SOROT: Stop Bikin Film Horor Sampah!
Sabtu, 10 Juni 2023 - 08:41 WIB
JAKARTA - Tanggal 5 Oktober 2001 selayaknya selalu dikenang oleh pencinta film horor Tanah Air. Pada tanggal tersebut, Jelangkung yang awalnya diproduksi untuk tayang di televisi dirilis di bioskop. Dan selebihnya adalah sejarah.
Film Jelangkung membuka kotak pandora soal kesukaan masyarakat Indonesia akan tema-tema supranatural. Dari situ meluncur ratusan judul film horor dalam beberapa tahun ke depan, sebagian besar di antaranya memang diposisikan hanya sebagai mesin pengeruk uang, sisanya berusaha membuat film horor sebagai karya artistik yang bisa dipertanggungjawabkan.
Periode 2001 – 2010 sejumlah film horor bermutu lahir dan kini menjadi klasik. Tahun 2004 Ody C Harahap merilis Bangsal 13 sebagai film panjang pertamanya dan memajang Luna Maya dalam peran utama pertamanya.
Dua tahun setelahnya, Rudi Soedjarwo membesut Pocong 2 yang meski berbiaya murah tapi masih bisa dieksekusi dengan baik. Masih pada tahun 2006, Rizal Mantovani melahirkan Kuntilanak yang memajang Julie Estelle dan kelak dilanjutkan 13 tahun kemudian oleh MVP Pictures.
Pada 2009, Monty Tiwa merilis Keramat dengan gaya penyutradaraan khas ala mockumentary. Film ini dianggap sebagai salah satu film horor Indonesia kontemporer terbaik.
Berkat antusiasme masyarakat terhadap film horor yang seperti tak berkurang, maka produser film mulai bersiasat menyodorkan tema baru: perkawinan silang antara horor dan seks. Dari sinilah bermula film horor berkualitas buruk menjajah dan menjelajah bioskop Tanah Air. Pada 2009, produser bahkan merasa perlu mengimpor bintang film dewasa asal Jepang, Rin Sakuragi, untuk bermain dalam Suster Keramas.
Alena Anak Ratu Iblis. Foto: Arjuna Mega Films
Setahun kemudian, bintang film dewasa dari negeri yang sama dan jauh lebih populer di sini, Miyabi, juga menyempatkan membintangi Hantu Tanah Kusir. Masih pada tahun yang sama, produser kembali mengimpor bintang film dewasa, kali ini dari Amerika Serikat bernama Tera Patrick untuk bermain dalam film Rintihan Kuntilanak Perawan.
Masih banyak film horor dengan judul-judul ajaib dan menghadirkan banyak adegan erotis di dalamnya. Misalnya saja Paku Kuntilanak(2009), Dendam Pocong Mupeng (2010) dan Diperkosa Setan (2010).
Gelombang baru film horor Indonesia ditandai oleh meledak hebatnya film KKN di Desa Penari pada 2022 yang mencetak jumlah penonton lebih dari 10 juta orang dan menobatkannya sebagai film Indonesia terlaris sepanjang masa. Dalam daftar 15 film Indonesia terlaris 2022, menariknya delapan judul di antaranya bergenre horor. Sekali lagi membangkitkan kembali tren film horor di bioskop.
Salah satu yang juga menarik dari bangkitnya kembali tren film horor tahun lalu adalah pencapaian dua film horor, Qodrat dari sutradara Charles Gozali dan Inang dari sutradara Fajar Nugros. Keduanya membuat standar baru dalam industri atas pencapaian artistik maupun isi filmnya.
Qodrat dianggap mendefinisikan ulang film horor dengan memberi tempat pada ustaz menjadi tokoh utama dan mendorong filmnya memaksimalkan unsur aksi, sehingga membuat Qodrat terasa menyegarkan. Sementara Inang yang mencampurkan horor dan thriller dianggap berhasil karena menyajikan komentar sosial secara menarik dalam sebuah film.
