Review The Marvels: Aksi Penuh Kekocakan Tanpa Konsistensi Cerita
loading...
A
A
A
The Marvels mendapatkan proyeksi yang rendah untuk sebuah film Marvel Cinematic Universe (MCU). Uji screening yang dilakukan Marvel Studios berakhir buruk dan harapan untuk film ini pun jadi turun. Tapi, apakah The Marvels memang seburuk itu?
The Marvels berpusat pada konsekuensi yang dihadapi Carol Danvers alias Captain Marvel atas apa yang dia lakukan di film pertamanya. Namun, kali ini dia tidak sendirian. Carol dibantu Monica Rambeau dan Kamala Khan untuk menghadapi pemimpin Kree yang sangat dendam kepadanya.
Sutradara Nia DaCosta tidak membuang-buang waktu untuk membawa film ini langsung kepada adegan aksi. Menit awal digunakan untuk memberikan dasar cerita dan bagaimana semuanya terkait satu sama lain. Sisanya, Nia berfokus pada pertarungan antara Carol dan Kree yang melibatkan Monica serta Kamala.
Karena terlalu banyak aksi tarung di bagian awal inilah, The Marvels terasa agak membingungkan. Plotnya terasa shaky karena penonton tidak diberi waktu untuk mencerna pertarungan itu. Belum lagi, lokasinya berubah dengan cepat akibat terjalinnya kekuatan Carol, Monica, dan Kamala. Akibat adegan ini, rumah Kamala porak poranda.
Foto: Dexerto
Pertarungan intensif ini lumayan menghibur. Sementara Carol dan Monica sudah paham dengan kondisi luar angkasa dan alien, Kamala adalah pemain baru. Seperti terlihat di trailer, Kamala berteriak-teriak ketika melihat Goose menelan Kree di sebuah kapal luar angkasa.
Dengan Carol dan Monica digambarkan sebagai karakter yang lumayan serius sejak awal, Kamala menjadi pemecah esnya. Sikap fangirling Kamala cukup menghibur. Dia mengingatkan orang pada Spider-Man ketika bertemu Captain America dan Avengers di Civil War. Tapi, level fangirling Kamala lebih tinggi karena dia sudah terobsesi.
Di antara plotnya yang shaky ini, The Marvels menyelesaikan sejumlah utasan yang masih terurai seperti hubungan Carol dan Monica. Sejumlah flashback memberikan gambaran apa yang terjadi selama lima tahun sejak jentikan jari Thanos sampai jentikan jari Hulk. Ada sejumlah momen emosional di sana.
Foto: CNN
Sementara, Carol juga sudah sekaku sebelumnya. Di film ini, sikapnya lebih cair dan bisa mengimbangi Monica yang serius tapi santai. Dia juga bisa lebih memahami Kamala, pada akhirnya. Carol bahkan memperlihatkan kemampuannya berdansa di sini.
Perkembangan karakter menjadi salah satu titik kuat di film ini. Orang jadi lebih mengenal pribadi Carol yang sudah lebih bijak dari sebelumnya. Dia tidak lagi egois, tapi, lebih pada tidak tahu apa yang harus dia lakukan dan cara menghadapi rasa duka cita.
Sayangnya, konflik antara Monica dan Carol tidak terlalu mendalam. Resolusinya pun tergolong cepat dan bijak. Sepertinya, film ini menghindari terjebak dalam suasana melankolis. Padahal, mungkin, akan lebih sedikit seru kalau Monica dan Carol sedikit bertarung untuk menyelesaikan masalah mereka.
Foto: Deadline
Di sisi lain, Kamala semakin bersemangat menjadi seorang pahlawan. Pertemuannya dengan Carol dan Monica serta keterlibatannya dalam sejumlah krisis di film itu membuatnya sadar kalau menjadi pahlawan itu tidak mudah. Belum lagi, Kamala mendapatkan teknologi SABER yang berisi informasi tentang pahlawan super seperti dirinya.
Nick Fury berperan sebagai pendukung di film ini. The Marvels mengungkapkan kalau dia dan Carol masih berhubungan baik. Keduanya juga sering bekerja sama untuk mengatasi masalah di luar angkasa. Dia juga memamerkan sedikit aksinya di film ini.
Sayangnya, film ini mengabaikan sejumlah fakta yang telah terbangun dari film atau serial sebelumnya. Sedikit spoiler, di Ms. Marvel, Aamir, kakak Kamala Khan, sudah menikah. Tapi, film ini mengabaikan pernikahan itu. Selain itu, di Secret Invasion, istri Skrull Nick ikut ke SABER. Tapi, dia tidak disinggung. SABER juga terlihat lebih banyak diisi manusia, tanpa Skrull. Ketidakkonsistenan ini akan mengganggu kesinambungan plot MCU, terutama di Ms. Marvel. Entah bagaimana film atau seri selanjutnya akan menjelaskan plot hole ini.
