10 Film yang Dikira bakal Cuan Gede, eh, Malah Boncos!
loading...
A
A
A
Ada banyak faktor yang membuat orang tertarik nonton film di bioskop. Cerita, aktor, dan sutradara di balik film itu menjadi yang paling utama dilihat orang. Ditambah dengan kampanye marketing besar-besaran, orang akan semakin tertarik untuk menontonnya. Sayang, ini tidak selalu berhasil.
Hingga saat ini, studio-studio besar tak jarang menggelontorkan dana untuk membuat film yang diperkirakan akan mendatangkan keuntungan luar biasa. Mereka bahkan tak segan merogoh kocek untuk biaya marketing besar-besaran. Namun, apa pun usaha mereka, pengadil sesungguhnya untuk film adalah audiens.
Banyak film yang diproduksi studio ini dengan kampanye besar-besaran malah gagal. Kerugian besar pun diterima studio-studio ini akibat kegagalan tersebut. Dalam kurun 10 tahun terakhir, orang sudah sering melihat film dengan promosi besar tapi hasilnya zonk alias mengecewakan. Jadi, film apa yang diharapkan akan untung besar tapi malah rugi besar sejak 2010? Simak ulasannya berikut!
Foto: Plugged In
Terminator: Dark Fate punya semua bahan untuk merehabilitasi franchise yang mulai memudar. Film ini mengabaikan film yang lebih kacau di serial itu, membawa kembali produser James Cameron dan bintangnya Linda Hamilton. Film ini juga menampilkan serangkaian bintang muda ternama dan disutradarai Tim Miller, yang menukangi Deadpool. Film itu menikmati kampanye marketing besar dan Twitter pun memuji screening awalnya. Film ini sepertinya bakal jadi hit di akhir pekan.
Faktanya, Dark Fate menjadi salah satu film paling rugi pada 2019, dengan hanya meraup USD261 juta dari anggaran USD185 juta. Teori paling masuk akal adalah audiens yang lebih muda tidak peduli dan audiens yang lebih tua tidak cukup antusias. Film itu bisa memulai akhir tren sekuel lambat dari properti puluhan tahun. Film itu telah menenggelamkan pemulihan franchise seperti Alien dan Predator, yang mungkin bisa lebih baik.
Foto: Forbes
Justice League 2017 seharusnya menjadi ledakan di box office. Apalagi, film sebelumnya, Batman v Superman: Dawn of Justice mengecewakan. Tapi, Justice League menampilkan karakter utama dari DC Comic, dari Batman, Wonder Woman, Aquaman, The Flash, Cyborg, dan Superman. Sayang, menjelang dirilis, film ini mengalami masalah setelah sutradaranya, Zack Snyder, harus mundur karena tragedi keluarga.
Joss Whedon, sutradara The Avengers, masuk dan melakukan syuting ulang lebih dari separuh film itu. Dia pun mengubah narasi film secara drastis. Film ini memakan biaya USD300 juta, tapi setelah masuknya Joss, biayanya lebih dari itu. Dengan kampanye marketing besar-besaran, film itu harus meraup setidaknya USD1 miliar agar tidak boncos-boncos amat. Tapi, film itu hanya meraup USD658 juta di box office. Review buruk dan kekecewaan penonton memicu performa buruk film tersebut. Kegagalannya memicu koreksi DCEU.
Foto: Salon.com
Masalah dengan The Lone Ranger sudah dimulai sejak film itu belum dirilis. Keprihatinan atas anggaran nyaris membuaat Disney membatalkan film dengan biaya USD250 juta. Foto promosi pertamanya, yang menampilkan Johnny Depp sebagai Tonto dengan makeup paling aneh juga bikin garuk-garuk kepala. Film yang dimaksudkan untuk menarik orang yang membanjiri Pirates of the Caribbean itu dirilis pada Juli 2013 dengan melawan Despicable Me 2. Disney mernggelontorkan uang untuk marketing The Lone Ranger.
Sayang, itu tidak membantu. Film itu adalah badai masalah yang sempurna. Genre Western biasanya tidak sukses, Armie Hammer tidak pernah terbukti punya kemampuann membuka film hit seorang diri, dan Despicable 2 ternyata jadi hit besar. The Lone Ranger menjadi salah satu film terjeblok tahun ini dengan hanya meraup USD260 juta di box office. Disney pun jadi rugi USD190 juta. Untungnya, Iron Man membantu Disney mengembalikan keuntungan.
