Satoru Gojo Bukan Mentor Terbaik buat Megumi di Jujutsu Kaisen
loading...
A
A
A
Di permukaan, Satoru Gojo sepertinya adalah mentor terbaik bagi penyihir muda di Jujutsu Kaisen . Dia adalah penyihir terkuat dengan pengalaman tarung selama puluhan tahun dan pengetahuan luas tentang dunia jujutsu. Pengetahuan ini tidak ternilai, jadi mereka yang diajarinya harus merasa kalau diri mereka beruntung.
Satoru telah mengajar Megumi Fushiguro selama 10 tahun terakhir. Tapi, pendekatan uniknya tidak terlalu pas dengan bocah itu. Anehnya, ketika Satoru merasa metodenya tidak pas dengan murid tertentu, dia akan menyerahkan murid itu kepada guru lain yang lebih pas. Tapi, ini tidak berlaku pada Megumi.
Satoru dengan mudah menyerahkan Yuji Itadori kepada Kento Nanami yang serius tapi peduli dan empati. Tapi, Satoru tidak mau melakukannya pada Megumi. Alih-alih, dia secara pribadi mengajari bocah itu dengan metodenya yang aneh itu. Ini membuatnya bukan menjadi guru terbaik bagi Megumi. Mengapa begitu? Mengutip CBR, berikut ulasannya!
Foto: YouTube
Banyak pengalaman hidup Satoru tercermin dalam caranya mengajar Megumi. Inilah di mana masalah kedua orang itu mulai terlihat. Satoru, meski tidak kurang empati, jelas berjuang dengan konsep itu dan ini ditiru pada diri Megumi.
Megumi tidak pernah menjadi orang yang dingin dan tidak punya emosi. Dia baik hati dan tidak mementingkan dirinya sendiri, seperti terlihat dalam huhungannya dengan kakaknya, Tsumiki, dan juga Yuji. Dia menolak membiarkan orang lain meninggal, meski itu harus membuatnya mempertaruhkan nyawanya sendiri. Megumi akan mengorbankan dirinya sendiri demi orang yang dia sayangi.
Satoru mengalami lebih dari cukup duka cita dalam hidupnya dan mengajari dirinya untuk menekan emosi sehingga menjadi egois. Itulah yang dia ajarkan kepada Megumi, yang sebenarnya bukan nasihat buruk di dunia jujutsu. Diperkeras bisa membantu mengatasi kesulitan emosi dunia mereka yang kejam. Tapi, apa yang tidak dipahami Satoru adalah tidak mudah bagi orang lain untuk melakukannya.
Satoru bisa menutup emosinya karena dia sangat kuat dan diberkahi kekuatan yang luar biasa. Ini berseberangan dengan sifat Megumi. Jadi, sulit bagi pengajaran Satoru untuk beresonasi dengannya. Megumi mirip Yuji, dia bisa mendapatkan manfaat lebih dari mentor seperti Kento Nanami. Tapi, karena Satoru melihat kekuatan pada diri Megumi, yang merupakan keturunan Zenin, dia ingin secara pribadi memastikan bocah itu mencapai potensi penuhnya.
Foto: Fiction Horizon
Ketika Satoru mengajarkan Jujutsu kepada Yuji, dia segera sadar kalau bocah itu akan lebih mendapatkan manfaat dari guru berbeda. Mereka menghabiskan sedikit waktu bersama. Tapi, selama periode itu, Satoru melihat kepribadian dan aspirasi bocah itu.
Satoru pun menyadari kalau dia bukan mentor terbaik bagi Yuji. Dia lantas menyerahkan ABG itu kepada Kento Nanami. Pilihan itu tepat karena Kento bisa membuat Yuji mengeluarkan yang terbaik dari dirinya.
Tapi di luar mengajar, Satoru dan Yuji punya hubungan yang tidak pernah dipunyai Megumi. Dua orang itu konyol dan santai. Mereka merencanakan keisengan bersama dan bahkan tos ketika Yuji telanjang. Satoru tidak pernah punya tipe hubungan seperti itu dengan Megumi.
