Review Guardians of the Galaxy Vol. 3: Sebuah Tangisan Perpisahan
loading...
A
A
A
Guardians of the Galaxy Vol. 3 secara resmi mulai tayang di Indonesia pada hari ini, Rabu (3/5). Film ini adalah rangkaian terakhir dari trilogi tim pahlawan kosmik Marvel Cinematic Universe (MCU) yang dibesut James Gunn. Tak heran kalau film ini punya bobot emosi yang lebih berat ketimbang dua film sebelumnya.
Sebagai sebuah penutup, Guardians of the Galaxy Vol. 3 juga membuka lembaran baru bagi MCU secara keseluruhan. Berdurasi 150 menit atau 2,5 jam, film ini tidak kekurangan kekocakan yang sudah menjadi ciri khasnya. Tapi, seri ketiga ini juga yang paling mematahkan hati di antara seluruh franchise yang dimulai pada 2014 ini.
Guardians of the Galaxy Vol. 3 dipasarkan berfokus pada Rocket Raccoon. James berulang kali menyatakan kalau Rocket adalah jantung franchise ini. Makanya, dia berniat untuk memberikan pengungkapan siapakah Rocket ini. Terlebih, dari seluruh anggota tim itu, hanya asal usul Rocket yang belum diketahui selain dia adalah makhluk yang dimodifikasi secara genetis.
Serial Guardians of the Galaxy dikenal dengan tone kocak dan penuh humornya. Namun, James Gunn mengubah tone itu di film ini. Meski nuansa humor masih kental di film ini, tapi nuansa emosionalnya juga lebih besasr dibanding dua film sebelumnya. Tanpa banyak cerita atau dialog menye-menye, film ini akan menghujam jantung penontonnya dan membuat mereka larut dalam emosi.
Foto: Marvel
Ada banyak adegan yang akan memicu emosi di film ini. Meski harus diakui levelnya tidak seperti adegan kematian Tony Stark di Avengers: Endgame atau kematian Bibi May yang tragis di Spider-Man: No Way Home, Guardians of the Galaxy Vol. 3 punya cara tersendiri memberikan bobot emosional bagi penontonnya. Lewat cerita masa lalu Rocket, emosi penonton akan diaduk-aduk ketika tahu betapa tragisnya kisah masa lalunya.
Semua itu juga dibantu opening scene atau adegan pembukanya. Lewat petikan gitar Jonny Greenwood dan disusul suara khas Thom Yorke, penonton akan dibawa larut dalam lirik dan nada lagu Creep. James Gunn bahkan memilih versi akustik lagu milik Radiohead ini yang terasa lebih emosional dibanding versi utuhnya. Kehadiran Rocket yang ikut sing along di lagu ini menambah rasa yang berbeda.
Foto: Marvel
Lewat lagu itu, film ini seolah menggiring penonton untuk mempertanyakan diri mereka sendiri dan juga eksistensi mereka. Lagu ini juga menyiratkan bahwa orang butuh merasakan keterikatan dengan sebuah tempat sehingga merasa diterima dan punya tempat. Nuansa inilah yang sebenarnya diangkat di film tersebut. Diakui atau tidak.
Sebagai sebuah penutup, James juga tak lupa memberikan perkembangan pada masing-masing karakter di film itu. Yang paling menonjol di sini adalah Mantis. Dia sudah mulai berani menyuarakan dirinya, tak lagi menjadi pengikut. Sementara, Nebula, meski masih kaku, sudah mulai menyadari apa perannya.
Foto: Marvel
Peter Quill, yang masih gagal move on, akhirnya tahu apa yang dia cari selama ini. Dia memang masih berusaha mendekati Gamora. Namun, Gamora yang sekarang ada, varian dari 2014 pra-Guardians of the Galaxy, adalah sosok berbeda. Dia masih liar dan lebih suka menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan setiap masalah.
Karakter lain yang juga mendapatkan perkembangan adalah Groot. Di departemen kemampuan dan kekuatan, Groot yang tampil di film ini jauh lebih berkembang. Dia bisa punya sayap, terbang, dan juga menyimpan senjata. Ketika bertarung pun, dia sudah lebih lincah dari sebelumnya.
