Review One Piece Live Action: Surprisingly Melampaui Ekspektasi
loading...
A
A
A
One Piece Live Action mendapatkan hype menjelang perilisannya. Adaptasi live action pertama serial populer karya Eiichiro Oda itu sangat dinantikan penggemar. Mereka penasaran dengan seperti apa visual dan alur yang diangkat di live action ini.
Serial ini mengisahkan tentang asal usul kru Perompak Jerami sebelum mereka mengarungi Grand Line. Penonton akan diperkenalkan kepada sosok Monkey D. Luffy yang berencana menjadi Raja Perompak. Dia kemudian merekrut sejumlah orang untuk ikut berpetualang dengannya.
Sejumlah flashback yang muncul di serial ini membangun atmosfir ceritanya. Orang akan diperkenalkan dengan para karakter utama di serial ini dengan pelan-pelan. Ini akan sangat membantu mereka yang baru mendengar tentang One Piece dan mulai menontonnya lewat serial live action ini.
Terus terang, saya datang ke acara premier One Piece Live Action Episode 1 dengan ekspektasi yang rendah, mungkin terlalu rendah. Trauma atas adaptasi live action animanga produksi Hollywood membuat saya tidak berani berekspektasi tinggi. Meski trailer-nya terlihat oke, tapi, belum tentu hasil aslinya juga bagus.
Foto: IGN
Dan, saya tidak menyangka. Serial ini ternyata tampil di luar ekspektasi saya. Visualnya oke, ceritanya, meski diubah sana sini, tetap punya alur yang mengalir. Bahkan, akting sejumlah penampil di serial ini mencuri perhatian. Mereka berhasil menghidupkan karakter yang mereka tampilkan.
Mackenyu, Emily Rudd, dan Morgan Davies yang memerankan Roronoa Zoro, Nami, dan Koby patut diacungi jempol. Mackenyu dengan baik bisa menampilkan Zoro yang tangguh dan dingin. Emily Rudd menampilkan Nami yang licik, tapi gesit dan juga terampil. Sementara, meski hanya memerankan karakter yang tergolong minor, Morgan Davies mampu mencuri perhatian dengan kepiawaiannya berakting sebagai cowok penakut dan kemudian berubah menjadi sosok yang tahu apa yang harus dilakukan.
Foto: Pinkvilla
Bagaimana dengan Inaki Godoy yang memerankan Luffy? Aktor asal Meksiko itu terlihat sangat berusaha menampilkan Luffy seperti di anime. Dia selalu tersenyum. Ya, tidak ada yang salah dengan itu. Tapi, di titik-titik tertentu, ini terlihat tidak natural. Dia baru terlihat bisa menangkap semangat Luffy ketika tampil bareng lawan mainnya. Selebihnya, biasa saja.
Cerita di serial ini juga dipadatkan. Ini membuat sejumlah detail yang tampil di manga atau anime dihilangkan. Dengan satu episode mengadaptasi satu busur, ini tentu bisa dipahami. Dalam sekitar 45 menit, episode ini harus mengadaptasi beberapa chapter manga atau episode anime-nya. Tak heran kalau ada beberapa elemen yang dihilangkan.
Foto: Slash Film
Tapi, ada pula yang ditambahkan di serial ini. Nami, terutama. Cewek itu lebih banyak terlihat aksinya di episode pertama. Dia memperlihatkan kemampuannya di awal cerita, agak berbeda dengan anime dan manga-nya. Dia terlihat badass di penampilan perdananya ini.
Visual serial ini juga lumayan. Ada rasa atmosfir Pirates of the Caribbean di serial ini. Beberapa elemen bisa mengingatkan orang pada Kapten Jack Sparrow di awal perkenalannya. Tapi, tentu saja sangat berbeda. Luffy bukan Jack dan sebaliknya. Di beberapa bagian adegan, visual effect-nya masih terasa shaky, tapi ini tidak terlalu berpengaruh pada ceritanya. Kecuali bagi mereka yang benar-benar menikmati detail aksinya.
