6 Arsitek Legendaris Indonesia Pemenang Penghargaan, Bikin Gedung DPR hingga Masjid
Sabtu, 16 Maret 2024 - 15:10 WIB
Yang ketiga ini merupakan salah satu arsitek generasi pertama Indonesia. Friedrich Silaban dikenal sebagai arsitek autodidak dan menjadi salah satu orang paling berpengaruh di Indonesia. Ia lahir pada 16 Desember 1912.
Friedrich mengemban pendidikan di KWS (Sekolah Teknik Menengah di Hindia Belanda) dan mendapatkan beasiswa karena nilai ijazahnya yang bagus.
Karya Friedrich antara lain Kantor Pusat Bank Indonesia 1958 Jakarta, Markas TNI Angkatan Udara 1962 Jakarta, dan yang paling populer adalah Masjid Istiqlal, Stadion Gelora Bung Karno, danMonas.
Friedrich Silaban juga berperan penting atas pembentukan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI). Friedrich menerima anugerah tanda kehormatan bintang jasa utama dari pemerintah atas prestasinya dalam merancang pembangunan Masjid Istiqlal.
Foto: Dok. ITB
Achmad Noe’man terkenal dengan sebutan “Arsitek Seribu Masjid” atau “Sang Maestro Arsitektur Masjid Indonesia”. Ia lahir pada 10 Oktober 1925 di Kabupaten Garut.Noe’man. Ia juga pendiri stasiun radio jazz pertama di Bandung.
Noe’man sempat mengemban studi di kampus ITB jurusan bangunan Fakultas Teknik Sipil,tapi sejumlah literatur menyebutkan Noe’man tak menyelesaikan kuliahnya dan sempat bergabung dan menekuni karier militer.
Hingga ketika ITB membuka jurusan arsitektur, ia pun kembali ke bangku kuliah. Kali ini ia menempuh jurusan yang sangat diimpikanya yaitu arsitektur.
Setelah lulus ia merancang masjid di kompleks ITB karena saat itu sulitnya tempat untuk salat jumat. Setelah terbangunya, Presiden Soekarno menamainya Masjid Salman
Setelah itu, Noe’man mulai aktif merancang beberapa masjid di Indonesia. Antara lain Masjid Taman Ismail Marzuki Jakarta, Masjid Al-Ghifari IPB Bogor, Masjid Al-Furqan UPI Bandung, dan Masjid Al Markaz Al Islami di Makassar. Sedangkan di luar negeri, ia merancangMasjid Syekh Yusuf di Cape Town Afrika Selatan dan mimbar Masjid Al Aqsa di Palestina pada 1993 hingga 1994.
Foto: alumni.itb.ac.id
Soedjoedi dianggap sebagai arsitek modernis asli pertama pada masa pascakolonial. Ia lahir di Surakarta pada 27 Desember 1928.
Ciri khas karya Soejoedi yaitu lebih berfokus pada komposisi geometris, memastikan bangunan selaras dengan lokasi dan kondisinya tanpa mendesain terlalu megah. Ia sempat mengemban studi di jurusan arsitektur Fakultas Teknik Bandung (ITB), dan dikenal sebagai mahasiswa yang cerdas.
Ia menjadi mahasiswa pertama yang mendapatkan beasiswa studi di Prancis. Namun setelah setahun mendalami arsitektur di Ecole Superieure National des Beaux Arts, ia kemudian pindah ke Hoogeschool, Delft, Belanda.
Karena suasana politik di Indonesia, Soejoedi pindah ke Jerman.Di sana. setelah studi selama dua tahun, ia lulus dengan predikat cum laude.
Karya Soejoedi Wirjoatmodjo antara lain adalah Gedung Sekretariat Asean Jakarta tahun 1975, Gedung Kedubes RI di Kuala Lumpur, Gedung Pusat Grafika Jakarta 1971, dan Gedung Kedubes RI di Seoul.
Salah satu karyaSoejoedi Wirjoatmodjo yang paling dikenal adalah Gedung Canefo alias Gedung DPR.
Friedrich mengemban pendidikan di KWS (Sekolah Teknik Menengah di Hindia Belanda) dan mendapatkan beasiswa karena nilai ijazahnya yang bagus.
Karya Friedrich antara lain Kantor Pusat Bank Indonesia 1958 Jakarta, Markas TNI Angkatan Udara 1962 Jakarta, dan yang paling populer adalah Masjid Istiqlal, Stadion Gelora Bung Karno, danMonas.
Friedrich Silaban juga berperan penting atas pembentukan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI). Friedrich menerima anugerah tanda kehormatan bintang jasa utama dari pemerintah atas prestasinya dalam merancang pembangunan Masjid Istiqlal.
4. Achmad Noe’man
Foto: Dok. ITB
Achmad Noe’man terkenal dengan sebutan “Arsitek Seribu Masjid” atau “Sang Maestro Arsitektur Masjid Indonesia”. Ia lahir pada 10 Oktober 1925 di Kabupaten Garut.Noe’man. Ia juga pendiri stasiun radio jazz pertama di Bandung.
Noe’man sempat mengemban studi di kampus ITB jurusan bangunan Fakultas Teknik Sipil,tapi sejumlah literatur menyebutkan Noe’man tak menyelesaikan kuliahnya dan sempat bergabung dan menekuni karier militer.
Hingga ketika ITB membuka jurusan arsitektur, ia pun kembali ke bangku kuliah. Kali ini ia menempuh jurusan yang sangat diimpikanya yaitu arsitektur.
Setelah lulus ia merancang masjid di kompleks ITB karena saat itu sulitnya tempat untuk salat jumat. Setelah terbangunya, Presiden Soekarno menamainya Masjid Salman
Setelah itu, Noe’man mulai aktif merancang beberapa masjid di Indonesia. Antara lain Masjid Taman Ismail Marzuki Jakarta, Masjid Al-Ghifari IPB Bogor, Masjid Al-Furqan UPI Bandung, dan Masjid Al Markaz Al Islami di Makassar. Sedangkan di luar negeri, ia merancangMasjid Syekh Yusuf di Cape Town Afrika Selatan dan mimbar Masjid Al Aqsa di Palestina pada 1993 hingga 1994.
5. Soejoedi Wirjoatmodjo
Foto: alumni.itb.ac.id
Soedjoedi dianggap sebagai arsitek modernis asli pertama pada masa pascakolonial. Ia lahir di Surakarta pada 27 Desember 1928.
Ciri khas karya Soejoedi yaitu lebih berfokus pada komposisi geometris, memastikan bangunan selaras dengan lokasi dan kondisinya tanpa mendesain terlalu megah. Ia sempat mengemban studi di jurusan arsitektur Fakultas Teknik Bandung (ITB), dan dikenal sebagai mahasiswa yang cerdas.
Ia menjadi mahasiswa pertama yang mendapatkan beasiswa studi di Prancis. Namun setelah setahun mendalami arsitektur di Ecole Superieure National des Beaux Arts, ia kemudian pindah ke Hoogeschool, Delft, Belanda.
Karena suasana politik di Indonesia, Soejoedi pindah ke Jerman.Di sana. setelah studi selama dua tahun, ia lulus dengan predikat cum laude.
Karya Soejoedi Wirjoatmodjo antara lain adalah Gedung Sekretariat Asean Jakarta tahun 1975, Gedung Kedubes RI di Kuala Lumpur, Gedung Pusat Grafika Jakarta 1971, dan Gedung Kedubes RI di Seoul.
Salah satu karyaSoejoedi Wirjoatmodjo yang paling dikenal adalah Gedung Canefo alias Gedung DPR.
tulis komentar anda