Foto: Engadget
Biopic adalah salah satu jalan sukses untuk film. Atau, setidaknya, film itu akan dipuji kritikus. Selain itu, biopic menjadi jaminan untuk Oscar. Makanya, setelah Steve Jobs meninggal, studio berebut membuat film tentang dirinya. Hasilnya, ada dua film tentang Steve Jobs, yaitu pada 2013 dan pada 2015. Yang dibahas di sini adalah yang versi 2015, keluaran Universal Pictures.
Steve Jobs versi 2015 ini jauh lebih baik dari versi 2013. Tapi, film itu tetap gagal menarik perhatian orang. Meski syuting Steve Jobs juga bermasalah. Sutradara aslinya, David Fincher mundur dan digantikan Danny Boyle, akibat maslah distribusi. Film itu juga menampilkan cast yang menarik dari Michael Fassbender, Kate Winslet, Seth Rogen, dan Jeff Daniels. Film itu memang sukses secara kritik dan menghasilkan banyak penghargaan. Tapi, film ini rugi. Dari anggaran USD30 juta, film ini hanya menghasilkan USD34 juta.
Foto: The Washington Post
Pan yang dirilis pada 2015 adalah cerita asal usul Peter Pan. Film ini mempertaruhkan anggaran USD150 juta pada kekuatan keluarga. Dirilis menjelang musim liburan, marketingnya melakukan usaha habis-habisan dengan trailer yang meperlihatkan efek khusus mahal film itu. Film itu juga membanggakan casting bertabur bintangnya dari Hugh Jackman, Rooney Mara, Amanda Seyfried, dan Cara Delevingne, serta pembaruan terhadap cerita klasik yang diperkirakan akan menarik keluarga untuk menontonnya.
Sayang bagi Warner Bros. Dua faktor penting menggagalkan rencana ini. Yang pertama, anak-anak ternyata tidak peduli dengan asal usul Peter Pan. Kedua, filmnya juga tidak bagus. Kritikus mengecam narasinya yang lemah dan ketergantungan beratnya pada CGI. Belum lagi pilihan kreatif yang sangat dipertanyakan. Kompetisi berat dari The Martian dan Hotel Transylvania 2 terbukti mengubur Pan. Film ini merugi dengan hanya meraup USD128 juta dari seluruh dunia.
Foto: Bloody Disgusting
Ada calon pemula franchise, dan lalu ada The Mummy. Film itu menjadi kiamat seluruh semesta sinematiknya. Di permukaan, The Mummy jelas sangat menjanjikan. Film itu gelap dan merupakan reboot serial film yang disukai, dengan dibintangi salah satu bintang film Hollywood yang menguntungkan, yaitu Tom Cruise. Selain itu, film itu tidak punya pesaing berat ketika dirilis. Sayang, kenyataan tidak seperti yang diharapkan.
The Mummy beranggaran USD125 juta untuk produksinya. Di box office, film itu meraup USD409 juta. Tapi, angka itu tidak memuaskan Universal Pictures karena The Mummy dimaksudkan sebagai awal Dark Universe yang menampilkan semua properti monster film itu. Makanya, studio itu menggelontorkan dana besar-besaran untuk marketing. Tapi, pendapatan box office domestik film itu tidak menjanjikan. Ketika semuanya selesai, film itu pada dasarnya berakhir dengan kegagalan. The Mummy akhirnya menjadi film petama dan terakhir Dark Universe. Universal akhirnya melanjutkan bermitra dengan Blumhouse untuk merilis film monster dengan dana lebih murah untuk semesta horor mereka, yang terlihat lebih baik.
Foto: The Hollywood Reporter
Sejumlah usaha telah dilakukan untuk mengadaptasi novel Barsoom karya Edyar Rice Burroughs ke layar. Tapi, tidak ada yang berhasil. Sampai akhirnya kemajuan CGI dan anggaran besar dari studio membuat cerita itu sepertinya bisa dibuat dengan baik dan berpotensi sukses. Diterbitkan di awal abad 20, novel itu berkisah tentang seorang veteran Perang Sipil bernama John Carter yang dikirim ke Mars. Di sana, dia terlibat pertarungan akibat perebutan sumber daya di antara penduduk planet.
