Review Film 65: Teror Dinosaurus yang Kurang Nendang
loading...
A
A
A
Mashup Jurassic Park dan A Quiet Place adalah ide yang bagus. Film thriller keluaran Sony Pictures, 65, berusaha melakukannya. Dengan Adam Driver sebagai pemeran utamanya, film ini sangat menjanjikan dari premis dan trailer-nya.
Film ini berkisah tentang Mills, manusia dari planet Somaris, yang peradabannya sudah jauh lebih maju dari bumi pada 65 miliar tahun lalu. Dia merupakan pilot pesawat transportasi antarplanet yang bertugas mengantarkan penumpang ke planet yang mereka tuju. Suatu hari, pesawatnya menabrak meteor dan jatuh ke planet antah berantah, yang ternyata adalah bumi.
Saat itu, belum ada manusia di bumi. Planet itu masih dikuasai dinosaurus. Mills menjadi satu-satunya orang yang selamat dari musibah itu sebelum dia menemukan seorang anak, Koa, penumpangnya yang juga selamat. Berdua, mereka harus berjalan sekitar 15 km untuk menemukan kapsul penyelamat yang akan membawa mereka keluar dari planet itu.
Premis ini sebenarnya cukup menarik kalau dieksekusi dengan baik. Petualangan di tanah asing yang dihuni monster karnivora raksasa bersama dua orang yang tak saling kenal dan beda bahasa tentu bisa sangat menegangkan. Tapi, tidak begitu yang terjadi di 65.
Foto: Vulture
Bonding ayah dan anak antara Mills dan Koa cukup bagus. Adam benar-benar mampu memerankan sosok ayah yang harus melindungi anaknya dari bahaya apa pun. Hubungan Mills dan Koa terlihat manis di film itu. Tapi, tidak istimewa. Perbedaan bahasa di antara keduanya tidak menambahkan apa pun pada ceritanya.
Film ini sepertinya tidak tertarik untuk membangun dunianya. Alih-alih, film ini lebih fokus membangun ketegangan dan ketakutan di antara penonton lewat cahaya, suara, dan juga sinematografinya. Ini juga yang membuat narasinya tidak ada istimewa-istimewanya. Biasa saja, dan bahkan cenderung datar. Kalau bukan karena penampilan Adam Driver, film ini pasti sudah membosankan.
Foto: Chicago Sun-Times
Inti dari film ini adalah membawa Mills dan Koa dari titik jatuhnya pesawat mereka ke kapsul penyelamat di atas bukit. Selama perjalanan itu, mereka menghadapi berbagai macam rintangan dari lumpur hidup, serangga aneh, sampai raptor, dinosaurus jenis lain, sampai T-Rex. Dengan alat canggih dan tekadnya untuk membawa Koa pulang, Mills pun berusaha sekuat tenaganya untuk menghalau semua hambatan itu.
Dalam perjalanan itulah bonding antara Mills dan Koa terjadi. Tapi, itu tidak terlalu mendalam. Film ini terlalu fokus pada elemen horor sehingga tidak mengembangkan hal lainnya. Penonton akan dibuat terus bersiap menerima teror demi teror yang sebenarnya tidak terlalu intensif juga. Film ini juga menjual elemen jump scare.
Foto: Screen Rant
Meski begitu, banyak adegan-adegan di film ini yang terasa tidak nyambung dan tidak perlu. Ketika mereka diserang sekelompok makhluk karnivora, makhluk itu sepertinya tidak nyambung ke mereka. Jarak mereka yang seharusnya dekat, malah terlihat jauh. Jadi, tidak terasa ketegangan di sini. Terlebih, orang akan dengan cepat memastikan kalau bahaya itu bisa disingkirkan.
Film 65 berpotensi menjadi sebuah tontonan menarik yang mencampur dinosaurus dari Jurassic Park dan ketegangan sunyi dari A Quiet Place. Tapi, film ini gagal mengeksekusinya karena narasinya yang buruk dan juga terlalu fokus pada elemen horornya. Andaikan levelnya sedikit dinaikkan, maka film ini akan jadi tontonan yang lebih seru.