Foto: Tech Radar
Departemen villain-nya lumayan. Dar-Benn cukup menebarkan teror yang mengerikan dengan ambisinya untuk menghidupkan kembali planetnya. Orang bisa bersimpati padanya. Namun, ambisi itu telah memakan egonya sehingga dia tidak bisa berpikir lebih jernih lagi.
Sementara, bagi pencinta drama atau film Korea, kehadiran Park Seo-joon akan menjadi daya tarik tersendiri. Di film ini, dia menjadi pemeran pendukung sebagai Pangeran Yan dari Aladna. Penampilannya tidak lama, tapi cukup mencuri perhatian karena hubungannya dengan Carol Danvers. Meski berusaha sebaik mungkin, sayang, wig yang dipakai Seo-joon agak mengganggu.
Secara keseluruhan, The Marvels oke, tapi bukan yang oke-oke banget atau pun sepenuhnya jelek. Film ini punya bobot humor yang lumayan. Kelakuan Kamala cukup menjadi hiburan. Belum lagi, Goose juga memberikan masalah lain bagi SABER. Sementara, action-nya yang lumayan banyak bisa cukup menghibur.
Foto: Heroic Hollywood
Titik berat film ini ada pada bagian akhir. Bagian ini akan membuat penonton bersorak. Belum lagi adegan pascakreditnya juga menampilkan cameo yang spesial. Yang jelas, selain karakter-karakter yang telah disebutkan di atas, orang juga harus memperhatikan Maria Rambeau, sahabat Carol Danvers.
Dengan menghadirkan tiga jagoan cewek dan seorang penjahat utama cewek serta disutradarai seorang cewek, The Marvels sepertinya menjadi film pertama MCU yang didominasi cewek dari cast dan krunya. Namun, secara penggambaran, jalan cerita, dan determinasi, film ini masih kalah dari Black Panther: Wakanda Forever yang juga didominasi cast cewek. The Marvels masih kurang mengeksplorasi kedalaman emosinya. Ini membuat film ini agak kurang tekoneksi.
The Marvels menyajikan tontonan kocak dengan aksi pertarungan yang seru. Implikasi dari akhir film ini memberikan masa depan yang menjanjikan bagi perjalanan MCU. Sayangnya, ketidakkonsistenan dan lubang di sana sini membuat film ini terasa agak kurang.
The Marvels mulai tayang di bioskop seluruh Indonesia pada hari ini, Rabu (8/11). Film ini berdurasi 1 jam 45 menit dan dua adegan pascakredit, tapi yang kedua tidak penting. Adegan pascakredit pertamanya sangat membangongkan. Selamat menyaksikan!
The Marvels berpusat pada konsekuensi yang dihadapi Carol Danvers alias Captain Marvel atas apa yang dia lakukan di film pertamanya. Namun, kali ini dia tidak sendirian. Carol dibantu Monica Rambeau dan Kamala Khan untuk menghadapi pemimpin Kree yang sangat dendam kepadanya.
Sutradara Nia DaCosta tidak membuang-buang waktu untuk membawa film ini langsung kepada adegan aksi. Menit awal digunakan untuk memberikan dasar cerita dan bagaimana semuanya terkait satu sama lain. Sisanya, Nia berfokus pada pertarungan antara Carol dan Kree yang melibatkan Monica serta Kamala.
Karena terlalu banyak aksi tarung di bagian awal inilah, The Marvels terasa agak membingungkan. Plotnya terasa shaky karena penonton tidak diberi waktu untuk mencerna pertarungan itu. Belum lagi, lokasinya berubah dengan cepat akibat terjalinnya kekuatan Carol, Monica, dan Kamala. Akibat adegan ini, rumah Kamala porak poranda.
Foto: Dexerto
Pertarungan intensif ini lumayan menghibur. Sementara Carol dan Monica sudah paham dengan kondisi luar angkasa dan alien, Kamala adalah pemain baru. Seperti terlihat di trailer, Kamala berteriak-teriak ketika melihat Goose menelan Kree di sebuah kapal luar angkasa.
Dengan Carol dan Monica digambarkan sebagai karakter yang lumayan serius sejak awal, Kamala menjadi pemecah esnya. Sikap fangirling Kamala cukup menghibur. Dia mengingatkan orang pada Spider-Man ketika bertemu Captain America dan Avengers di Civil War. Tapi, level fangirling Kamala lebih tinggi karena dia sudah terobsesi.
Di antara plotnya yang shaky ini, The Marvels menyelesaikan sejumlah utasan yang masih terurai seperti hubungan Carol dan Monica. Sejumlah flashback memberikan gambaran apa yang terjadi selama lima tahun sejak jentikan jari Thanos sampai jentikan jari Hulk. Ada sejumlah momen emosional di sana.