Pada 2012, Disney mengadaptasi novel pertamanya, A Princess of Mars. Adaptasi ini bisa memulai franchise peraup uang kalau ditangani dengan tepat. Faktanya, film itu memang tidak jelek, tapi dorongan marketing-nya adalah bagian dari masalahnya. Trailer samar dengan aksi tanpa elemen plot tidak memberikan petunjuk apa pun terkait cerita yang akan ditonton orang dan mengapa mereka harus nonton. Itu adalah satu waktu ketika mesin marketing kuat Disney sama sekali gagal. Film beranggaran USD250 juta itu hanya meraup USD284 juta di seluruh dunia. John Carter pun menjadi salah satu film paling jeblok sepanjang masa. Setelah biaya marketing, sejumlah sumber mengatakan, film itu membuat Disney rugi hingga USD200 juta.
Foto: Wired
Novel kondang karya Stephen King, The Dark Tower, selalu menjadi properti yang sulit untuk diadaptasi ke layar. Dua studio, Universal Pictures dan Warner Bros., menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mengembangkan perwujudan berbeda pada proyek ini. Sutradara JJ Abrams dan Ron Howard sempat dikontak untuk menukangi film ini. Pada 2015, Sony Pictures mengadaptasi The Dark Tower menjadi satu film, yang membuat orang yang tahu novel itu bingung dengan bagaimana itu akan berhasil.
Jawabannya simple, film itu gagal. Terlepas dari kampanya marketing menarik yang berpusat pada kehadiran Idris Elba sebagai karakter utama, Roland Deschai, film itu gagal total karena ucapan dari mulut ke mulut orang yang menonton. Ini mengonfirmasi kalau setiap cuil film itu kacau dan membingungkan sehingga penggemar King berharap film itu tidak pernah dibuat. Meski hanya beranggaran USD60 juta, pendapatan USD113 juta The Dark Tower di box office memastikan kalau Sony rugi. Studio itu pun batal membuat sekuelnya. Amazon akhirnya memberikan perlakuan yang layak pada serial itu dengan mengadaptasinya menjadi serial TV pada 2020.
Foto: Slash Film
First Family Marvel, Fantastic Four, terbukti sulit diadaptasi ke layar. Dua film produksi Fox pada 2005 dan 2007 menghasilkan box office yang biasa-biasa saja dan bahkan menciptakan reaksi beragam dari penggemar. Tapi, reboot Fantastic Four atau Fant4stic pada 2015 menawarkan keterlibatan sutradara muda, Josh Trank, dan bahkan bintang-bintang muda yang menawan, seperti Michael B Jordan, Miles Teller, serta Kate Mara. Iklannya menjanjikan kalau properti ini akan diberi perlakukan yang sangat serius dengan body horror.
Tapi, hasilnya mengecewakan. Josh menyalahkan campur tangan studio dan studio menyalahkan Josh atas nasib film itu yang gagal total. Fantastic Four menjadi salah satu film superhero paling jelek sepanjang masa dan hanya meraup USD167 juta di box office. Angka itu tergolong kecil dibandingkan penghasilan film superhero yang dirilis di masa itu. Film itu disebut membuat Fox rugi hingga sekitar USD60 juta. Film itu memang jelek dan membuat pengamat mengira-ira apakah salah satu tim superhero utama Marvel itu tidak bisa diadaptasi. Jawabannya ada di 2025 ketika Marvel Cinematic Universe (MCU) merilis adaptasi mereka atas karakter ini.
Foto: Games Radar
Dark Phonenix merupakan pamitan franchise X-Men yang panjang di Fox Studio. Film ini dirilis setelah Fox diakuisisi Disney. Ini menjadikan film itu jadi pertaruhan tinggi sebelum tayang di layar. Penonton setia tahu betul kalau karakter-karakter di film itu bakal di-reboot di MCU dan entri sebelumnya di Fox, X-Men: Apocalypse, gagal memuaskan penggemar.
Beberapa saat sebelum film itu dirilis, diketahui secara luas kalau ending-nya harus disyuting ulang karena kesamaan yang tidak disengaja dengan Captain Marvel, yang dirilis sebelum Dark Phoenix. Trailer film itu terlihat menggoda, padat aksi dan penampilan yang solid dari bintang-bintangnya seperti Sophie Turner dan James McAvoy. Tapi, hype yang dibangun dan harapan tinggi terhadap film itu segera runtuh begitu film itu dirilis. Dark Phoenix jeblok. Ending ini adalah pamitan terburuk bagi franchise itu. X-Men layak mendapatkan yang lebih baik. Mereka bisa mendapatkannya di Marvel Cinematic Universe (MCU).