Film 65 sudah bisa disaksikan di bioskop seluruh Indonesia. Jaga kesehatan! Selamat menyaksikan!
Film ini berkisah tentang Mills, manusia dari planet Somaris, yang peradabannya sudah jauh lebih maju dari bumi pada 65 miliar tahun lalu. Dia merupakan pilot pesawat transportasi antarplanet yang bertugas mengantarkan penumpang ke planet yang mereka tuju. Suatu hari, pesawatnya menabrak meteor dan jatuh ke planet antah berantah, yang ternyata adalah bumi.
Saat itu, belum ada manusia di bumi. Planet itu masih dikuasai dinosaurus. Mills menjadi satu-satunya orang yang selamat dari musibah itu sebelum dia menemukan seorang anak, Koa, penumpangnya yang juga selamat. Berdua, mereka harus berjalan sekitar 15 km untuk menemukan kapsul penyelamat yang akan membawa mereka keluar dari planet itu.
Premis ini sebenarnya cukup menarik kalau dieksekusi dengan baik. Petualangan di tanah asing yang dihuni monster karnivora raksasa bersama dua orang yang tak saling kenal dan beda bahasa tentu bisa sangat menegangkan. Tapi, tidak begitu yang terjadi di 65.
Foto: Vulture
Bonding ayah dan anak antara Mills dan Koa cukup bagus. Adam benar-benar mampu memerankan sosok ayah yang harus melindungi anaknya dari bahaya apa pun. Hubungan Mills dan Koa terlihat manis di film itu. Tapi, tidak istimewa. Perbedaan bahasa di antara keduanya tidak menambahkan apa pun pada ceritanya.
Film ini sepertinya tidak tertarik untuk membangun dunianya. Alih-alih, film ini lebih fokus membangun ketegangan dan ketakutan di antara penonton lewat cahaya, suara, dan juga sinematografinya. Ini juga yang membuat narasinya tidak ada istimewa-istimewanya. Biasa saja, dan bahkan cenderung datar. Kalau bukan karena penampilan Adam Driver, film ini pasti sudah membosankan.
Foto: Chicago Sun-Times
Inti dari film ini adalah membawa Mills dan Koa dari titik jatuhnya pesawat mereka ke kapsul penyelamat di atas bukit. Selama perjalanan itu, mereka menghadapi berbagai macam rintangan dari lumpur hidup, serangga aneh, sampai raptor, dinosaurus jenis lain, sampai T-Rex. Dengan alat canggih dan tekadnya untuk membawa Koa pulang, Mills pun berusaha sekuat tenaganya untuk menghalau semua hambatan itu.
Dalam perjalanan itulah bonding antara Mills dan Koa terjadi. Tapi, itu tidak terlalu mendalam. Film ini terlalu fokus pada elemen horor sehingga tidak mengembangkan hal lainnya. Penonton akan dibuat terus bersiap menerima teror demi teror yang sebenarnya tidak terlalu intensif juga. Film ini juga menjual elemen jump scare.
Foto: Screen Rant
Meski begitu, banyak adegan-adegan di film ini yang terasa tidak nyambung dan tidak perlu. Ketika mereka diserang sekelompok makhluk karnivora, makhluk itu sepertinya tidak nyambung ke mereka. Jarak mereka yang seharusnya dekat, malah terlihat jauh. Jadi, tidak terasa ketegangan di sini. Terlebih, orang akan dengan cepat memastikan kalau bahaya itu bisa disingkirkan.
Film 65 berpotensi menjadi sebuah tontonan menarik yang mencampur dinosaurus dari Jurassic Park dan ketegangan sunyi dari A Quiet Place. Tapi, film ini gagal mengeksekusinya karena narasinya yang buruk dan juga terlalu fokus pada elemen horornya. Andaikan levelnya sedikit dinaikkan, maka film ini akan jadi tontonan yang lebih seru.
Film 65 sudah bisa disaksikan di bioskop seluruh Indonesia. Jaga kesehatan! Selamat menyaksikan!
(alv)