CERMIN: Nanti Kita Cerita tentang Pernikahan Ini
Sabtu, 17 September 2022 - 15:39 WIB
Sementara perempuan inginnya jika ada masalah langsung dibicarakan dan tuntas. Untungnya Titien dan Sabrina memilih berada di pinggir arena dan tak menjadi hakim. Mereka tak menghakimi Gilang, tak melebih-lebihkan Ambar, dan tak memojokkan Yuli.
Foto: Rapi Films
Dan di tengah Gilang, Ambar, dan Yuli ada Bagas dan Ayu. Dua anak tak berdosa yang berada di tengah pusaran konflik ketiga orang tersebut. Salah satu pendekatan yang paling menarik yang dilakukan film ini adalah ketika melibatkan Bagas lebih jauh ke dalam cerita.
Kita melihat Bagas yang selalu sedih dan tampak stres melihat kondisi kedua orang tuanya tapi ia tak punya kuasa untuk mengobrolkan perasaannya. Gilang dan Ambar sibuk dengan konflik mereka masing-masing tanpa pernah mencoba melihat efek itu ke anak-anak mereka. Bagas ditinggal sendirian, memproses apa yang terjadi pada kedua orang tuanya dan merasa tak berdaya dengan apa yang terjadi.
Tapi keramik yang retak di tangan Ambar saja masih mungkin diperbaiki. Filosofi Kintsugi dari Jepang seharusnya juga bisa diaplikasikan ke dalam pernikahannya. Ketika keramik jatuh berkeping-keping, ia masih bisa disatukan. Dan bagian-bagian yang pecah berkeping-keping itu tak perlu disembunyikan, justru menjadi simbol bahwa yang pecah bisa kembali menjadi indah.
Baca Juga: 5 Drama Korea yang Ending Ceritanya Mendadak Diubah
Mungkin Gilang, Ambar, dan banyak dari kita yang mesti melalui badai sebesar itu dalam pernikahan. Ketika semuanya terguncang hebat, kita akan menyadari bahwa pernikahan itu terlalu berharga untuk dilepaskan begitu saja.
Seperti kata Haruki Murakami, setelah melewati badai hebat, kita akan menjadi manusia yang berbeda.
NOKTAH MERAH PERKAWINAN
Produser: Gope T Samtani
Sutradara: Sabrina Rochelle Kalangie
Penulis Skenario: Titien Wattimena, Sabrina Rochelle Kalangie
Pemain: Marsha Timothy, Oka Antara, Sheila Dara
Ichwan Persada
Sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute
Foto: Rapi Films
Dan di tengah Gilang, Ambar, dan Yuli ada Bagas dan Ayu. Dua anak tak berdosa yang berada di tengah pusaran konflik ketiga orang tersebut. Salah satu pendekatan yang paling menarik yang dilakukan film ini adalah ketika melibatkan Bagas lebih jauh ke dalam cerita.
Kita melihat Bagas yang selalu sedih dan tampak stres melihat kondisi kedua orang tuanya tapi ia tak punya kuasa untuk mengobrolkan perasaannya. Gilang dan Ambar sibuk dengan konflik mereka masing-masing tanpa pernah mencoba melihat efek itu ke anak-anak mereka. Bagas ditinggal sendirian, memproses apa yang terjadi pada kedua orang tuanya dan merasa tak berdaya dengan apa yang terjadi.
Tapi keramik yang retak di tangan Ambar saja masih mungkin diperbaiki. Filosofi Kintsugi dari Jepang seharusnya juga bisa diaplikasikan ke dalam pernikahannya. Ketika keramik jatuh berkeping-keping, ia masih bisa disatukan. Dan bagian-bagian yang pecah berkeping-keping itu tak perlu disembunyikan, justru menjadi simbol bahwa yang pecah bisa kembali menjadi indah.
Baca Juga: 5 Drama Korea yang Ending Ceritanya Mendadak Diubah
Mungkin Gilang, Ambar, dan banyak dari kita yang mesti melalui badai sebesar itu dalam pernikahan. Ketika semuanya terguncang hebat, kita akan menyadari bahwa pernikahan itu terlalu berharga untuk dilepaskan begitu saja.
Seperti kata Haruki Murakami, setelah melewati badai hebat, kita akan menjadi manusia yang berbeda.
NOKTAH MERAH PERKAWINAN
Produser: Gope T Samtani
Sutradara: Sabrina Rochelle Kalangie
Penulis Skenario: Titien Wattimena, Sabrina Rochelle Kalangie
Pemain: Marsha Timothy, Oka Antara, Sheila Dara
Ichwan Persada
Sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute
(ita)
tulis komentar anda