Foto: Popverse
One Piece Live Action memberikan harapan cerah bagi adaptasi animanga ke versi hidup. Namun, diperlukan banyak usaha untuk menghindari kekecewaan penonton pada adaptasi serupa seperti yang terjadi pada serial Death Note dan Cowboy Bebop yang sama-sama diproduksi Netflix. One Piece benar-benar berusaha untuk mendekati sumber materinya sehingga alur dan plotnya tidak terasa asing dan memuaskan.
One Piece Live Action berhasil melampaui ekspekstasi. Skeptisme yang awalnya melanda terjawab dengan serunya aksi pertarungan sengit antara para karakter utamanya. Ini ditambah dengan penampilan apik para aktor pemerannya. Chemistry yang mereka tampilkan menambah kuat alurnya.
Foto: Screen Rant
Departemen penjahatnya juga tidak terlalu mengecewakan. Meski ada beberapa bagian yang terlihat aneh diadaptasi live-action-nya, tapi penampilan aktornya yang oke bisa menutupi kekurangan itu. Satu-satunya hal yang terasa kurang dari serial ini adalah dialognya yang agak aneh. Mungkin karena terbiasa mendengar dalam bahasa Jepang dan kini harus mendengarnya dalam bahasa Inggris.
Diawasi langsung Eiichiro Oda bisa membuat serial ini bisa tampil maksimal. Mangaka itu tentu tidak rela kalau serial buatannya ini diadaptasi secara asal-asalan. Bahkan, Netflix pun tidak mau merilis serial ini selama Oda tidak memberikan lampu hijaunya. Meskipun Oda tidak ikut menulis skripnya, tapi dia juga turut mengawasinya. Makanya, ceritanya tidak melenceng-melenceng amat dari manga-nya.
One Piece Live Action meruntuhkan keraguan. Serial ini bisa menjadi salah satu contoh bagaimana sebuah adaptasi manga ke live action itu sebenarnya. Tidak hanya cerita, pemilihan casting yang tepat juga bisa menjadi faktor penentunya dan kemudian ditunjang dengan pendekatan pada cerita aslinya. Visual effect tetap menjadi salah satu faktor pendukungnya.
One Piece Live Action mulai tayang secara eksklusif di Netflix pada hari ini, Kamis (31/8). Serial ini punya 8 episode yang dirilis sepekan sekali. Selamat menonton!
Serial ini mengisahkan tentang asal usul kru Perompak Jerami sebelum mereka mengarungi Grand Line. Penonton akan diperkenalkan kepada sosok Monkey D. Luffy yang berencana menjadi Raja Perompak. Dia kemudian merekrut sejumlah orang untuk ikut berpetualang dengannya.
Sejumlah flashback yang muncul di serial ini membangun atmosfir ceritanya. Orang akan diperkenalkan dengan para karakter utama di serial ini dengan pelan-pelan. Ini akan sangat membantu mereka yang baru mendengar tentang One Piece dan mulai menontonnya lewat serial live action ini.
Terus terang, saya datang ke acara premier One Piece Live Action Episode 1 dengan ekspektasi yang rendah, mungkin terlalu rendah. Trauma atas adaptasi live action animanga produksi Hollywood membuat saya tidak berani berekspektasi tinggi. Meski trailer-nya terlihat oke, tapi, belum tentu hasil aslinya juga bagus.
Foto: IGN
Dan, saya tidak menyangka. Serial ini ternyata tampil di luar ekspektasi saya. Visualnya oke, ceritanya, meski diubah sana sini, tetap punya alur yang mengalir. Bahkan, akting sejumlah penampil di serial ini mencuri perhatian. Mereka berhasil menghidupkan karakter yang mereka tampilkan.
Mackenyu, Emily Rudd, dan Morgan Davies yang memerankan Roronoa Zoro, Nami, dan Koby patut diacungi jempol. Mackenyu dengan baik bisa menampilkan Zoro yang tangguh dan dingin. Emily Rudd menampilkan Nami yang licik, tapi gesit dan juga terampil. Sementara, meski hanya memerankan karakter yang tergolong minor, Morgan Davies mampu mencuri perhatian dengan kepiawaiannya berakting sebagai cowok penakut dan kemudian berubah menjadi sosok yang tahu apa yang harus dilakukan.
