CERMIN: Clara Royer, 21 Tahun, Dibakar Hidup-hidup

Tapi orang waras mana yang bisa menerima seseorang bisa membenci orang lain dengan begitu kejamnya hingga merasa perlu membakarnya hidup-hidup? Kebo di Indonesia, Clara di Prancis, dan entah siapa lagi di negara lain yang juga harus merasakan hidupnya terenggut dengan cara paling kejam tak terbayangkan. Hukum dibuat di suatu negara agar seseorang tak menjadi hakim buat orang lain.



Foto: Haut et Court

Tapi bagi sekelompok orang di Jakarta, Kebo hanyalah seonggok nyawa tak berarti yang bisa dilenyapkan begitu saja dari dunia ini tanpa memikirkan konsekuensinya. Bagi siapa pun yang menyerang Clara, entah apakah ia merasa bahagia dan tercapai keinginannya setelah melihat gadis 21 tahun itu terbakar hidup-hidup.

Tapi mungkin kita sendiri yang merasa perlu terus memelihara budaya kekerasan. Dalam Hikayat Kebo, pakar kriminologi dan kepolisian Adrianus Meliala, menyampaikan keprihatinannya.



"Pada dasarnya kita ini sudah punya bibit dan menjadi budaya. Coba datang ke Cengkareng. Ada satu daerah di sana yang memasang pengumuman: Di sini tempat orang dibakar pertama kali. Di sini ada semacam glory, pengagungan. Artinya, ketika terjadi di daerah lain, bukan lagi sekadar peniruan, tapi pengagungan."

Budaya kekerasan ini harus dihentikan. Pengagungan atas kekerasan itu harus diberantas. Agar kita tak perlu lagi mendengar Kebo di Indonesia, Clara di Prancis, dan orang-orang lainnya di seluruh dunia harus dibakar hidup-hidup. Tak satu pun manusia yang pantas mengalami perlakuan serupa. Tak satu pun manusia yang pantas melakukan penghakiman serupa.

The Night of the 12th

Produser: Caroline Benjo, Barbara Letellier, Carole Scotta

Sutradara: Dominik Moll

Penulis Skenario: Gilles Marchand, Dominik Moll

Pemain: Bastien Bouillon, Bouli Lanners, Pauline Serieys

Ichwan Persada

Sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute, bisa dikontak via Instagram @ichwanpersada