Barbenheimer: Pilih Nonton Barbie atau Oppenheimer?
loading...
A
A
A
Oppenheimer mengisahkan tentang J. Robert Oppenheimer, sang Bapak Bom Atom. Diangkat dari buku American Prometheus karya Kai Bird dan Martin J Sherwin, film ini berpusat pada sepak terjang Oppenheimer ketika menjadi pemimpin laboratorium Los Alamos. Di sana, bersama para rekan-rekan ilmuwannya, dia akhirnya menciptakan bom atom.
Film ini juga memberikan latar belakang Oppenheimer sebelum menjadi dosen mekanik kuantum, keterlibatannya dengan gerakan komunis, hingga kisah cintanya dengan dua orang wanita. Gambaran pergolakan batin Oppenheimer terhadap bom yang dia buat juga terlihat jelas di film ini. Drama politik di dalamnya menambah bobot film ini.
Oppenheimer menampilkan sederet aktor kelas wahid yang aktingnya tidak perlu diragukan. Nama-nama seperti Cillian Murphy, Emily Blunt, Florence Pugh, Matt Damon, Robert Downey Jr., Gary Oldman, sampai Rami Malek, ada di film ini. Dijamin, orang tidak akan kecewa dengan penampilan mereka. Tapi, ada poin lain yang bisa menjadi pertimbangan menonton Oppenheimer di bioskop. Apa saja? Simak poinnya berikut!
- Serius
Oppenheimer punya tone yang serius dan jarang ada momen yang bisa bikin tertawa. Film ini membutuhkan konsentrasi lebih bagi penontonnya karena banyaknya karakter dan ceritanya yang berat. Emosi akan lebih teraduk-aduk di film ini ketika mengikuti kisah hidup Oppenheimer.
- Banyak istilah sains
Bagi mereka yang tidak terlalu suka sains, siap-siap pusing. Sebagian besar dialog di film ini memakai istilah sains yang mungkin tidak terlalu akrab di telinga semua orang. Para nerd dan maniak sains akan dengan mudah memahami istilah-istilah yang dipakai. Tapi, bagi penonton kasual, nikmati saja alur ceritanya.
- Durasinya Panjang
Oppenheimer berdurasi 3 jam atau 180 menit. Dengan durasi sepanjang ini, orang tentu sudah bisa mengatasi bagaimana mereka berada di dalam bioskop. Persiapan makanan, minuman, dan juga kesehatan diperlukan di sini. Kalian juga harus bisa memilih kapan harus ke kamar mandi supaya tidak ketinggalan filmnya.
- Tanpa aksi spektakuler
Meski film ini mengangkat tentang bom atom, harus diingat di sini yang dititikberatkan adalah sosok Oppenheimer. Jadi, lupakan ada adegan perang dengan adu tembak senapan atau bom. Film ini murni tentang bagaimana akhirnya bom itu tercipta, bukan bagaimana bom itu dijatuhkan. Jadi, tidak ada aksi yang benar-benar spektakuler dalam artian ledakan keras dan lain-lain. Film ini akan lebih pada memainkan emosi penontonnya.
- Drama politik
Twist film ini juga menjadi daya tarik tersendiri. Di bagian ini, obrolannya akan lebih familiar. Orang tidak akan dipusingkan dengan istilah-istilah sains atau hitungan matematika pembuatan bom. Drama politik yang terjadi di sepanjang film inilah yang membuat Oppenheimer tetap membumi dan bisa dinikmati. Bagi kalian yang tidak suka sains, inilah poin pentingnya.
Foto: IGN
Perilisan Barbie dan Oppenheimer yang bersamaan membuat kedua film ini dijuluki Barbenheimer. Dari setting ceritanya, sudah jelas kalau dua film ini menyasar audiens yang berbeda. Barbie lebih menyasar pada audiens umum yang ingin bernostalgia dengan masa kecilnya dan menikmati indahnya Barbieland, sementara Oppenheimer lebih pada orang-orang yang menginginkan pengalaman baru dalam menonton film dan para penyuka biografi.
Dari segi tone, kedua film ini pun sangat berbeda. Barbie punya warna-warna cerah yang meriah. Suasananya pun ceria, meski ada beberapa bagian yang bikin sedih. Selain itu, film ini juga kocak dan dipenuhi banyak adegan yang bakal bikin penonton tertawa.
Sementara, Oppenheimer punya tone yang serius. Warna yang ditampilkan pun cenderung suram dengan perbedaan masa lalu dan sekarang yang kontras. Latar Oppenheimer adalah era Perang Dunia II, di mana teknologi belum secanggih sekarang.
Bagi yang memang mencari hiburan, Barbie adalah tontonan yang tepat. Tanpa harus memikirkan betul pesan berat di dalamnya, orang bisa menontonnya dengan santai. Film ini benar-benar dibuat dengan nuansa anak-anak. Makanya, tidak perlu banyak menguras pikiran untuk mencermatinya. Film ini akan membuat berpikir setelah selesai, bukan berpikir ketika menontonnya.
