CERMIN: George Miller adalah Seorang Feminis
Sabtu, 25 Mei 2024 - 09:54 WIB
Dengan plot setipis ini, George paham bagaimana menggerakkan ceritanya. Ia menggerakkannya dengan maksimal, meniupkan ruh ke dalam karakter-karakter di dalamnya dengan menarik, menggunakan segala elemen aksi yang dimilikinya untuk menghasilkan pertunjukan menggelegar tanpa henti.
Foto: Warner Bros. Pictures
Dalam dunia rekaan George, kita lupa bahwa Furiosa adalah perempuan, bahwa ia sesungguhnya adalah korban. George tak memberi waktu bagi Furiosa untuk meratapi nasib buruknya dan begitulah Furiosa akhirnya bertumbuh, tapi tetap dengan sisi keperempuannya yang kerap kali tak bisa dihindari.
Dalam 10 tahun mendatang, rasanya karakter Furiosa akan banyak dijadikan studi kasus atau tinjauan materi menarik untuk tulisan terkait perspektif gender. Mungkin George tak pernah membayangkannya sedemikian rupa. Mungkin George tak pernah mengharapkannya.
Namun bagaimana George bertumbuh dalam dunia yang awalnya mendewakan protagonis laki-laki dan kini memilih berada di samping protagonis perempuan juga menjadi kajian menarik. Tentu saja selalu menarik membahas bagaimana sutradara laki-laki mencoba sekuat tenaga dan dengan sepenuh hati memahami perempuan, dan menumbuhkan empatinya untuk menjadi seorang feminis dalam karya-karyanya.
George, Martin, dan saya mungkin tak perlu label “feminis” itu. Yang kita perlukan tentu saja adalah semakin banyak sutradara laki-laki yang bertumbuh dan melihat perempuan dalam berbagai sudut pandang, tak lagi melulu sebagai korban, tapi juga sebagai seorang pejuang dan penyintas seperti Furiosa.
Furiosa: a Mad Max Saga
Produser: George Miller, Doug Mitchell
Penulis Skenario: George Miller, Nick Lathouris
Sutradara: George Miller
Pemain: Anya Taylor-Joy, Chris Hemsworth, Tom Burke
Ichwan Persada
Sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute, bisa dikontak via Instagram @ichwanpersada
Foto: Warner Bros. Pictures
Dalam dunia rekaan George, kita lupa bahwa Furiosa adalah perempuan, bahwa ia sesungguhnya adalah korban. George tak memberi waktu bagi Furiosa untuk meratapi nasib buruknya dan begitulah Furiosa akhirnya bertumbuh, tapi tetap dengan sisi keperempuannya yang kerap kali tak bisa dihindari.
Dalam 10 tahun mendatang, rasanya karakter Furiosa akan banyak dijadikan studi kasus atau tinjauan materi menarik untuk tulisan terkait perspektif gender. Mungkin George tak pernah membayangkannya sedemikian rupa. Mungkin George tak pernah mengharapkannya.
Namun bagaimana George bertumbuh dalam dunia yang awalnya mendewakan protagonis laki-laki dan kini memilih berada di samping protagonis perempuan juga menjadi kajian menarik. Tentu saja selalu menarik membahas bagaimana sutradara laki-laki mencoba sekuat tenaga dan dengan sepenuh hati memahami perempuan, dan menumbuhkan empatinya untuk menjadi seorang feminis dalam karya-karyanya.
George, Martin, dan saya mungkin tak perlu label “feminis” itu. Yang kita perlukan tentu saja adalah semakin banyak sutradara laki-laki yang bertumbuh dan melihat perempuan dalam berbagai sudut pandang, tak lagi melulu sebagai korban, tapi juga sebagai seorang pejuang dan penyintas seperti Furiosa.
Furiosa: a Mad Max Saga
Produser: George Miller, Doug Mitchell
Penulis Skenario: George Miller, Nick Lathouris
Sutradara: George Miller
Pemain: Anya Taylor-Joy, Chris Hemsworth, Tom Burke
Ichwan Persada
Sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute, bisa dikontak via Instagram @ichwanpersada
(ita)
tulis komentar anda