CERMIN: Barbie, Proust, Patriarki, dan Eksistensialisme

Jum'at, 28 Juli 2023 - 15:22 WIB
loading...
A A A
Yang bisa saya duga sejak awal menyaksikan Barbiedari Greta adalah kecintaannya menampilkan hubungan ibu dan anak yang kompleks sebagaimana yang sudah ditampilkannya dalam Lady Birddan Little Women. Dalam Barbie, kita melihat bagaimana sulitnya Gloria terkoneksi dengan anak remaja perempuannya, Sasha. Sebagai generasi anak muda, Sasha kritis dan menganggap Barbie sama sekali sudah tidak relevan, bahkan mungkin menyusahkan perempuan seperti dirinya saat ini dengan segala stereotipe yang disandangnya.

Awalnya Barbie memang diciptakan Ruth Handler sebagai bentuk kecintaannya pada putrinya, Barbara. Perlahan Barbie terus berevolusi dan memperlihatkan bahwa perempuan juga bisa menjadi apa pun yang ia mau. Ia bisa menjadi dokter, pramugari, astronot, bahkan presiden. Ruth pun mungkin tak pernah sedikit pun membayangkan bahwa ciptaannya kelak akan diserang oleh para feminis.



Sebagaimana Barbie sebagai boneka, Barbiesebagai film juga merevolusi cara pandang kita melihat bagaimana sebuah ikon bisa ditampilkan dengan beragam referensi serius dan tetap bisa dipresentasikan dengan asyik.

Kelak mungkin kita juga akan melihat superhero tak lagi sibuk berbicara soal dunia paralel, tapi juga soal kematian, patriarki, hingga eksistensialisme dengan cara yang bisa menarik perhatian penonton muda dan tak menganggapnya membosankan.


Barbie
Produser: Tom Ackerley, Robbie Brenner, David Heyman, Margot Robbie
Sutradara: Greta Gerwig
Penulis Skenario: Greta Gerwig, Noah Baumbach
Pemain: Margot Robbie, Ryan Gosling, America Ferrera

Ichwan Persada
Sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute, bisa dikontak via Instagram @ichwanpersada
(ita)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1818 seconds (0.1#10.140)