9 Anime yang Mengangkat Cerita tentang Kesehatan Mental

Minggu, 10 Oktober 2021 - 13:42 WIB


Pelecehan domestik muncul dalam bentuk apa pun. Mereka yang belum mengalami pelecehan emosional mungkin tidak menyadari dampak menghancurkan dari peristiwa ini. Tidak terlihat, tapi tidak kurang merusak. Dalam kasus Your Lie in April, Kosei Arima mengalami pelecehan fisik dan emosional di ibunya, yang meninggal dunia sebelum serial ini dimulai.

Ini bisa sangat rumit, mencintai seseorang yang melecehkan kalian. Your Lie in April tidak segan mengungkan kerumitan sejarah tragis Kosei dengan ibunya. Ibunya menderita penyakit kronis. Kadang-kadang, dia baik pada Kosei dan akhirnya menyadari kalau hubungan mereka adalah kunci bagi Kosei untuk belajar mencintai musik lagi. Sementara bukan untuk hati yang lemah, Your Lie in April memperkenalkan topik sensitif dengan anggun.

5. March Comes in Like a Lion



Kesedihan jelas adalah aspek kunci depresi. Tapi, aspek lain yang juga muncul adalah apatis. Rei Kiriyama adalah pemain shogi hebat yang menemukan dirinya terisolasi dari orangtua dan adiknya akibat kecelakaan mobil tragis ketika dia masih muda. Rei menjadi introvert dan apatis terhadap dunia di sekitarnya.

Tapi, dia berteman dengan Kawamoto bersaudari, yang menolak melihatnya sebagai beban. Rei pun pelan-pelan belajar menilai dirinya dan identitasnya. Tidak ada yang bisa menyembuhkan depresi. Tapi serial ini berjalan menuju mempresentasikan cakrawala yang lebih cerah.

4. Serial Experiments Lain



Korelasi antara teknologi modern dan penyakit mental adalah topik yang sudah dieksplorasi selama puluhan tahun. Dengan adanya dampak media sosial yang tidak bisa dibantah, sepertinya ini terus menjadi sumber diskusi. Salah satu anime pertama yang mempertanyakan dampak internet terhadap perkembangan pikiran adalah Serial Experiments Lain, sci-fi klasik.

Lain adalah seorang siswa SMP yang introvert. Dia berteman dengan hantu seorang teman sekelasnya secara online. Temannya ini memberitahu Lain kalau dia belum mati, tapi hanya meninggalkan bentuk fisiknya dan hidup secara digital. Lain jadi terobsesi dan garis antara realitas dan teknologi pun jadi lebih kabur. Teori konspirasi dan simbolisme aneh muncul ketika Lain hanya berputar ke dalam. Puluhan tahun kemudian, serial ini tetap meresahkan.

3. Colorful



Di awal Colorful, ‘jiwa’ tanpa tubuh diberi kesempatan kedua di tubuh Makoto, seorang ABG berusia 14 tahun yang berusaha bunuh diri. Agar tetap hidup, jiwa di dalam tubuh Makoto harus menemukan kesalahan Makoto. Dia juga harus menyelesaikan kesalahan itu dalam waktu 6 bulan.

Sebuah alegori untuk disosiasi, Colorful mencakup perjuangan tak terhitung yang dihadapi banyak orang muda yang tumbuh di dunia modern. Orang tua Makoto tidak simpatik terhadap perjuangannya, salah satu teman sekelasnya menjadi pekerja seks untuk memenuhi kebutuhannya dan masa depan pun terlihat tidak ada artinya baginya. Ketika Makoto berteman dengan murid lain dan belajar menempa jalannya sendiri, Makoto dan jiwa di dalamnya akhirnya mulai melihat arti hidup lagi.

2. A Silent Voice



Rasa bersalah bisa menjadi kekuatan yang menghancurkan. Dan, itulah yang jelas terjadi pada Shoya Ishida, seorang murid SMA yang berniat bunuh diri. Saat masih kecil, Shoya selalu merundung seorang gadis tulis bernama Shoko Nishimiya. Akibatnya, Shoko pun jadi bulan-bulanan perundungan di sekolahnya. Bertahun-tahun kemudian, Shoya memberanikan diri meminta maaf kepada Shoko sebelum mengakhiri hidupnya.

Tapi, Shoko tetap empati kepadanya. Dia mau berteman dengan Shoya. Sementara banyak anime berfokus pada protagonis yang menjadi orang yang lebih baik, hanya sedikit yang melakukannya dengan nuansa pahit seperti A Silent Voice, sebuah film yang memahami masa depan itu sama—atau lebih—penting dengan masa lalu.

Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More