Review Film Joker 2, Tayang 2 Oktober di Bioskop
Rabu, 02 Oktober 2024 - 09:43 WIB
JAKARTA - "Misi film ini adalah untuk terlihat seperti dibuat oleh orang gila," ujar Todd Phillips, sutradara Joker: Folie a Deux (Joker 2) kepada Variety.
Ucapan Todd memang bukan sekadar basa-basi atau gimmick marketing belaka. Siapa pun yang sudah menonton filmnya akan setuju bahwa Todd memang bak orang gila yang menciptakan sebuah anomali dalam kisah semesta pahlawan super. Soal orang suka atau tidak, itu urusan lain.
Sejak awal menciptakan Joker pada 2019, Todd memang sudah mewanti-wanti bahwa ia dan timnya sama sekali tidak mengikuti cerita dalam komiknya. Ia menciptakan sosok Joker yang sama sekali berbeda.
"Orang-orang akan marah," ujarnya kala itu kepada Empire Magazine.
Dengan pola pikir seperti itu, Todd makin menggila dengan kreativitasnya saat membuat Joker 2. Ia mencampurkan cerita drama psikologis, musik dan tari, serta drama pengadilan, sesuatu yang belum pernah ada dalam film tentang semesta superhero.
Kita dibawa ke waktu dua tahun setelah peristiwa dalam film Joker tahun 2019. Arthur Fleck (Joaquin Phoenix) kini mendekam di Arkham State Hospital, dan tengah bersiap untuk menjalani sidang atas pembunuhan lima orang.
Dalam masa itu, ia bertemu dengan Harleen "Lee" Quinzel (Lady Gaga), pasien yang mengaku membakar apartemen keluarga dan menjadi korban KDRT orang tua, mirip seperti Arthur. Bak dua orang gila yang menemukan satu sama lain, keduanya dengan cepat jatuh cinta.
Foto: Warner Bros. Pictures
Lee mendampingi Arthur dalam persidangan. Ia juga selalu meyakinkan Arthur bahwa Joker memang ada dalam diri kekasihnya itu, dan ia harus mengeksplorasi sisi liarnyatersebut.
Joker 2 melanjutkan kondisi psikologis Arthur yang sulit membedakan antara fakta dan fantasi. Sepanjang filmnya, kita pun selalu ditunjukkan kondisi Arthur yang mempertanyakan kepada dirinya sendiri, apakah ia Arthur ataukah Joker.
Di awal-awal film, ia berperilaku seperti Arthur yang minderan, murung, hidup tanpa energi, dan cenderung mengikuti peraturan di rumah sakit-penjara Arkham. Namun dalam momen-momen tertentu, sosok Joker yang liar kerap muncul.
Sisi Joker ini makin menemukan tempatnya saat ia bertemu dengan Lee. Perempuan itu bak katalis yang ingin Joker segera bangkit dan mengambil alih sepenuhnya tubuh dan pikiran Arthur.
Foto: Warner Bros. Pictures
Lee digambarkan sebagai sosok 'gelap' yang sangat manipulatif. Demi citra ini, karakter yang dimaksudkan sebagai Harley Quinn tersebut juga digambarkan jauh berbeda dengan komiknya.
Ucapan Todd memang bukan sekadar basa-basi atau gimmick marketing belaka. Siapa pun yang sudah menonton filmnya akan setuju bahwa Todd memang bak orang gila yang menciptakan sebuah anomali dalam kisah semesta pahlawan super. Soal orang suka atau tidak, itu urusan lain.
Sejak awal menciptakan Joker pada 2019, Todd memang sudah mewanti-wanti bahwa ia dan timnya sama sekali tidak mengikuti cerita dalam komiknya. Ia menciptakan sosok Joker yang sama sekali berbeda.
"Orang-orang akan marah," ujarnya kala itu kepada Empire Magazine.
Dengan pola pikir seperti itu, Todd makin menggila dengan kreativitasnya saat membuat Joker 2. Ia mencampurkan cerita drama psikologis, musik dan tari, serta drama pengadilan, sesuatu yang belum pernah ada dalam film tentang semesta superhero.
Sinopsis Joker 2
Kita dibawa ke waktu dua tahun setelah peristiwa dalam film Joker tahun 2019. Arthur Fleck (Joaquin Phoenix) kini mendekam di Arkham State Hospital, dan tengah bersiap untuk menjalani sidang atas pembunuhan lima orang.
Dalam masa itu, ia bertemu dengan Harleen "Lee" Quinzel (Lady Gaga), pasien yang mengaku membakar apartemen keluarga dan menjadi korban KDRT orang tua, mirip seperti Arthur. Bak dua orang gila yang menemukan satu sama lain, keduanya dengan cepat jatuh cinta.
Foto: Warner Bros. Pictures
Lee mendampingi Arthur dalam persidangan. Ia juga selalu meyakinkan Arthur bahwa Joker memang ada dalam diri kekasihnya itu, dan ia harus mengeksplorasi sisi liarnyatersebut.
Pertarungan Psikologis dan Krisis Identitas Arthur
Joker 2 melanjutkan kondisi psikologis Arthur yang sulit membedakan antara fakta dan fantasi. Sepanjang filmnya, kita pun selalu ditunjukkan kondisi Arthur yang mempertanyakan kepada dirinya sendiri, apakah ia Arthur ataukah Joker.
Di awal-awal film, ia berperilaku seperti Arthur yang minderan, murung, hidup tanpa energi, dan cenderung mengikuti peraturan di rumah sakit-penjara Arkham. Namun dalam momen-momen tertentu, sosok Joker yang liar kerap muncul.
Sisi Joker ini makin menemukan tempatnya saat ia bertemu dengan Lee. Perempuan itu bak katalis yang ingin Joker segera bangkit dan mengambil alih sepenuhnya tubuh dan pikiran Arthur.
Foto: Warner Bros. Pictures
Lee digambarkan sebagai sosok 'gelap' yang sangat manipulatif. Demi citra ini, karakter yang dimaksudkan sebagai Harley Quinn tersebut juga digambarkan jauh berbeda dengan komiknya.
tulis komentar anda