Meski saling peduli satu sama lain, hubungan Satoru dan Megumi benar-benar profesional. Sekali lagi, ini terkait pada potensi yang dilihat Satoru pada Megumi. Bahkan, dalam momen privat mereka, guru mengingatkan muridnya itu kalau satu hari dia akan melampauinya. Ini menjaga tekanan tetap tinggi.
Foto: ComicBook.com
Satoru menginginkan yang terbaik untuk Megumi. Dia hanya tidak melakukannya dengan cara yang tepat dan abai. Masa lalu traumatisnya mempengaruhi kemampuan terkoneksi secara emosional dengan siswanya. Dia prenah menyebut Yuta Okkotsu karena membenci kekuatannya, bukannya berempati dengan situasu yang sama.
Tidak semua orang bisa dengan cuek mengemban kekhawatiran mereka dengan cara yang sama seperti Satoru. Tapi, Satoru tidak bisa memahaminya. Satoru mengajar muridnya untuk menjadi egois dan kuat demi melindungi mereka dari masa lalu yang pernah dia alami. Tapi, metode pengajaran yang sama ini malah mendorong mereka ke nasib itu.
Satoru peduli pada Megumi dan ingin agar dia sukses serta bahagia. Makanya, dia mendorongnya untuk meraih potensinya karena Satoru melihat dirinya pada Megumi. Dia mengajarkan yang terbaik dari kapabilitasnya. Jadi, pada aspek itu, dia memenuhi kualifikasi sebagai guru yang baik.
Tapi, memaksa Megumi menjadi salinannya adalah hasil terbaik bagi Satoru, bukan Megumi. Tidak dimungkiri kalau Megumi telah menjadi seorang penyihir yang luar biasa kuat. Tapi, untuk sampai di sana, Megumi harus menekan emosinya dan punya amarah yang tidak sehat. Metode mengajar Satoru membuat muridnya menjadi penyihir hebat, bukan orang baik.
Satoru mengasuh Megumi ketika bocah itu berusia lima atau enam tahun, makanya, mereka punya ikatan unik. Meski begitu, Satoru sepertinya tidak sadar kalau caranya mengajar telah mengubah Megumi menjadi orang yang berbeda. Menjadi seperti Satoru Gojo bukanlah hal buruk juga bukan arah yang membantu Megumi berkembang.
Satoru telah mengajar Megumi Fushiguro selama 10 tahun terakhir. Tapi, pendekatan uniknya tidak terlalu pas dengan bocah itu. Anehnya, ketika Satoru merasa metodenya tidak pas dengan murid tertentu, dia akan menyerahkan murid itu kepada guru lain yang lebih pas. Tapi, ini tidak berlaku pada Megumi.
Satoru dengan mudah menyerahkan Yuji Itadori kepada Kento Nanami yang serius tapi peduli dan empati. Tapi, Satoru tidak mau melakukannya pada Megumi. Alih-alih, dia secara pribadi mengajari bocah itu dengan metodenya yang aneh itu. Ini membuatnya bukan menjadi guru terbaik bagi Megumi. Mengapa begitu? Mengutip CBR, berikut ulasannya!
1. Satoru Gojo Mendorong Megumi Menjadi Egois
Foto: YouTube
Banyak pengalaman hidup Satoru tercermin dalam caranya mengajar Megumi. Inilah di mana masalah kedua orang itu mulai terlihat. Satoru, meski tidak kurang empati, jelas berjuang dengan konsep itu dan ini ditiru pada diri Megumi.
Megumi tidak pernah menjadi orang yang dingin dan tidak punya emosi. Dia baik hati dan tidak mementingkan dirinya sendiri, seperti terlihat dalam huhungannya dengan kakaknya, Tsumiki, dan juga Yuji. Dia menolak membiarkan orang lain meninggal, meski itu harus membuatnya mempertaruhkan nyawanya sendiri. Megumi akan mengorbankan dirinya sendiri demi orang yang dia sayangi.
Satoru mengalami lebih dari cukup duka cita dalam hidupnya dan mengajari dirinya untuk menekan emosi sehingga menjadi egois. Itulah yang dia ajarkan kepada Megumi, yang sebenarnya bukan nasihat buruk di dunia jujutsu. Diperkeras bisa membantu mengatasi kesulitan emosi dunia mereka yang kejam. Tapi, apa yang tidak dipahami Satoru adalah tidak mudah bagi orang lain untuk melakukannya.
