Bekal KKN, Mengenal Seni Andragogy untuk Membantu Orang Dewasa dalam Belajar
Selasa, 26 Mei 2020 - 18:00 WIB
JAKARTA - Mengajar orang dewasa seringkali disebut lebih susah dibanding anak-anak, makanya sampai ada seni tersendiri untuk mengajar mereka.
Belajar memang gak pandang usia. Kita bisa belajar apa aja, lewat jalur manapun. Bisa jalur pendidikan formal atau nonformal.
Nah, sebagai mahasiswa, pernah gak kamu membuat kegiatan kampus atau KKN tentang pemberdayaan masyarakat dengan sasaran kegiatannya adalah orang dewasa?
Pastinya bakal berbeda dengan proyek sosial atau kegiatan pemberdayaan yang sasarannya adalah anak-anak. Yang kadang ditemui adalah, mengajar orang dewasa bisa lebih susah dibanding mengajar anak-anak. Kenapa bisa begitu, ya?
Foto: Butterworth-Heinemann/Elsevier
Dikutip dari buku "The Adult Learner: The Definitive Classic in Adult Education and Human Resources Development" edisi ke-6 (2005) karya Malcolm S. Knowles, Elwood F. Holton III, dan Richard A. Swanson, ternyata memang mengajar orang dewasa berbeda dengan anak-anak.
Ini karena orang dewasa sudah punya konsep diri yang matang dibandingkan dengan anak-anak. Istilah ini dikenal dengan adult learner atau andragogy.
Andragogy pertama kali diperkenalkan pada tahun 1883 oleh seorang pendidik Jerman bernama Alexander Kapp.
Tetapi, teori tentang pembelajaran orang dewasa atau andragogy lebih banyak dipopulerkan oleh Malcolm Knowles sehingga ia dijuluki sebagai Bapak Andragogy.
Menurut Knowles, andragogy adalah seni atau ilmu untuk membantu orang dewasa belajar. Knowles mengasumsikan bahwa dalam membantu orang dewasa belajar, perlu memperhatikan empat hal.
Nah, bagi kamu yang mau melakukan KKN atau program pemberdayaan, asumsi ini tampaknya cocok buat kamu terapkan untuk mempermudah membuat program untuk dijalankan.
1. KONSEP DIRI
Foto: Pixabay
Seperti tadi udah disebut, orang dewasa udah punya konsep diri. Mereka udah mampu menentukan kehidupannya sendiri, dan cenderung gak suka diatur atau digurui. Apalagi kalau yang menggurui adalah orang yang lebih muda usianya. Biasanya ini bakal mencederai harga diri mereka.
Dalam pembelajaran orang dewasa, kamu bisa menerapkan kegiatan pembelajaran yang bersifat timbal balik antara fasilitator dan warga belajarnya. Jadi, jangan mengikat mereka, tapi justru berikan mereka ruang gerak atau kebebasan dalam belajar.
2. PENGALAMAN BELAJAR
Belajar memang gak pandang usia. Kita bisa belajar apa aja, lewat jalur manapun. Bisa jalur pendidikan formal atau nonformal.
Nah, sebagai mahasiswa, pernah gak kamu membuat kegiatan kampus atau KKN tentang pemberdayaan masyarakat dengan sasaran kegiatannya adalah orang dewasa?
Pastinya bakal berbeda dengan proyek sosial atau kegiatan pemberdayaan yang sasarannya adalah anak-anak. Yang kadang ditemui adalah, mengajar orang dewasa bisa lebih susah dibanding mengajar anak-anak. Kenapa bisa begitu, ya?
Foto: Butterworth-Heinemann/Elsevier
Dikutip dari buku "The Adult Learner: The Definitive Classic in Adult Education and Human Resources Development" edisi ke-6 (2005) karya Malcolm S. Knowles, Elwood F. Holton III, dan Richard A. Swanson, ternyata memang mengajar orang dewasa berbeda dengan anak-anak.
Ini karena orang dewasa sudah punya konsep diri yang matang dibandingkan dengan anak-anak. Istilah ini dikenal dengan adult learner atau andragogy.
Andragogy pertama kali diperkenalkan pada tahun 1883 oleh seorang pendidik Jerman bernama Alexander Kapp.
Tetapi, teori tentang pembelajaran orang dewasa atau andragogy lebih banyak dipopulerkan oleh Malcolm Knowles sehingga ia dijuluki sebagai Bapak Andragogy.
Menurut Knowles, andragogy adalah seni atau ilmu untuk membantu orang dewasa belajar. Knowles mengasumsikan bahwa dalam membantu orang dewasa belajar, perlu memperhatikan empat hal.
Nah, bagi kamu yang mau melakukan KKN atau program pemberdayaan, asumsi ini tampaknya cocok buat kamu terapkan untuk mempermudah membuat program untuk dijalankan.
1. KONSEP DIRI
Foto: Pixabay
Seperti tadi udah disebut, orang dewasa udah punya konsep diri. Mereka udah mampu menentukan kehidupannya sendiri, dan cenderung gak suka diatur atau digurui. Apalagi kalau yang menggurui adalah orang yang lebih muda usianya. Biasanya ini bakal mencederai harga diri mereka.
Dalam pembelajaran orang dewasa, kamu bisa menerapkan kegiatan pembelajaran yang bersifat timbal balik antara fasilitator dan warga belajarnya. Jadi, jangan mengikat mereka, tapi justru berikan mereka ruang gerak atau kebebasan dalam belajar.
2. PENGALAMAN BELAJAR
tulis komentar anda