Tapi, bagi mereka yang suka tontonan serius, Oppenheimer adalah jawabannya. Butuh konsentrasi dalam menonton film ini. Banyaknya karakter dan juga istilah sains membuat orang benar-benar harus mencermatinya. Mereka yang tidak suka film yang hanya ngobrol dari awal sampai akhir akan merasa bosan.
Film ini juga memberikan latar belakang Oppenheimer sebelum menjadi dosen mekanik kuantum, keterlibatannya dengan gerakan komunis, hingga kisah cintanya dengan dua orang wanita. Gambaran pergolakan batin Oppenheimer terhadap bom yang dia buat juga terlihat jelas di film ini. Drama politik di dalamnya menambah bobot film ini.
Oppenheimer menampilkan sederet aktor kelas wahid yang aktingnya tidak perlu diragukan. Nama-nama seperti Cillian Murphy, Emily Blunt, Florence Pugh, Matt Damon, Robert Downey Jr., Gary Oldman, sampai Rami Malek, ada di film ini. Dijamin, orang tidak akan kecewa dengan penampilan mereka. Tapi, ada poin lain yang bisa menjadi pertimbangan menonton Oppenheimer di bioskop. Apa saja? Simak poinnya berikut!
- Serius
Oppenheimer punya tone yang serius dan jarang ada momen yang bisa bikin tertawa. Film ini membutuhkan konsentrasi lebih bagi penontonnya karena banyaknya karakter dan ceritanya yang berat. Emosi akan lebih teraduk-aduk di film ini ketika mengikuti kisah hidup Oppenheimer.
- Banyak istilah sains
Bagi mereka yang tidak terlalu suka sains, siap-siap pusing. Sebagian besar dialog di film ini memakai istilah sains yang mungkin tidak terlalu akrab di telinga semua orang. Para nerd dan maniak sains akan dengan mudah memahami istilah-istilah yang dipakai. Tapi, bagi penonton kasual, nikmati saja alur ceritanya.
- Durasinya Panjang
Oppenheimer berdurasi 3 jam atau 180 menit. Dengan durasi sepanjang ini, orang tentu sudah bisa mengatasi bagaimana mereka berada di dalam bioskop. Persiapan makanan, minuman, dan juga kesehatan diperlukan di sini. Kalian juga harus bisa memilih kapan harus ke kamar mandi supaya tidak ketinggalan filmnya.
- Tanpa aksi spektakuler
Meski film ini mengangkat tentang bom atom, harus diingat di sini yang dititikberatkan adalah sosok Oppenheimer. Jadi, lupakan ada adegan perang dengan adu tembak senapan atau bom. Film ini murni tentang bagaimana akhirnya bom itu tercipta, bukan bagaimana bom itu dijatuhkan. Jadi, tidak ada aksi yang benar-benar spektakuler dalam artian ledakan keras dan lain-lain. Film ini akan lebih pada memainkan emosi penontonnya.
- Drama politik
Twist film ini juga menjadi daya tarik tersendiri. Di bagian ini, obrolannya akan lebih familiar. Orang tidak akan dipusingkan dengan istilah-istilah sains atau hitungan matematika pembuatan bom. Drama politik yang terjadi di sepanjang film inilah yang membuat Oppenheimer tetap membumi dan bisa dinikmati. Bagi kalian yang tidak suka sains, inilah poin pentingnya.
3. Konklusi
Foto: IGN
Perilisan Barbie dan Oppenheimer yang bersamaan membuat kedua film ini dijuluki Barbenheimer. Dari setting ceritanya, sudah jelas kalau dua film ini menyasar audiens yang berbeda. Barbie lebih menyasar pada audiens umum yang ingin bernostalgia dengan masa kecilnya dan menikmati indahnya Barbieland, sementara Oppenheimer lebih pada orang-orang yang menginginkan pengalaman baru dalam menonton film dan para penyuka biografi.
Dari segi tone, kedua film ini pun sangat berbeda. Barbie punya warna-warna cerah yang meriah. Suasananya pun ceria, meski ada beberapa bagian yang bikin sedih. Selain itu, film ini juga kocak dan dipenuhi banyak adegan yang bakal bikin penonton tertawa.
Sementara, Oppenheimer punya tone yang serius. Warna yang ditampilkan pun cenderung suram dengan perbedaan masa lalu dan sekarang yang kontras. Latar Oppenheimer adalah era Perang Dunia II, di mana teknologi belum secanggih sekarang.
Bagi yang memang mencari hiburan, Barbie adalah tontonan yang tepat. Tanpa harus memikirkan betul pesan berat di dalamnya, orang bisa menontonnya dengan santai. Film ini benar-benar dibuat dengan nuansa anak-anak. Makanya, tidak perlu banyak menguras pikiran untuk mencermatinya. Film ini akan membuat berpikir setelah selesai, bukan berpikir ketika menontonnya.
Tapi, bagi mereka yang suka tontonan serius, Oppenheimer adalah jawabannya. Butuh konsentrasi dalam menonton film ini. Banyaknya karakter dan juga istilah sains membuat orang benar-benar harus mencermatinya. Mereka yang tidak suka film yang hanya ngobrol dari awal sampai akhir akan merasa bosan.