru yang senang bereksperimen, sebagai seorang istri dari suami bipolar, dan ibu dari dua anak yang nyeni. Ine melebur sebagai Prani yang merasakan bahwa perempuan diperlakukan berbeda dalam tradisi cancel-culture.
Seharusnya Ine memang sudah diakui kemampuannya oleh FFI atas perannya yang dahsyat sebagai Nyai Ontosoroh dalam Bumi Manusia. Tapi belum terlambat para juri menyadari kekeliruannya dan akhirnya memberi Ine piala Citra pertamanya tahun ini.
Foto: Falcon Pictures
Menarik memang memainkan peran dari seseorang yang pernah ada dan namanya harum di negeri ini. Tapi sekaligus juga tak mudah. Bebannya terlampau berat dan akan selalu berpotensi untuk dibanding-bandingkan dengan karakter aslinya.
Aktor selevel Vino memahami itu, tapi ia mungkin menaruh beban itu di luar dirinya sehingga Vino bisa memainkan peran sesulit Buya Hamka dengan pas. Dengan penampilan fisik yang dirias berbeda, Vino menjadi sosok ulama yang dikagumi, aktivis Muslim yang dicintai, sekaligus menjadi suami dan ayah yang selalu dirindukan oleh keluarganya.
Peran Buya Hamka bisa jadi adalah peran paling hebat sekaligus paling menantang Vino sepanjang karirnya. Dalam FFI tahun depan, kita boleh berharap Vino akan mendampingi Ringgo dalam daftar nominasi Pemeran Utama Pria Terbaik melalui Hamka dan Siti Raham Vol 2.
Ichwan Persada
Sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute, bisa dikontak via Instagram @ichwanpersada
Kita melihat Ringgo dalam beragam wajah dalam film tersebut. Sebagai penulis yang frustrasi, calon sutradara yang gugup, dan terutama sebagai laki-laki yang menanti cintanya berbalas oleh perempuan yang sudah dicintainya selama bertahun-tahun. Kita pun melihat potensi Ringgo membawa pulang Piala Citra pertamanya tahun depan.
9. Sha Ine Febriyanti (Film: Budi Pekerti)
Foto: Rekata Studio
Menarik mencermati betapa iritnya filmografi yang dimiliki Ine sejak Beth yang dibintanginya pada 2002. Hingga Budi Pekerti baru delapan judul film yang menarik perhatiannya dan akhirnya dimainkannya. Delapan menjadi angka keberuntungan bagi Ine karena lewat Budi Pekerti lah, ia memperoleh pengakuan yang seharusnya sudah bertahun-tahun lalu diperolehnya.
Budi Pekerti memang memberi Ine sebuah peran yang pantas dilakoninya: peran sentral dengan kedalaman dimensi yang menarik untuk dimainkan. Sebagai seorang guru yang senang bereksperimen, sebagai seorang istri dari suami bipolar, dan ibu dari dua anak yang nyeni. Ine melebur sebagai Prani yang merasakan bahwa perempuan diperlakukan berbeda dalam tradisi cancel-culture.
Seharusnya Ine memang sudah diakui kemampuannya oleh FFI atas perannya yang dahsyat sebagai Nyai Ontosoroh dalam Bumi Manusia. Tapi belum terlambat para juri menyadari kekeliruannya dan akhirnya memberi Ine piala Citra pertamanya tahun ini.
10. Vino G Bastian (Film: Buya Hamka Vol 1)
Foto: Falcon Pictures
Menarik memang memainkan peran dari seseorang yang pernah ada dan namanya harum di negeri ini. Tapi sekaligus juga tak mudah. Bebannya terlampau berat dan akan selalu berpotensi untuk dibanding-bandingkan dengan karakter aslinya.
Aktor selevel Vino memahami itu, tapi ia mungkin menaruh beban itu di luar dirinya sehingga Vino bisa memainkan peran sesulit Buya Hamka dengan pas. Dengan penampilan fisik yang dirias berbeda, Vino menjadi sosok ulama yang dikagumi, aktivis Muslim yang dicintai, sekaligus menjadi suami dan ayah yang selalu dirindukan oleh keluarganya.
Peran Buya Hamka bisa jadi adalah peran paling hebat sekaligus paling menantang Vino sepanjang karirnya. Dalam FFI tahun depan, kita boleh berharap Vino akan mendampingi Ringgo dalam daftar nominasi Pemeran Utama Pria Terbaik melalui Hamka dan Siti Raham Vol 2.
Ichwan Persada
Sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute, bisa dikontak via Instagram @ichwanpersada
(ita)