Ini Risiko Jika Data Pribadi Kita Disalahgunakan di Internet!

Selasa, 05 Mei 2020 - 14:02 WIB
”Pastikan juga kode rahasia yang biasanya dikirim ke SMS nomor yang didaftarkan untuk memvalidasi, jangan sampai diberitahukan ke siapa pun,” ujar Laksana.

APAKAH EMAIL/DATA PRIBADI SAYA BOCOR?



Mencuatnya kasus kebocoran data di Tokopedia sedikit banyak “menampar” netizen akan pentingnya keamanan data pribadi. Faktanya, banyak dari pengguna menganggap sepele hal ini. Kok bisa? Karena seringnya mereka dengan santai bisa log in, mendaftar, memasukkan email, bahkan mengisi data pribadi ke situs ataupun aplikasi yang terkadang tidak jelas, hanya untuk melakukan hal sepele misalnya mengisi kuis online.

Nah, sebenarnya ada banyak cara mudah untuk mengetahui apakah alamat email yang biasa kita gunakan untuk log in ke berbagai aplikasi berisiko bocor atau tidak, berisiko disalahgunakan atau aman?

https://haveibeenpwned.com/

Situs ini akan mengecek aplikasi apa saja yang berisiko untuk membocorkan data ke pihak lain.

https://monitor.firefox.com/

Pengguna Firefox bisa membuka situs ini untuk mengetahui aplikasi apa yang berisiko membocorkan data, juga mengambil langkah langsung.

https://www.avast.com/hackcheck

Memeriksa apakah password telah bocor dan digunakan pihak lain.

https://myaccount.google.com/security-checkup

Akun resmi Google yang akan mengecek keamanan akun Anda.

Faktanya ketika saya mencoba memasukkan akun Gmail, ternyata banyak sekali apikasi-aplikasi yang berisiko untuk membocorkan data seperti email, password, hingga nama, lokasi, dan username. Bahkan, sebagian besar dari aplikasi-aplikasi itu tidak pernah dipakai lagi. Menariknya, tidak ada aplikasi Tokopedia dari pengecekan. Yang artinya akun Tokopedia saya aman.

SULITNYA MENJAGA PRIVASI DI INTERNET

Country Manager Trend Micro Indonesia Laksana Budiwiyono mengakui, menjaga privasi di masa seperti ini tidak mudah. Menurutnya, keamanan konsumen perlu di topang dari ekosistem industri itu sendiri. Antara lain penyedia sistem/aplikasi harus memastikan memberi penjelasan mengenai data apa yang diambil, memakai bahasa Indonesia dan tidak bertele-tele.

Selanjutnya, Laksana juga menyebut bahwa harus ada mekanisme bagi konsumen untuk me-review dan mengedit data yang diambil, serta juga memilih untuk keluar (opt-out) dari layanan yang sudah digunakan.

Bagi pelanggan yang opt-out, penyedia sistem harus memastikan data pelanggan tersebut betul-betul dihapus dari sistem.

Sementara itu, dari sisi regulasi, bisa disiapkan aturan-aturan yang bisa diikuti oleh penyedia sistem/aplikasi, batasan apa yang boleh/tidak boleh, dan apa sanksinya bila melanggar. ”Dan bila melanggar, sanksinya harus memberikan efek jera,” katanya.

Sementara itu, calon pengguna juga punya tanggung jawab membaca ketentuan sebelum menginstall aplikasi atau menyetujui akses. ”Jika memang tidak setuju, bisa memilih aplikasi lain. Pastikan aplikasi dibuat oleh pihak yang kredibel dan sudah punya reputasi yang baik,” ungkapnya.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. SINDOnews.com tidak terlibat dalam materi konten ini.
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More