CERMIN: Bagaimana Mendefinisikan Film Religi?
loading...
A
A
A
Bumbu religi pun sesungguhnya nyaris tak ada sepanjang durasi film berjalan, hanya dua adegan ketika Aqilla menunaikan salat dan menumpahkan airmata di sajadah yang digunakannya. Juga ketika Arif mengajarkan Al-qur’an kepada Baskara.
Padahal sesungguhnya banyak hal menarik yang bisa dikupas dari aspek Islam yang bisa menjadi perspektif baru bagi penonton. Misalnya dari sisi hukum adopsi. Saya ingat sebuah film India berjudul Mimi (2021) yang bisa ditonton di Netflix dengan premis yang mirip.
Yang menarik dari Mimiadalah pembuat filmnya membenturkan soal konflik moral dari orang tua yang ingin mengadopsi dengan ibu yang mengandung bayinya. Kita juga diperlihatkan soal betapa kompleksnya persoalan adopsi ini.
Jika ingin tampil segar dan menarik, sebenarnya Airmata di Ujung Sajadahbisa dibawa ke arah drama pengadilan mengharu biru soal perebutan anak dari ibu kandung dan orang tua angkatnya. Sayangnya hal tersebut tak terjadi.
Tapi yang menjadi kekhawatiran terbesar bagi saya selaku sesama pembuat film maupun sebagai penonton adalah betapa label film religi bakal semakin mudah dilekatkan ke film yang sesungguhnya tak sungguh-sungguh mengolah nilai-nilai Islami di dalamnya demi pertimbangan komersial. Kita akan menjadi semakin kabur mengidentifikasi sebuah film apakah layak dilabeli film religi atau tidak.
Airmata di Ujung Sajadah
Produser: Ronny Irawan, Nafa Urbach
Sutradara: Key Mangunsong
Penulis Skenario: Titien Wattimena
Pemain: Titi Kamal, Fedi Nuril, Citra Kirana
Ichwan Persada
Sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute, bisa dikontak via Instagram @ichwanpersada
Padahal sesungguhnya banyak hal menarik yang bisa dikupas dari aspek Islam yang bisa menjadi perspektif baru bagi penonton. Misalnya dari sisi hukum adopsi. Saya ingat sebuah film India berjudul Mimi (2021) yang bisa ditonton di Netflix dengan premis yang mirip.
Yang menarik dari Mimiadalah pembuat filmnya membenturkan soal konflik moral dari orang tua yang ingin mengadopsi dengan ibu yang mengandung bayinya. Kita juga diperlihatkan soal betapa kompleksnya persoalan adopsi ini.
Jika ingin tampil segar dan menarik, sebenarnya Airmata di Ujung Sajadahbisa dibawa ke arah drama pengadilan mengharu biru soal perebutan anak dari ibu kandung dan orang tua angkatnya. Sayangnya hal tersebut tak terjadi.
Tapi yang menjadi kekhawatiran terbesar bagi saya selaku sesama pembuat film maupun sebagai penonton adalah betapa label film religi bakal semakin mudah dilekatkan ke film yang sesungguhnya tak sungguh-sungguh mengolah nilai-nilai Islami di dalamnya demi pertimbangan komersial. Kita akan menjadi semakin kabur mengidentifikasi sebuah film apakah layak dilabeli film religi atau tidak.
Airmata di Ujung Sajadah
Produser: Ronny Irawan, Nafa Urbach
Sutradara: Key Mangunsong
Penulis Skenario: Titien Wattimena
Pemain: Titi Kamal, Fedi Nuril, Citra Kirana
Ichwan Persada
Sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute, bisa dikontak via Instagram @ichwanpersada
(ita)