10 Anime yang Paling Mengecewakan di Sepanjang 2022
Jum'at, 02 Desember 2022 - 19:19 WIB
Meskipun ditulis dengan baik, serial ini rasanya sama seperti dongeng vampir lain di anime. Serial ini sama sekali tidak menambah sesuatu yang baru ke genre ini. Anime ini dipenuhi trope dan klise yang berhasil untuk premisnya tapi membuatnya terasa sangat bisa terlupakan dan hampa.
Foto: Anime Corner
Shikimori’s Not Just a Cutie adalah salah satu serial anime paling diantisipasi pada 2022. Banyak yang percaya kalau itu bakal menjadi serial komedi romantis (rom-com) terbaik selanjutnya bersama My Dress-Up Darling. Alih-alih, serial itu malah menjadi salah satu yang paling mengecewakan tahun ini. Tak seperti serial romantis bagus lainnya, Shikimori’s Not Just a Cutie kurang di setiap bagiannya.
Ceritanya tidak imbang, dengan sedikit komedi atau drama, dan tidak ada karakter yang bisa disukai selain Shikimori. Tapi, beberapa orang berpendapat kalau dia terlalu sempurna untuk benar-benar digilai dan pada akhirnya meruntuhkan serial itu sendiri. Sementara masih menjadi anime yang imut dan membuat nyaman, serial ini punya terlalu banyak kekurangan dan tidak ada yang membuat penggemar mau kembali.
Foto: Netflix
Wit Studio punya reputasi yang bagus. Jadi, ketika mereka mengumumkan mengadaptasi Bubble menjadi anime, penggemar tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Anime itu ditujukan untuk sukses besar dari awal dan banyak yang kagum dengan visualnya yang bagus. Sayang, animasi indah hanyalah yang ada pada film ini.
Hype terhadap Bubble langsung berhenti begitu dirilis. Banyak yang sepakat kalau ceritanya kurang dan gagal membuat audiens mempertahankan perhatiannya. Dengan plot yang tidak kohesif dan karakter yang tidak relatable, anime ini membuat penontonnya tidak tertarik dan sebagian merasa bosan.
Foto: The Anime Daily
Ada banyak serial tentang pemainan kematian di setiap jenis media, termasuk anime. Meski menjadi genre yang terlalu menjenuhkan, banyak yang mengira kalau Tomodachi Game terlihat menjanjikan. Tapi, sebagian besar langsung kecewa begitu menonton episode pertamanya.
Serial ini ternyata hanyalah permainan maut lainnya dengan premis sama yang sudah pernah ditonton sebelumnya. Selain itu, penulisannya jelek, karakternya hambar dan visualnya kurang mengesankan. Sekarang, sebagian besar orang menganggap Tomodachi Game sebagai upaya menyedihkan terhadap serial horor psikologis yang membuat audiens-nya kecewa.
Foto: Fossbytes
Ketika sekuel The Devil is a Part Timer! diumumkan, penggemar pun bersuka cita. Memang, ada kekhawatiran dengan perpindahan studio dari White Fox ke Studio 3Hz yang kurang terkenal. Meski begitu, banyak yang tetap berharap. Begitu serial itu tayang perdana, harapan itu pun segera musnah.
Sekuel itu jauh di bawah kualitas seri aslinya. Salah satu masalah terbesarnya adalah kualitas seni dan animasinya yang lebih rendah, jelas tidak terlihat bagus. Ini mungkin karena masalah studio. White Fox lebih besar ketimbang 3Hz. Selain itu, penulisannya juga tidak pas. Sifat karakternya benar-benar dibesarkan. Misalnya, rasa cinta Emi dan Chiho kepada Maou mendominasi sehingga itulah yang menonjol dari mereka. Plotnya pun sulit diikuti karena terlalu banyak yang terjadi dan itu tidak terlalu menambah apa-apa.
Foto: CBR
Requiem of the Rose King adalah manga shoujo tentang Richard III dari masa kecilnya yang sulit hingga dia dewasa selama Perang Mawar. Manga ini sangat kompleks secara emosi, kaya secara visual, dan penuh dengan catatan sejarah yang menarik. Jadi, ketika adaptasi anime-nya diumumkan, penggemar pun bersuka cita. Sayang, anime-nya tidak bisa menghidupkan hype penggemar.