Foto: Pinkvilla
Bagaimana dengan Inaki Godoy yang memerankan Luffy? Aktor asal Meksiko itu terlihat sangat berusaha menampilkan Luffy seperti di anime. Dia selalu tersenyum. Ya, tidak ada yang salah dengan itu. Tapi, di titik-titik tertentu, ini terlihat tidak natural. Dia baru terlihat bisa menangkap semangat Luffy ketika tampil bareng lawan mainnya. Selebihnya, biasa saja.
Cerita di serial ini juga dipadatkan. Ini membuat sejumlah detail yang tampil di manga atau anime dihilangkan. Dengan satu episode mengadaptasi satu busur, ini tentu bisa dipahami. Dalam sekitar 45 menit, episode ini harus mengadaptasi beberapa chapter manga atau episode anime-nya. Tak heran kalau ada beberapa elemen yang dihilangkan.
Foto: Slash Film
Tapi, ada pula yang ditambahkan di serial ini. Nami, terutama. Cewek itu lebih banyak terlihat aksinya di episode pertama. Dia memperlihatkan kemampuannya di awal cerita, agak berbeda dengan anime dan manga-nya. Dia terlihat badass di penampilan perdananya ini.
Visual serial ini juga lumayan. Ada rasa atmosfir Pirates of the Caribbean di serial ini. Beberapa elemen bisa mengingatkan orang pada Kapten Jack Sparrow di awal perkenalannya. Tapi, tentu saja sangat berbeda. Luffy bukan Jack dan sebaliknya. Di beberapa bagian adegan, visual effect-nya masih terasa shaky, tapi ini tidak terlalu berpengaruh pada ceritanya. Kecuali bagi mereka yang benar-benar menikmati detail aksinya.
Foto: Popverse
One Piece Live Action memberikan harapan cerah bagi adaptasi animanga ke versi hidup. Namun, diperlukan banyak usaha untuk menghindari kekecewaan penonton pada adaptasi serupa seperti yang terjadi pada serial Death Note dan Cowboy Bebop yang sama-sama diproduksi Netflix. One Piece benar-benar berusaha untuk mendekati sumber materinya sehingga alur dan plotnya tidak terasa asing dan memuaskan.
One Piece Live Action berhasil melampaui ekspekstasi. Skeptisme yang awalnya melanda terjawab dengan serunya aksi pertarungan sengit antara para karakter utamanya. Ini ditambah dengan penampilan apik para aktor pemerannya. Chemistry yang mereka tampilkan menambah kuat alurnya.
Foto: Screen Rant
Departemen penjahatnya juga tidak terlalu mengecewakan. Meski ada beberapa bagian yang terlihat aneh diadaptasi live-action-nya, tapi penampilan aktornya yang oke bisa menutupi kekurangan itu. Satu-satunya hal yang terasa kurang dari serial ini adalah dialognya yang agak aneh. Mungkin karena terbiasa mendengar dalam bahasa Jepang dan kini harus mendengarnya dalam bahasa Inggris.
Diawasi langsung Eiichiro Oda bisa membuat serial ini bisa tampil maksimal. Mangaka itu tentu tidak rela kalau serial buatannya ini diadaptasi secara asal-asalan. Bahkan, Netflix pun tidak mau merilis serial ini selama Oda tidak memberikan lampu hijaunya. Meskipun Oda tidak ikut menulis skripnya, tapi dia juga turut mengawasinya. Makanya, ceritanya tidak melenceng-melenceng amat dari manga-nya.
One Piece Live Action meruntuhkan keraguan. Serial ini bisa menjadi salah satu contoh bagaimana sebuah adaptasi manga ke live action itu sebenarnya. Tidak hanya cerita, pemilihan casting yang tepat juga bisa menjadi faktor penentunya dan kemudian ditunjang dengan pendekatan pada cerita aslinya. Visual effect tetap menjadi salah satu faktor pendukungnya.
One Piece Live Action mulai tayang secara eksklusif di Netflix pada hari ini, Kamis (31/8). Serial ini punya 8 episode yang dirilis sepekan sekali. Selamat menonton!
(alv)