Ini Asal-Usul Pengendara Vespa Suka Diberi Hormat Anak Kecil
Sabtu, 28 November 2020 - 10:56 WIB
JAKARTA - Kamu pernah mendengar cerita bahwa anak-anak kecil suka ngasih hormat ke para pengendara Vespa? Gaya hormatnya persis seperti kita sedang upacara bendera.
Sejak dulu, kebiasaan ini sering terlihat. Bahkan sampai sekarang masih bisa ditemukan.
“Kalau lagi bawa Vespa di jalan atau masuk gang, pasti ada aja anak SD yang kasih hormat. Sampai sekarang kayak gitu,” ujar Febry Prasetya, salah satu pencetus komunitas Pembangunan Scooterist, tertawa.
Nah, menurut Febry, ini semua berawal dari sejarah Indonesia.
Jadi, pada 1963, Pemerintah Indonesia memberikan penghargaan kepada Kontingen Garuda atau Pasukan Garuda sepulang dari tugas sebagai pasukan perdamaian di negara lain, salah satunya negara Kongo.
Penghargaan atau hadiah yang diberikan pemerintah saat itu adalah Vespa dengan seri VGLA1M atau VGLA2M yang saat ini dikenal dengan Vespa Kongo Garuda.
Foto: zonabikers.com
Vespa ini mempunyai plat body yang lebih bagus dan kuat dari Vespa biasa. Selain itu, ada juga lambang Garuda pada body motor di bagian kiri depan.
Tak cuma Pasukan Garuda, pada masa kemerdekaan, Menteri Pendidikan saat itu juga memakai vespa ketika berkendara. ( )
Anak Skuter, Kaum Pekerja Penuh Gaya
Selain suka diberi hormat, anak skuter, khususnya Vespa, sering disebut-sebut sebagai anak-anak muda yang sangat gaya meski ‘cuma’ naik motor.
Dandanan necis kekinian atau gaya a la anak indie erat terkait dengan anak-anak skuter. Kalau melihat ke belakang, ternyata hal ini ada sejarahnya, yaitu yang dinamakan sebagai subkultur mod.
Secara sederhana, subkultur dapat diartikan sebagai bentuk perlawanan terhadap budaya dominan. Mengacu pada seluruh cara hidup yang dilakukan anggotanya, yang kebanyakan anak muda.
Sementara mod berasal dari kata modernis yang lahir dari London, Inggris, pada awal 1960-an. Istilah yang diambil dari aliran jazz ini sempat menarik perhatian pascapeperangan.
Subkultur mod berangkat dari pemberontakan anak muda pada sistem kolot seperti sistem kelas di Inggris pasca-Perang Dunia II yang rata-rata berasal dari kelas pekerja.
Foto:Instagram @febrypraset
Mereka berpakaian rapi, necis, sambil menaiki skuter untuk menunjukkan bahwa mereka bisa bergaya meskipun dari kelas pekerja.
Sejak dulu, kebiasaan ini sering terlihat. Bahkan sampai sekarang masih bisa ditemukan.
“Kalau lagi bawa Vespa di jalan atau masuk gang, pasti ada aja anak SD yang kasih hormat. Sampai sekarang kayak gitu,” ujar Febry Prasetya, salah satu pencetus komunitas Pembangunan Scooterist, tertawa.
Nah, menurut Febry, ini semua berawal dari sejarah Indonesia.
Jadi, pada 1963, Pemerintah Indonesia memberikan penghargaan kepada Kontingen Garuda atau Pasukan Garuda sepulang dari tugas sebagai pasukan perdamaian di negara lain, salah satunya negara Kongo.
Penghargaan atau hadiah yang diberikan pemerintah saat itu adalah Vespa dengan seri VGLA1M atau VGLA2M yang saat ini dikenal dengan Vespa Kongo Garuda.
Foto: zonabikers.com
Vespa ini mempunyai plat body yang lebih bagus dan kuat dari Vespa biasa. Selain itu, ada juga lambang Garuda pada body motor di bagian kiri depan.
Tak cuma Pasukan Garuda, pada masa kemerdekaan, Menteri Pendidikan saat itu juga memakai vespa ketika berkendara. ( )
Anak Skuter, Kaum Pekerja Penuh Gaya
Selain suka diberi hormat, anak skuter, khususnya Vespa, sering disebut-sebut sebagai anak-anak muda yang sangat gaya meski ‘cuma’ naik motor.
Dandanan necis kekinian atau gaya a la anak indie erat terkait dengan anak-anak skuter. Kalau melihat ke belakang, ternyata hal ini ada sejarahnya, yaitu yang dinamakan sebagai subkultur mod.
Secara sederhana, subkultur dapat diartikan sebagai bentuk perlawanan terhadap budaya dominan. Mengacu pada seluruh cara hidup yang dilakukan anggotanya, yang kebanyakan anak muda.
Sementara mod berasal dari kata modernis yang lahir dari London, Inggris, pada awal 1960-an. Istilah yang diambil dari aliran jazz ini sempat menarik perhatian pascapeperangan.
Subkultur mod berangkat dari pemberontakan anak muda pada sistem kolot seperti sistem kelas di Inggris pasca-Perang Dunia II yang rata-rata berasal dari kelas pekerja.
Foto:Instagram @febrypraset
Mereka berpakaian rapi, necis, sambil menaiki skuter untuk menunjukkan bahwa mereka bisa bergaya meskipun dari kelas pekerja.
Lihat Juga :
tulis komentar anda