6. Shikimori's Not Just a Cutie
Foto: Anime Corner
Shikimori’s Not Just a Cutie adalah salah satu serial anime paling diantisipasi pada 2022. Banyak yang percaya kalau itu bakal menjadi serial komedi romantis (rom-com) terbaik selanjutnya bersama My Dress-Up Darling. Alih-alih, serial itu malah menjadi salah satu yang paling mengecewakan tahun ini. Tak seperti serial romantis bagus lainnya, Shikimori’s Not Just a Cutie kurang di setiap bagiannya.
Ceritanya tidak imbang, dengan sedikit komedi atau drama, dan tidak ada karakter yang bisa disukai selain Shikimori. Tapi, beberapa orang berpendapat kalau dia terlalu sempurna untuk benar-benar digilai dan pada akhirnya meruntuhkan serial itu sendiri. Sementara masih menjadi anime yang imut dan membuat nyaman, serial ini punya terlalu banyak kekurangan dan tidak ada yang membuat penggemar mau kembali.
5. Bubble
Foto: Netflix
Wit Studio punya reputasi yang bagus. Jadi, ketika mereka mengumumkan mengadaptasi Bubble menjadi anime, penggemar tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Anime itu ditujukan untuk sukses besar dari awal dan banyak yang kagum dengan visualnya yang bagus. Sayang, animasi indah hanyalah yang ada pada film ini.
Hype terhadap Bubble langsung berhenti begitu dirilis. Banyak yang sepakat kalau ceritanya kurang dan gagal membuat audiens mempertahankan perhatiannya. Dengan plot yang tidak kohesif dan karakter yang tidak relatable, anime ini membuat penontonnya tidak tertarik dan sebagian merasa bosan.
4. Tomodachi Game
Foto: The Anime Daily
Ada banyak serial tentang pemainan kematian di setiap jenis media, termasuk anime. Meski menjadi genre yang terlalu menjenuhkan, banyak yang mengira kalau Tomodachi Game terlihat menjanjikan. Tapi, sebagian besar langsung kecewa begitu menonton episode pertamanya.
Serial ini ternyata hanyalah permainan maut lainnya dengan premis sama yang sudah pernah ditonton sebelumnya. Selain itu, penulisannya jelek, karakternya hambar dan visualnya kurang mengesankan. Sekarang, sebagian besar orang menganggap Tomodachi Game sebagai upaya menyedihkan terhadap serial horor psikologis yang membuat audiens-nya kecewa.
3. The Devil Is a Part-Timer! Season 2
Foto: Fossbytes
Ketika sekuel The Devil is a Part Timer! diumumkan, penggemar pun bersuka cita. Memang, ada kekhawatiran dengan perpindahan studio dari White Fox ke Studio 3Hz yang kurang terkenal. Meski begitu, banyak yang tetap berharap. Begitu serial itu tayang perdana, harapan itu pun segera musnah.
Sekuel itu jauh di bawah kualitas seri aslinya. Salah satu masalah terbesarnya adalah kualitas seni dan animasinya yang lebih rendah, jelas tidak terlihat bagus. Ini mungkin karena masalah studio. White Fox lebih besar ketimbang 3Hz. Selain itu, penulisannya juga tidak pas. Sifat karakternya benar-benar dibesarkan. Misalnya, rasa cinta Emi dan Chiho kepada Maou mendominasi sehingga itulah yang menonjol dari mereka. Plotnya pun sulit diikuti karena terlalu banyak yang terjadi dan itu tidak terlalu menambah apa-apa.
2. Requiem of the Rose King
Foto: CBR
Requiem of the Rose King adalah manga shoujo tentang Richard III dari masa kecilnya yang sulit hingga dia dewasa selama Perang Mawar. Manga ini sangat kompleks secara emosi, kaya secara visual, dan penuh dengan catatan sejarah yang menarik. Jadi, ketika adaptasi anime-nya diumumkan, penggemar pun bersuka cita. Sayang, anime-nya tidak bisa menghidupkan hype penggemar.
Lihat Juga :
tulis komentar anda