Satoru bisa menutup emosinya karena dia sangat kuat dan diberkahi kekuatan yang luar biasa. Ini berseberangan dengan sifat Megumi. Jadi, sulit bagi pengajaran Satoru untuk beresonasi dengannya. Megumi mirip Yuji, dia bisa mendapatkan manfaat lebih dari mentor seperti Kento Nanami. Tapi, karena Satoru melihat kekuatan pada diri Megumi, yang merupakan keturunan Zenin, dia ingin secara pribadi memastikan bocah itu mencapai potensi penuhnya.
2. Satoru Gojo Adalah Mentor yang Baik bagi Yuji Itadori
Foto: Fiction Horizon
Ketika Satoru mengajarkan Jujutsu kepada Yuji, dia segera sadar kalau bocah itu akan lebih mendapatkan manfaat dari guru berbeda. Mereka menghabiskan sedikit waktu bersama. Tapi, selama periode itu, Satoru melihat kepribadian dan aspirasi bocah itu.
Satoru pun menyadari kalau dia bukan mentor terbaik bagi Yuji. Dia lantas menyerahkan ABG itu kepada Kento Nanami. Pilihan itu tepat karena Kento bisa membuat Yuji mengeluarkan yang terbaik dari dirinya.
Tapi di luar mengajar, Satoru dan Yuji punya hubungan yang tidak pernah dipunyai Megumi. Dua orang itu konyol dan santai. Mereka merencanakan keisengan bersama dan bahkan tos ketika Yuji telanjang. Satoru tidak pernah punya tipe hubungan seperti itu dengan Megumi.
Meski saling peduli satu sama lain, hubungan Satoru dan Megumi benar-benar profesional. Sekali lagi, ini terkait pada potensi yang dilihat Satoru pada Megumi. Bahkan, dalam momen privat mereka, guru mengingatkan muridnya itu kalau satu hari dia akan melampauinya. Ini menjaga tekanan tetap tinggi.
3. Satoru Gojo Ingin yang Terbaik bagi Megumi
Foto: ComicBook.com
Satoru menginginkan yang terbaik untuk Megumi. Dia hanya tidak melakukannya dengan cara yang tepat dan abai. Masa lalu traumatisnya mempengaruhi kemampuan terkoneksi secara emosional dengan siswanya. Dia prenah menyebut Yuta Okkotsu karena membenci kekuatannya, bukannya berempati dengan situasu yang sama.
Tidak semua orang bisa dengan cuek mengemban kekhawatiran mereka dengan cara yang sama seperti Satoru. Tapi, Satoru tidak bisa memahaminya. Satoru mengajar muridnya untuk menjadi egois dan kuat demi melindungi mereka dari masa lalu yang pernah dia alami. Tapi, metode pengajaran yang sama ini malah mendorong mereka ke nasib itu.
Satoru peduli pada Megumi dan ingin agar dia sukses serta bahagia. Makanya, dia mendorongnya untuk meraih potensinya karena Satoru melihat dirinya pada Megumi. Dia mengajarkan yang terbaik dari kapabilitasnya. Jadi, pada aspek itu, dia memenuhi kualifikasi sebagai guru yang baik.
Tapi, memaksa Megumi menjadi salinannya adalah hasil terbaik bagi Satoru, bukan Megumi. Tidak dimungkiri kalau Megumi telah menjadi seorang penyihir yang luar biasa kuat. Tapi, untuk sampai di sana, Megumi harus menekan emosinya dan punya amarah yang tidak sehat. Metode mengajar Satoru membuat muridnya menjadi penyihir hebat, bukan orang baik.
Satoru mengasuh Megumi ketika bocah itu berusia lima atau enam tahun, makanya, mereka punya ikatan unik. Meski begitu, Satoru sepertinya tidak sadar kalau caranya mengajar telah mengubah Megumi menjadi orang yang berbeda. Menjadi seperti Satoru Gojo bukanlah hal buruk juga bukan arah yang membantu Megumi berkembang.
(alv)