CERMIN: Aktivis Kulit Hitam, Komunis, dan Gay Flamboyan Bernama Bayard Rustin

Jum'at, 24 November 2023 - 14:07 WIB
Film Rustin mengisahkan tentang aktivis kulit hitam Bayard Rustin yang menggalang aksi damai hingga ratusan ribu orang. Foto/Netflix
JAKARTA - Tahun 2018. Mantan presiden Amerika Serikat Barack Obama dan istrinya memutuskan mendirikan perusahaan produksi bernama Higher Ground. Perlu waktu lima tahun bagi mereka untuk melahirkan film panjang pertama.

Selama dua periode memimpin Amerika Serikat pada 20 Januari 2009 hingga 20 Januari 2017 rupanya tak pernah membuat Barack Obama berlama-lama berkecimpung dalam kancah politik. Yang terjadi setahun setelah pensiun, pasangan suami istri ini justru meluncurkan Higher Ground yang berkomitmen penuh dengan keberagaman suara dalam industri hiburan.

Dalam sebuah wawancara, Michelle Obama menyatakan, "Saya selalu percaya pada kekuatan bercerita untuk menginspirasi kita, membuat kita berpikir secara berbeda tentang dunia di sekitar kita, dan membantu kita membuka pikiran dan hati kepada orang lain".





Rustinyang tayang di Netflix menjadi film panjang pertama dari perusahaan produksi yang mereka dirikan. Diambil dari nama belakang Bayard Rustin, seorang aktivitas kulit hitam, mantan anggota partai komunis, dan tak pernah menyembunyikan preferensi seksualnya sebagai seorang gay. Dengan segala “identitas” yang melekat pada dirinya, Rustin akan selalu menjadi sasaran empuk dari segala macam fitnah dan kebencian.

Terlebih ketika Rustin mengorganisir pawai damai terbesar sepanjang sejarah hingga hari ini, pada 1963. Dari sini kita pun paham mengapa pasangan suami istri Obama merasa perlu dan darurat menyampaikan cerita luar biasa menarik dari seseorang yang kompleks dan susah didefinisikan itu ke dalam film panjang.



Foto: Netflix

Hingga hari ini masalah rasial masih menjadi salah satu isu darurat dalam kehidupan bernegara di Amerika. Begitupun apa yang diperjuangkan Rustin dan kawan-kawannya tepat 60 tahun lalu tersebut masih berdampak hingga sekarang.

Sutradara George C Wolff mengajak kita melihat bagaimana Rustin dengan prinsip damainya menggerakkan banyak orang dalam waktu sempit untuk bergerak bersama mempersiapkan pawai yang direncanakan dihadiri 100 ribu orang. Bagaimana mempersiapkan pawai dengan target 100 ribu orang hanya dalam waktu 2 bulan?

Di atas kertas rasanya mustahil dan memang hanya bisa dicapai jika digerakkan oleh kesamaan visi atas persamaan hak yang sudah diperjuangkan puluhan tahun. Masyarakat kulit hitam sudah muak dengan pemisahan kursi di bus, pemisahan toilet, tak adanya hak pilih, dan banyak lagi ketidakadilan yang sengaja dipelihara oleh penguasa selama bertahun-tahun.

Oleh karena itu Bayard Rustin mencoba menggerakkan hati begitu banyak orang untuk percaya pada misi mustahil ini. Seperti yang sudah selalu bisa diduga, akan lebih banyak orang tidak percaya dengan misi seperti ini.

Akan lebih banyak orang yang mencoba menggugurkannya sebelum berbuah, akan ada yang lebih banyak mendorongnya tak berbekas sebelum menampakkan sesuatu. Tapi Bayard percaya.

Lalu di belakangnya ada Martin Luther King. Yang menarik bahkan sebelum era media sosial mewabah seperti sekarang, akan ada fitnah menggelikan yang menggoreng preferensi seksual Bayard dan menggosipkannya punya hubungan istimewa dengan Martin.



Foto: Netflix

Selama mempersiapkan pawai damai tersebut, Bayard dikepung prasangka yang datang dari segala penjuru, terutama ironisnya justru dari beberapa pemimpin hak sipil. Namun Bayard menegaskannya dengan gagah dan seakan mengonfirmasi preferensi seksualnya yang memang tak pernah membuatnya malu. “Pada hari saya dilahirkan berkulit hitam, saya juga terlahir homoseksual. Mereka percaya pada kebebasan atau keadilan bagi semua orang atau tidak”.

Dikutip dari The Guardian, Bayard Rustin lahir di West Chester, Pennsylvania, pada 1912. Ia adalah pendukung setia protes damai, sebagian karena pendidikan Quaker-nya, dan membantu memperkenalkan konsep perlawanan tanpa kekerasan ala Gandhi.

Ia juga penasihat utama Martin Luther King selama boikot bus Montgomery dan salah satu penyelenggara Konferensi Kepemimpinan Kristen Selatan. Sebagai seorang gay, Bayard terpaksa hidup dengan batasan dan prasangka saat itu, termasuk pemukulan dan penangkapan.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More