Hingga saat ini, studio-studio besar tak jarang menggelontorkan dana untuk membuat film yang diperkirakan akan mendatangkan keuntungan luar biasa. Mereka bahkan tak segan merogoh kocek untuk biaya marketing besar-besaran. Namun, apa pun usaha mereka, pengadil sesungguhnya untuk film adalah audiens.
Banyak film yang diproduksi studio ini dengan kampanye besar-besaran malah gagal. Kerugian besar pun diterima studio-studio ini akibat kegagalan tersebut. Dalam kurun 10 tahun terakhir, orang sudah sering melihat film dengan promosi besar tapi hasilnya zonk alias mengecewakan. Jadi, film apa yang diharapkan akan untung besar tapi malah rugi besar sejak 2010? Simak ulasannya berikut!
10. Terminator: Dark Fate
Foto: Plugged In
Terminator: Dark Fate punya semua bahan untuk merehabilitasi franchise yang mulai memudar. Film ini mengabaikan film yang lebih kacau di serial itu, membawa kembali produser James Cameron dan bintangnya Linda Hamilton. Film ini juga menampilkan serangkaian bintang muda ternama dan disutradarai Tim Miller, yang menukangi Deadpool. Film itu menikmati kampanye marketing besar dan Twitter pun memuji screening awalnya. Film ini sepertinya bakal jadi hit di akhir pekan.
Faktanya, Dark Fate menjadi salah satu film paling rugi pada 2019, dengan hanya meraup USD261 juta dari anggaran USD185 juta. Teori paling masuk akal adalah audiens yang lebih muda tidak peduli dan audiens yang lebih tua tidak cukup antusias. Film itu bisa memulai akhir tren sekuel lambat dari properti puluhan tahun. Film itu telah menenggelamkan pemulihan franchise seperti Alien dan Predator, yang mungkin bisa lebih baik.
9. Justice League
Foto: Forbes
Justice League 2017 seharusnya menjadi ledakan di box office. Apalagi, film sebelumnya, Batman v Superman: Dawn of Justice mengecewakan. Tapi, Justice League menampilkan karakter utama dari DC Comic, dari Batman, Wonder Woman, Aquaman, The Flash, Cyborg, dan Superman. Sayang, menjelang dirilis, film ini mengalami masalah setelah sutradaranya, Zack Snyder, harus mundur karena tragedi keluarga.
Joss Whedon, sutradara The Avengers, masuk dan melakukan syuting ulang lebih dari separuh film itu. Dia pun mengubah narasi film secara drastis. Film ini memakan biaya USD300 juta, tapi setelah masuknya Joss, biayanya lebih dari itu. Dengan kampanye marketing besar-besaran, film itu harus meraup setidaknya USD1 miliar agar tidak boncos-boncos amat. Tapi, film itu hanya meraup USD658 juta di box office. Review buruk dan kekecewaan penonton memicu performa buruk film tersebut. Kegagalannya memicu koreksi DCEU.
8. The Lone Ranger
Foto: Salon.com
Masalah dengan The Lone Ranger sudah dimulai sejak film itu belum dirilis. Keprihatinan atas anggaran nyaris membuaat Disney membatalkan film dengan biaya USD250 juta. Foto promosi pertamanya, yang menampilkan Johnny Depp sebagai Tonto dengan makeup paling aneh juga bikin garuk-garuk kepala. Film yang dimaksudkan untuk menarik orang yang membanjiri Pirates of the Caribbean itu dirilis pada Juli 2013 dengan melawan Despicable Me 2. Disney mernggelontorkan uang untuk marketing The Lone Ranger.
Sayang, itu tidak membantu. Film itu adalah badai masalah yang sempurna. Genre Western biasanya tidak sukses, Armie Hammer tidak pernah terbukti punya kemampuann membuka film hit seorang diri, dan Despicable 2 ternyata jadi hit besar. The Lone Ranger menjadi salah satu film terjeblok tahun ini dengan hanya meraup USD260 juta di box office. Disney pun jadi rugi USD190 juta. Untungnya, Iron Man membantu Disney mengembalikan keuntungan.
