SOROT: Stop Bikin Film Horor Sampah!
loading...
A
A
A
Yang selalu menjadi masalah di tengah tren adalah bermunculannya pedagang film berkedok produser film. Mereka yang sekadar menunggangi tren semata untuk kepentingan komersial, memproduksi film berkualitas buruk tanpa memikirkan keberlangsungan dan kepercayaan masyarakat terhadap film lokal.
Mereka yang memproduksi film berbiaya murah hanya untuk mengeruk puluhan hingga ratusan ribu penonton agar bisa balik modal. Akhirnya seperti lingkaran setan, produksi film horor sampah pun seakan tak berhenti karena ternyata masih ada saja penonton yang menyaksikannya di bioskop.
Tahun lalu film Indonesia sudah berhasil menjadi tuan rumah di bioskop dalam negeri dengan pencapaian 54 juta lembar tiket atau setara dengan total 61% dari keseluruhan tiket yang terjual. Dengan pencapaian sedemikian semestinya pembuat film melihat tanggung jawab besar untuk terus menyajikan karya-karya bermutu yang memang layak tayang di bioskop.
Jika kita memang pembuat film yang peduli dengan keberlangsungan film Indonesia di bioskop dalam jangka panjang, sudah saatnya untuk menyajikan karya-karya bermutu yang bisa dipertanggungjawabkan secara artistik. Dua film Indonesia terlaris tahun ini sudah membuktikan bahwa film horor bermutu justru bisa ditonton jutaan orang, tak sekadar dinikmati puluhan hingga ratusan ribu penonton saja.
Jika kita memang penonton film yang peduli dengan keberlangsungan film Indonesia di bioskop dalam jangka panjang, sudah saatnya untuk berhenti menonton film horor sampah. Waktu, energi, dan uang kita lebih layak untuk film Indonesia berkualitas baik.
Ichwan Persada
Sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute, bisa dikontak via Instagram @ichwanpersada
Mereka yang memproduksi film berbiaya murah hanya untuk mengeruk puluhan hingga ratusan ribu penonton agar bisa balik modal. Akhirnya seperti lingkaran setan, produksi film horor sampah pun seakan tak berhenti karena ternyata masih ada saja penonton yang menyaksikannya di bioskop.
Tahun lalu film Indonesia sudah berhasil menjadi tuan rumah di bioskop dalam negeri dengan pencapaian 54 juta lembar tiket atau setara dengan total 61% dari keseluruhan tiket yang terjual. Dengan pencapaian sedemikian semestinya pembuat film melihat tanggung jawab besar untuk terus menyajikan karya-karya bermutu yang memang layak tayang di bioskop.
Jika kita memang pembuat film yang peduli dengan keberlangsungan film Indonesia di bioskop dalam jangka panjang, sudah saatnya untuk menyajikan karya-karya bermutu yang bisa dipertanggungjawabkan secara artistik. Dua film Indonesia terlaris tahun ini sudah membuktikan bahwa film horor bermutu justru bisa ditonton jutaan orang, tak sekadar dinikmati puluhan hingga ratusan ribu penonton saja.
Jika kita memang penonton film yang peduli dengan keberlangsungan film Indonesia di bioskop dalam jangka panjang, sudah saatnya untuk berhenti menonton film horor sampah. Waktu, energi, dan uang kita lebih layak untuk film Indonesia berkualitas baik.
Ichwan Persada
Sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute, bisa dikontak via Instagram @ichwanpersada
(ita)