Foto: CNN
Sementara, Carol juga sudah sekaku sebelumnya. Di film ini, sikapnya lebih cair dan bisa mengimbangi Monica yang serius tapi santai. Dia juga bisa lebih memahami Kamala, pada akhirnya. Carol bahkan memperlihatkan kemampuannya berdansa di sini.
Perkembangan karakter menjadi salah satu titik kuat di film ini. Orang jadi lebih mengenal pribadi Carol yang sudah lebih bijak dari sebelumnya. Dia tidak lagi egois, tapi, lebih pada tidak tahu apa yang harus dia lakukan dan cara menghadapi rasa duka cita.
Sayangnya, konflik antara Monica dan Carol tidak terlalu mendalam. Resolusinya pun tergolong cepat dan bijak. Sepertinya, film ini menghindari terjebak dalam suasana melankolis. Padahal, mungkin, akan lebih sedikit seru kalau Monica dan Carol sedikit bertarung untuk menyelesaikan masalah mereka.
Foto: Deadline
Di sisi lain, Kamala semakin bersemangat menjadi seorang pahlawan. Pertemuannya dengan Carol dan Monica serta keterlibatannya dalam sejumlah krisis di film itu membuatnya sadar kalau menjadi pahlawan itu tidak mudah. Belum lagi, Kamala mendapatkan teknologi SABER yang berisi informasi tentang pahlawan super seperti dirinya.
Nick Fury berperan sebagai pendukung di film ini. The Marvels mengungkapkan kalau dia dan Carol masih berhubungan baik. Keduanya juga sering bekerja sama untuk mengatasi masalah di luar angkasa. Dia juga memamerkan sedikit aksinya di film ini.
Sayangnya, film ini mengabaikan sejumlah fakta yang telah terbangun dari film atau serial sebelumnya. Sedikit spoiler, di Ms. Marvel, Aamir, kakak Kamala Khan, sudah menikah. Tapi, film ini mengabaikan pernikahan itu. Selain itu, di Secret Invasion, istri Skrull Nick ikut ke SABER. Tapi, dia tidak disinggung. SABER juga terlihat lebih banyak diisi manusia, tanpa Skrull. Ketidakkonsistenan ini akan mengganggu kesinambungan plot MCU, terutama di Ms. Marvel. Entah bagaimana film atau seri selanjutnya akan menjelaskan plot hole ini.
Foto: Tech Radar
Departemen villain-nya lumayan. Dar-Benn cukup menebarkan teror yang mengerikan dengan ambisinya untuk menghidupkan kembali planetnya. Orang bisa bersimpati padanya. Namun, ambisi itu telah memakan egonya sehingga dia tidak bisa berpikir lebih jernih lagi.
Sementara, bagi pencinta drama atau film Korea, kehadiran Park Seo-joon akan menjadi daya tarik tersendiri. Di film ini, dia menjadi pemeran pendukung sebagai Pangeran Yan dari Aladna. Penampilannya tidak lama, tapi cukup mencuri perhatian karena hubungannya dengan Carol Danvers. Meski berusaha sebaik mungkin, sayang, wig yang dipakai Seo-joon agak mengganggu.
Secara keseluruhan, The Marvels oke, tapi bukan yang oke-oke banget atau pun sepenuhnya jelek. Film ini punya bobot humor yang lumayan. Kelakuan Kamala cukup menjadi hiburan. Belum lagi, Goose juga memberikan masalah lain bagi SABER. Sementara, action-nya yang lumayan banyak bisa cukup menghibur.
Foto: Heroic Hollywood
Titik berat film ini ada pada bagian akhir. Bagian ini akan membuat penonton bersorak. Belum lagi adegan pascakreditnya juga menampilkan cameo yang spesial. Yang jelas, selain karakter-karakter yang telah disebutkan di atas, orang juga harus memperhatikan Maria Rambeau, sahabat Carol Danvers.
Dengan menghadirkan tiga jagoan cewek dan seorang penjahat utama cewek serta disutradarai seorang cewek, The Marvels sepertinya menjadi film pertama MCU yang didominasi cewek dari cast dan krunya. Namun, secara penggambaran, jalan cerita, dan determinasi, film ini masih kalah dari Black Panther: Wakanda Forever yang juga didominasi cast cewek. The Marvels masih kurang mengeksplorasi kedalaman emosinya. Ini membuat film ini agak kurang tekoneksi.
The Marvels menyajikan tontonan kocak dengan aksi pertarungan yang seru. Implikasi dari akhir film ini memberikan masa depan yang menjanjikan bagi perjalanan MCU. Sayangnya, ketidakkonsistenan dan lubang di sana sini membuat film ini terasa agak kurang.
The Marvels mulai tayang di bioskop seluruh Indonesia pada hari ini, Rabu (8/11). Film ini berdurasi 1 jam 45 menit dan dua adegan pascakredit, tapi yang kedua tidak penting. Adegan pascakredit pertamanya sangat membangongkan. Selamat menyaksikan!
(alv)