CERMIN AWARDS: 10 Film dan Serial Indonesia Terbaik 2023
Sabtu, 16 Desember 2023 - 14:13 WIB
7. Onde Mande (Sutradara: Paul Agusta)
Foto: Visinema Pictures
Onde Mande datang dengan premis menarik. Salah satu warga yang dituakan di desa Sigiran, Angku Wan, menang sayembara berhadiah uang Rp2 miliar. Angku Wan adalah seseorang yang sangat mencintai desanya.
Ia bahkan menolak merantau ke Jakarta dan membiarkan istri dan anaknya berangkat sendirian. Sebelum menang sayembara, Angku Wan sudah punya banyak rencana untuk membangun desanya. Tapi sayang, sebelum rencananya terlaksana dan sebelum menerima hadiah uang Rp2 miliar, Angku Wan dipanggil Yang Maha Kuasa.
Skenario yang ditulis cemerlang oleh Paul Agusta sendiri bekerja efektif yang membuat Onde Mande tak pernah kehilangan momentum. Sebagai penonton yang bukan orang Minang, saya memahami yang ingin disampaikan oleh Paul.
Bahwa keluarga bukan saja soal mereka yang bertalian darah tapi juga tentang mereka yang pernah membantu kita pada masa-masa sulit, tentang mereka yang selalu ada saat dibutuhkan. Sebagai sesama pembuat film, saya tahu betul bagaimana film ini dibuat dengan hati besar, sebuah persembahan tulus untuk sebuah tempat dari mana kita berasal.
8. Orpa (Sutradara: Theo Rumansara)
Foto:QUN Films
Orpa menuturkan kisahnya dari sudut pandang Orpa (diperankan dengan menarik oleh pendatang baru, Orsila Murib), gadis remaja yang sesaat lagi lulus SD. Digambarkan sebagai remaja yang cerdas dan suka membaca, Orpa bercita-cita melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.
Namun mimpi Orpa tak sesederhana yang bisa dibayangkan oleh kita yang hidup di kota besar. Orpa harus berhadapan dengan dua hal: paksaan dari ayahnya untuk segera menikah dengan lelaki pilihannya, dan ia harus keluar dari desanya untuk menuju ke kota tempat sekolah menengah pertama berada.
Mungkin Theo Rumansara tak berambisi besar bahwa Orpa akan menjadi pembuka mata bagi pemerintah bahwa masalah yang sudah berlangsung selama puluhan tahun di Papua perlu mendapat perhatian segera. Tapi kita yang hidup di kota besar mungkin bisa lebih berempati dan mensyukuri segala fasilitas yang dengan mudah kita dapatkan dan nikmati.
Mungkin juga kita bisa membantu Orpa-Orpa lainnya untuk menemukan jalannya meraih impiannya dengan cara-cara yang kita bisa.
9. Teluh Darah (Sutradara: Kimo Stamboel)
Foto: Rapi Films
Teluh Darah menggedor ketakutan dan kengerian penonton secara perlahan. Skenario selalu memberi ruang bagi kita mengintip bagaimana sesungguhnya dendam yang kini berwujud sebagai santet bekerja. Kita menjadi tahu dengan istilah asing seperti buhul dan bagaimana benda itu bisa ditemukan begitu saja dalam rumah dan memicu teror tak berkesudahan dari target dendam.
Kimo Stamboel sebagai sutradara perlu diberi kredit atas kejeliannya dalam memberikan visi yang jelas atas penceritaan, motivasi karakter dan bagaimana cerita ini bergulir perlahan tapi bisa menjaga intensitasnya dengan baik. Terutama memang karena ia membuat pasangan Mikha Tambayong dan Deva Mahenra tampil bahu membahu dengan baik dan membawa cerita ini menuju puncaknya dengan maksimal.
Di luar adegan seks yang berlimpah dan bisa dibaca penonton sebagai “normalisasi hubungan seks pranikah di Indonesia”, Teluh Darah tetap perlu dipujikan sebagai satu dari sangat sedikit serial lokal yang berani membawa ide cerita segar dan menarik (santet dengan bumbu Banyuwangi adalah perpaduan brilian).
10. Women from Rote Island (Sutradara: Jeremias Nyangoen)
Foto: Langit Terang Sinema
tulis komentar anda