Foto: Marvel
Yang disayangkan dari film ini adalah Adam Warlock. Dinantikan sebagai karakter penggebrak, Adam yang diperankan Will Poulter terasa hanya sebagai hiasan di film ini. Karakternya canggung dan aneh, dia terasa seperti seorang bocah, tapi terlalu dewasa untuk jadi imut dan lugu seperti anak-anak. Karakter ini mungkin yang paling mengecewakan di seri ketiga.
Di departemen penjahat, Chukwudi Iwuji dengan sangat luar biasa mampu menampilkan sosok High Evolutionary yang tidak bermoral dan kejam. Dia mengganggu dan bikin penonton emosi. Ambisinya menciptakan masyarakat yang sempurna tanpa kekerasan berbanding terbalik dengan eksperimen kejamnya terhadap makhluk apa pun.
Foto: Marvel
Pada akhirnya, Guardians of the Galaxy Vol. 3 memberikan penutup bagi masa lalu Rocket. Kehadiran teman-teman lama Rocket seperti Lylla, Theefs, dan Sky akan menambah suasana haru dan penuh emosi dalam perjalanan hidup Rocket. James tidak perlu memberikan dialog mendayu-dayu, tapi dari ekspresi dan dialog sehari-hari, sudah cukup memberikan bobot emosi dalam film ini.
Guardians of the Galaxy Vol. 3 mungkin tidak sespektakuler yang diharapkan orang. Tapi, film ini memberikan salam perpisahan bittersweet yang akan mengubah masa depan MCU. Film ini menunjukkan setiap orang punya takdir dan jalan hidup masing-masing, entah seperti apa pun mereka. Mau lemah, kuat, jelek, cantik, mereka akan selalu punya arti dan peran di dalam hidup. Guardians of the Galaxy Vol. 3 adalah tentang menerima apa adanya diri seseorang dan melihat kalau ada orang yang tetap akan menghargai keberadaan mereka.
Guardians of the Galaxy Vol. 3 memberikan pukulan emosi terbaik setelah Avengers: Endgame dan Spider-Man: No Way Home lewat masa lalu Rocket dan masa depan tim itu. Film ini mungkin tidak sespektakuler harapan orang dalam arti cerita yang fantastis. Lebih dari itu, film ini akan mengugah emosi penontonnya karena mereka tahu ini adalah sebuah perpisahan.
Guardians of the Galaxy Vol. 3 mulai tayang di bioskop seluruh Indonesia pada Rabu (3/5). Siapkan tisu kalau kamu gampang nangis sebelum menonton film ini! Selamat menyaksikan!
Sebagai sebuah penutup, Guardians of the Galaxy Vol. 3 juga membuka lembaran baru bagi MCU secara keseluruhan. Berdurasi 150 menit atau 2,5 jam, film ini tidak kekurangan kekocakan yang sudah menjadi ciri khasnya. Tapi, seri ketiga ini juga yang paling mematahkan hati di antara seluruh franchise yang dimulai pada 2014 ini.
Guardians of the Galaxy Vol. 3 dipasarkan berfokus pada Rocket Raccoon. James berulang kali menyatakan kalau Rocket adalah jantung franchise ini. Makanya, dia berniat untuk memberikan pengungkapan siapakah Rocket ini. Terlebih, dari seluruh anggota tim itu, hanya asal usul Rocket yang belum diketahui selain dia adalah makhluk yang dimodifikasi secara genetis.
Serial Guardians of the Galaxy dikenal dengan tone kocak dan penuh humornya. Namun, James Gunn mengubah tone itu di film ini. Meski nuansa humor masih kental di film ini, tapi nuansa emosionalnya juga lebih besasr dibanding dua film sebelumnya. Tanpa banyak cerita atau dialog menye-menye, film ini akan menghujam jantung penontonnya dan membuat mereka larut dalam emosi.
Foto: Marvel
Ada banyak adegan yang akan memicu emosi di film ini. Meski harus diakui levelnya tidak seperti adegan kematian Tony Stark di Avengers: Endgame atau kematian Bibi May yang tragis di Spider-Man: No Way Home, Guardians of the Galaxy Vol. 3 punya cara tersendiri memberikan bobot emosional bagi penontonnya. Lewat cerita masa lalu Rocket, emosi penonton akan diaduk-aduk ketika tahu betapa tragisnya kisah masa lalunya.