7. Steve Jobs
Foto: Engadget
Biopic adalah salah satu jalan sukses untuk film. Atau, setidaknya, film itu akan dipuji kritikus. Selain itu, biopic menjadi jaminan untuk Oscar. Makanya, setelah Steve Jobs meninggal, studio berebut membuat film tentang dirinya. Hasilnya, ada dua film tentang Steve Jobs, yaitu pada 2013 dan pada 2015. Yang dibahas di sini adalah yang versi 2015, keluaran Universal Pictures.
Steve Jobs versi 2015 ini jauh lebih baik dari versi 2013. Tapi, film itu tetap gagal menarik perhatian orang. Meski syuting Steve Jobs juga bermasalah. Sutradara aslinya, David Fincher mundur dan digantikan Danny Boyle, akibat maslah distribusi. Film itu juga menampilkan cast yang menarik dari Michael Fassbender, Kate Winslet, Seth Rogen, dan Jeff Daniels. Film itu memang sukses secara kritik dan menghasilkan banyak penghargaan. Tapi, film ini rugi. Dari anggaran USD30 juta, film ini hanya menghasilkan USD34 juta.
6. Pan
Foto: The Washington Post
Pan yang dirilis pada 2015 adalah cerita asal usul Peter Pan. Film ini mempertaruhkan anggaran USD150 juta pada kekuatan keluarga. Dirilis menjelang musim liburan, marketingnya melakukan usaha habis-habisan dengan trailer yang meperlihatkan efek khusus mahal film itu. Film itu juga membanggakan casting bertabur bintangnya dari Hugh Jackman, Rooney Mara, Amanda Seyfried, dan Cara Delevingne, serta pembaruan terhadap cerita klasik yang diperkirakan akan menarik keluarga untuk menontonnya.
Sayang bagi Warner Bros. Dua faktor penting menggagalkan rencana ini. Yang pertama, anak-anak ternyata tidak peduli dengan asal usul Peter Pan. Kedua, filmnya juga tidak bagus. Kritikus mengecam narasinya yang lemah dan ketergantungan beratnya pada CGI. Belum lagi pilihan kreatif yang sangat dipertanyakan. Kompetisi berat dari The Martian dan Hotel Transylvania 2 terbukti mengubur Pan. Film ini merugi dengan hanya meraup USD128 juta dari seluruh dunia.
5. The Mummy
Foto: Bloody Disgusting
Ada calon pemula franchise, dan lalu ada The Mummy. Film itu menjadi kiamat seluruh semesta sinematiknya. Di permukaan, The Mummy jelas sangat menjanjikan. Film itu gelap dan merupakan reboot serial film yang disukai, dengan dibintangi salah satu bintang film Hollywood yang menguntungkan, yaitu Tom Cruise. Selain itu, film itu tidak punya pesaing berat ketika dirilis. Sayang, kenyataan tidak seperti yang diharapkan.
The Mummy beranggaran USD125 juta untuk produksinya. Di box office, film itu meraup USD409 juta. Tapi, angka itu tidak memuaskan Universal Pictures karena The Mummy dimaksudkan sebagai awal Dark Universe yang menampilkan semua properti monster film itu. Makanya, studio itu menggelontorkan dana besar-besaran untuk marketing. Tapi, pendapatan box office domestik film itu tidak menjanjikan. Ketika semuanya selesai, film itu pada dasarnya berakhir dengan kegagalan. The Mummy akhirnya menjadi film petama dan terakhir Dark Universe. Universal akhirnya melanjutkan bermitra dengan Blumhouse untuk merilis film monster dengan dana lebih murah untuk semesta horor mereka, yang terlihat lebih baik.
4. John Carter
Foto: The Hollywood Reporter
Sejumlah usaha telah dilakukan untuk mengadaptasi novel Barsoom karya Edyar Rice Burroughs ke layar. Tapi, tidak ada yang berhasil. Sampai akhirnya kemajuan CGI dan anggaran besar dari studio membuat cerita itu sepertinya bisa dibuat dengan baik dan berpotensi sukses. Diterbitkan di awal abad 20, novel itu berkisah tentang seorang veteran Perang Sipil bernama John Carter yang dikirim ke Mars. Di sana, dia terlibat pertarungan akibat perebutan sumber daya di antara penduduk planet.
