Film Pendek Amarah Amara, Mengubah Energi Negatif Menjadi Positif
Jum'at, 04 Februari 2022 - 15:02 WIB
JAKARTA - Bisakah kamu membalas kebencian pada seseorang yang merisakmu menjadi sebuah kebaikan?
Jika dijawab secara bijak, tentunya harus bisa. Alih-alih tenggelam dalam kesedihan apalagi berniat membalasnya dengan tindakan yang lebih jahat. Pepatah “eye for an eye" tampaknya tak berlaku karena sejatinya menyiram minyak ke dalam api menyala justru akan membakar kedua orangnya.
Hal ini juga yang dikisahkan dalam film pendek Genflix berdurasi 11 menit berjudul Amarah Amara. Kekesalan yang Amara terima, ketika ia membalasnya dengan perbuatan baik, justru menyelamatkan kedua pihak, bahkan Amara mendapat “hadiah” tak terduga. Walaupun terkesan menggurui, tayangan seperti ini jelas sesuatu yang sangat dibutuhkan masyarakat saat ini.
Foto: Genflix
Bayangkan jika dendam menahun akibat perisakan verbal dilampiaskan dengan kekerasan, yang dituduh sebagai pelaku justru si korban. Walaupun berdalih membela diri karena disakiti, tidak semudah itu masalah diselesaikan. Maka pilihan yang paling bijak adalah belajar memaafkan dan membuktikan pada pelaku perundung bahwa kita bisa lebih baik daripada mereka.
Baca Juga: Tenda Radit: Imajinasi, Kecemasan Orang Tua, dan Harry Potter
Rasulullah SAW pun bersabda, seseorang yang kuat bukan yang jago gulat, melainkan mampu menahan amarahnya. Hal ini dibuktikan Rasulullah yang senantiasa bersikap baik, menyuapi perempuan buta yang terus menerus mengejeknya, tanpa sepengetahuan perempuan tersebut.
Hingga selepas Rasulullah wafat, perempuan buta ini bertanya-tanya, ke mana orang yang biasa menyuapinya. Betapa kagetnya ia karena orang yang ia hina, justru orang yang paling baik sikapnya.
Foto: Genflix
Indonesia darurat emosi. Tidak jarang perselisihan terjadi lantaran kata-kata yang menyakitkan. Seolah mengaminkan, hal ini juga dibenarkan penelitian yang menyatakan bahwa netizen Indonesia termasuk jajaran pengguna internet yang paling tidak sopan. Indonesia menempati urutan ke-29 dari 32 negara yang disurvei kesopanan digitalnya. Bahkan urutan terbawah di Asia Tenggara.
Nah, kalau sudah begini, ada baiknya tayangan yang ditonton jauh lebih diseleksi. Apa yang kita lakukan adalah hasil dari yang kita lihat. Jangan sampai energi negatif yang ditangkap dari layar televisi justru tersimpan di memori dan dilampiaskan ke orang lain.
Baca Juga: 8 Persamaan All of Us Are Dead dengan Train to Busan
Salah satu lagu dalam film anak-anak paling favorit sepanjang masa pun, Petualangan Sherina, menyatakan bahwa setiap manusia di dunia pasti pernah sakit hati dan hanya yang berjiwa ksatria yang mau memaafkan.
Ulul Ilmi Arham (Padang)
Penikmat film dan anggota komunitas ISP Community
Jika dijawab secara bijak, tentunya harus bisa. Alih-alih tenggelam dalam kesedihan apalagi berniat membalasnya dengan tindakan yang lebih jahat. Pepatah “eye for an eye" tampaknya tak berlaku karena sejatinya menyiram minyak ke dalam api menyala justru akan membakar kedua orangnya.
Hal ini juga yang dikisahkan dalam film pendek Genflix berdurasi 11 menit berjudul Amarah Amara. Kekesalan yang Amara terima, ketika ia membalasnya dengan perbuatan baik, justru menyelamatkan kedua pihak, bahkan Amara mendapat “hadiah” tak terduga. Walaupun terkesan menggurui, tayangan seperti ini jelas sesuatu yang sangat dibutuhkan masyarakat saat ini.
Foto: Genflix
Bayangkan jika dendam menahun akibat perisakan verbal dilampiaskan dengan kekerasan, yang dituduh sebagai pelaku justru si korban. Walaupun berdalih membela diri karena disakiti, tidak semudah itu masalah diselesaikan. Maka pilihan yang paling bijak adalah belajar memaafkan dan membuktikan pada pelaku perundung bahwa kita bisa lebih baik daripada mereka.
Baca Juga: Tenda Radit: Imajinasi, Kecemasan Orang Tua, dan Harry Potter
Rasulullah SAW pun bersabda, seseorang yang kuat bukan yang jago gulat, melainkan mampu menahan amarahnya. Hal ini dibuktikan Rasulullah yang senantiasa bersikap baik, menyuapi perempuan buta yang terus menerus mengejeknya, tanpa sepengetahuan perempuan tersebut.
Hingga selepas Rasulullah wafat, perempuan buta ini bertanya-tanya, ke mana orang yang biasa menyuapinya. Betapa kagetnya ia karena orang yang ia hina, justru orang yang paling baik sikapnya.
Foto: Genflix
Indonesia darurat emosi. Tidak jarang perselisihan terjadi lantaran kata-kata yang menyakitkan. Seolah mengaminkan, hal ini juga dibenarkan penelitian yang menyatakan bahwa netizen Indonesia termasuk jajaran pengguna internet yang paling tidak sopan. Indonesia menempati urutan ke-29 dari 32 negara yang disurvei kesopanan digitalnya. Bahkan urutan terbawah di Asia Tenggara.
Nah, kalau sudah begini, ada baiknya tayangan yang ditonton jauh lebih diseleksi. Apa yang kita lakukan adalah hasil dari yang kita lihat. Jangan sampai energi negatif yang ditangkap dari layar televisi justru tersimpan di memori dan dilampiaskan ke orang lain.
Baca Juga: 8 Persamaan All of Us Are Dead dengan Train to Busan
Salah satu lagu dalam film anak-anak paling favorit sepanjang masa pun, Petualangan Sherina, menyatakan bahwa setiap manusia di dunia pasti pernah sakit hati dan hanya yang berjiwa ksatria yang mau memaafkan.
Ulul Ilmi Arham (Padang)
Penikmat film dan anggota komunitas ISP Community
(ita)
tulis komentar anda