Semua itu juga dibantu opening scene atau adegan pembukanya. Lewat petikan gitar Jonny Greenwood dan disusul suara khas Thom Yorke, penonton akan dibawa larut dalam lirik dan nada lagu Creep. James Gunn bahkan memilih versi akustik lagu milik Radiohead ini yang terasa lebih emosional dibanding versi utuhnya. Kehadiran Rocket yang ikut sing along di lagu ini menambah rasa yang berbeda.
Foto: Marvel
Lewat lagu itu, film ini seolah menggiring penonton untuk mempertanyakan diri mereka sendiri dan juga eksistensi mereka. Lagu ini juga menyiratkan bahwa orang butuh merasakan keterikatan dengan sebuah tempat sehingga merasa diterima dan punya tempat. Nuansa inilah yang sebenarnya diangkat di film tersebut. Diakui atau tidak.
Sebagai sebuah penutup, James juga tak lupa memberikan perkembangan pada masing-masing karakter di film itu. Yang paling menonjol di sini adalah Mantis. Dia sudah mulai berani menyuarakan dirinya, tak lagi menjadi pengikut. Sementara, Nebula, meski masih kaku, sudah mulai menyadari apa perannya.
Foto: Marvel
Peter Quill, yang masih gagal move on, akhirnya tahu apa yang dia cari selama ini. Dia memang masih berusaha mendekati Gamora. Namun, Gamora yang sekarang ada, varian dari 2014 pra-Guardians of the Galaxy, adalah sosok berbeda. Dia masih liar dan lebih suka menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan setiap masalah.
Karakter lain yang juga mendapatkan perkembangan adalah Groot. Di departemen kemampuan dan kekuatan, Groot yang tampil di film ini jauh lebih berkembang. Dia bisa punya sayap, terbang, dan juga menyimpan senjata. Ketika bertarung pun, dia sudah lebih lincah dari sebelumnya.
Foto: Marvel
Yang disayangkan dari film ini adalah Adam Warlock. Dinantikan sebagai karakter penggebrak, Adam yang diperankan Will Poulter terasa hanya sebagai hiasan di film ini. Karakternya canggung dan aneh, dia terasa seperti seorang bocah, tapi terlalu dewasa untuk jadi imut dan lugu seperti anak-anak. Karakter ini mungkin yang paling mengecewakan di seri ketiga.
Di departemen penjahat, Chukwudi Iwuji dengan sangat luar biasa mampu menampilkan sosok High Evolutionary yang tidak bermoral dan kejam. Dia mengganggu dan bikin penonton emosi. Ambisinya menciptakan masyarakat yang sempurna tanpa kekerasan berbanding terbalik dengan eksperimen kejamnya terhadap makhluk apa pun.
Foto: Marvel
Pada akhirnya, Guardians of the Galaxy Vol. 3 memberikan penutup bagi masa lalu Rocket. Kehadiran teman-teman lama Rocket seperti Lylla, Theefs, dan Sky akan menambah suasana haru dan penuh emosi dalam perjalanan hidup Rocket. James tidak perlu memberikan dialog mendayu-dayu, tapi dari ekspresi dan dialog sehari-hari, sudah cukup memberikan bobot emosi dalam film ini.
Guardians of the Galaxy Vol. 3 mungkin tidak sespektakuler yang diharapkan orang. Tapi, film ini memberikan salam perpisahan bittersweet yang akan mengubah masa depan MCU. Film ini menunjukkan setiap orang punya takdir dan jalan hidup masing-masing, entah seperti apa pun mereka. Mau lemah, kuat, jelek, cantik, mereka akan selalu punya arti dan peran di dalam hidup. Guardians of the Galaxy Vol. 3 adalah tentang menerima apa adanya diri seseorang dan melihat kalau ada orang yang tetap akan menghargai keberadaan mereka.
Guardians of the Galaxy Vol. 3 memberikan pukulan emosi terbaik setelah Avengers: Endgame dan Spider-Man: No Way Home lewat masa lalu Rocket dan masa depan tim itu. Film ini mungkin tidak sespektakuler harapan orang dalam arti cerita yang fantastis. Lebih dari itu, film ini akan mengugah emosi penontonnya karena mereka tahu ini adalah sebuah perpisahan.
Guardians of the Galaxy Vol. 3 mulai tayang di bioskop seluruh Indonesia pada Rabu (3/5). Siapkan tisu kalau kamu gampang nangis sebelum menonton film ini! Selamat menyaksikan!
(alv)