Pada 2012, Disney mengadaptasi novel pertamanya, A Princess of Mars. Adaptasi ini bisa memulai franchise peraup uang kalau ditangani dengan tepat. Faktanya, film itu memang tidak jelek, tapi dorongan marketing-nya adalah bagian dari masalahnya. Trailer samar dengan aksi tanpa elemen plot tidak memberikan petunjuk apa pun terkait cerita yang akan ditonton orang dan mengapa mereka harus nonton. Itu adalah satu waktu ketika mesin marketing kuat Disney sama sekali gagal. Film beranggaran USD250 juta itu hanya meraup USD284 juta di seluruh dunia. John Carter pun menjadi salah satu film paling jeblok sepanjang masa. Setelah biaya marketing, sejumlah sumber mengatakan, film itu membuat Disney rugi hingga USD200 juta.
3. The Dark Tower
Foto: Wired
Novel kondang karya Stephen King, The Dark Tower, selalu menjadi properti yang sulit untuk diadaptasi ke layar. Dua studio, Universal Pictures dan Warner Bros., menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mengembangkan perwujudan berbeda pada proyek ini. Sutradara JJ Abrams dan Ron Howard sempat dikontak untuk menukangi film ini. Pada 2015, Sony Pictures mengadaptasi The Dark Tower menjadi satu film, yang membuat orang yang tahu novel itu bingung dengan bagaimana itu akan berhasil.
Jawabannya simple, film itu gagal. Terlepas dari kampanya marketing menarik yang berpusat pada kehadiran Idris Elba sebagai karakter utama, Roland Deschai, film itu gagal total karena ucapan dari mulut ke mulut orang yang menonton. Ini mengonfirmasi kalau setiap cuil film itu kacau dan membingungkan sehingga penggemar King berharap film itu tidak pernah dibuat. Meski hanya beranggaran USD60 juta, pendapatan USD113 juta The Dark Tower di box office memastikan kalau Sony rugi. Studio itu pun batal membuat sekuelnya. Amazon akhirnya memberikan perlakuan yang layak pada serial itu dengan mengadaptasinya menjadi serial TV pada 2020.
2. Fantastic Four
Foto: Slash Film
First Family Marvel, Fantastic Four, terbukti sulit diadaptasi ke layar. Dua film produksi Fox pada 2005 dan 2007 menghasilkan box office yang biasa-biasa saja dan bahkan menciptakan reaksi beragam dari penggemar. Tapi, reboot Fantastic Four atau Fant4stic pada 2015 menawarkan keterlibatan sutradara muda, Josh Trank, dan bahkan bintang-bintang muda yang menawan, seperti Michael B Jordan, Miles Teller, serta Kate Mara. Iklannya menjanjikan kalau properti ini akan diberi perlakukan yang sangat serius dengan body horror.
Tapi, hasilnya mengecewakan. Josh menyalahkan campur tangan studio dan studio menyalahkan Josh atas nasib film itu yang gagal total. Fantastic Four menjadi salah satu film superhero paling jelek sepanjang masa dan hanya meraup USD167 juta di box office. Angka itu tergolong kecil dibandingkan penghasilan film superhero yang dirilis di masa itu. Film itu disebut membuat Fox rugi hingga sekitar USD60 juta. Film itu memang jelek dan membuat pengamat mengira-ira apakah salah satu tim superhero utama Marvel itu tidak bisa diadaptasi. Jawabannya ada di 2025 ketika Marvel Cinematic Universe (MCU) merilis adaptasi mereka atas karakter ini.
1. X-Men: Dark Phoenix
Foto: Games Radar
Dark Phonenix merupakan pamitan franchise X-Men yang panjang di Fox Studio. Film ini dirilis setelah Fox diakuisisi Disney. Ini menjadikan film itu jadi pertaruhan tinggi sebelum tayang di layar. Penonton setia tahu betul kalau karakter-karakter di film itu bakal di-reboot di MCU dan entri sebelumnya di Fox, X-Men: Apocalypse, gagal memuaskan penggemar.
Beberapa saat sebelum film itu dirilis, diketahui secara luas kalau ending-nya harus disyuting ulang karena kesamaan yang tidak disengaja dengan Captain Marvel, yang dirilis sebelum Dark Phoenix. Trailer film itu terlihat menggoda, padat aksi dan penampilan yang solid dari bintang-bintangnya seperti Sophie Turner dan James McAvoy. Tapi, hype yang dibangun dan harapan tinggi terhadap film itu segera runtuh begitu film itu dirilis. Dark Phoenix jeblok. Ending ini adalah pamitan terburuk bagi franchise itu. X-Men layak mendapatkan yang lebih baik. Mereka bisa mendapatkannya di Marvel Cinematic Universe (MCU).
(alv)