Hantu Tanah Kusir. Foto: Maxima Pictures
Sayangnya memang pencapaian kedua film di atas tak diikuti kebanyakan film horor lainnya yang rilis pada tahun ini. Setelahnya bermunculan puluhan judul film horor dengan kualitas buruk, bahkan sebagian di antaranya sesungguhnya tak layak tayang di bioskop.
Akun Twitter @kripikfilm memberi komentar atas film Alena Anak Ratu Iblis sebagai berikut: “Bagaikan mimpi buruk berlapis-lapis yang berisikan gado-gado adegan dan dialog-dialog rubbish, lalu terbungkus visual efek yang terlihat tak murahan, terutama CGI bagian opening sekaligus juga ending-nya yang TOP ABIEZ!!”
Dari Letterboxd yang berisi ulasan film dari seluruh dunia, meluncur komentar atas film Iblis dalam Darah dari akun ridhofkr: “film buatan mahasiswa masih lebih bagus dari film ini.”Sementara kanal YouTube Cine Crib yang cukup sering melontarkan kritik pedas untuk film berkualitas buruk memberi penilaian untuk Tulah 6/13 sebagai berikut: “Ingin tampil beda tapi cara menceritakannya ajaib banget. Tidak tahu cara menceritakannya dan malas menceritakannya. Yang penting ada setannya dan yang penting ada plot twist”.
Film Jelangkung membuka kotak pandora soal kesukaan masyarakat Indonesia akan tema-tema supranatural. Dari situ meluncur ratusan judul film horor dalam beberapa tahun ke depan, sebagian besar di antaranya memang diposisikan hanya sebagai mesin pengeruk uang, sisanya berusaha membuat film horor sebagai karya artistik yang bisa dipertanggungjawabkan.
Periode 2001 – 2010 sejumlah film horor bermutu lahir dan kini menjadi klasik. Tahun 2004 Ody C Harahap merilis Bangsal 13 sebagai film panjang pertamanya dan memajang Luna Maya dalam peran utama pertamanya.
Dua tahun setelahnya, Rudi Soedjarwo membesut Pocong 2 yang meski berbiaya murah tapi masih bisa dieksekusi dengan baik. Masih pada tahun 2006, Rizal Mantovani melahirkan Kuntilanak yang memajang Julie Estelle dan kelak dilanjutkan 13 tahun kemudian oleh MVP Pictures.
Pada 2009, Monty Tiwa merilis Keramat dengan gaya penyutradaraan khas ala mockumentary. Film ini dianggap sebagai salah satu film horor Indonesia kontemporer terbaik.
Berkat antusiasme masyarakat terhadap film horor yang seperti tak berkurang, maka produser film mulai bersiasat menyodorkan tema baru: perkawinan silang antara horor dan seks. Dari sinilah bermula film horor berkualitas buruk menjajah dan menjelajah bioskop Tanah Air. Pada 2009, produser bahkan merasa perlu mengimpor bintang film dewasa asal Jepang, Rin Sakuragi, untuk bermain dalam Suster Keramas.
Alena Anak Ratu Iblis. Foto: Arjuna Mega Films
Setahun kemudian, bintang film dewasa dari negeri yang sama dan jauh lebih populer di sini, Miyabi, juga menyempatkan membintangi Hantu Tanah Kusir. Masih pada tahun yang sama, produser kembali mengimpor bintang film dewasa, kali ini dari Amerika Serikat bernama Tera Patrick untuk bermain dalam film Rintihan Kuntilanak Perawan.
Masih banyak film horor dengan judul-judul ajaib dan menghadirkan banyak adegan erotis di dalamnya. Misalnya saja Paku Kuntilanak(2009), Dendam Pocong Mupeng (2010) dan Diperkosa Setan (2010).
Gelombang baru film horor Indonesia ditandai oleh meledak hebatnya film KKN di Desa Penari pada 2022 yang mencetak jumlah penonton lebih dari 10 juta orang dan menobatkannya sebagai film Indonesia terlaris sepanjang masa. Dalam daftar 15 film Indonesia terlaris 2022, menariknya delapan judul di antaranya bergenre horor. Sekali lagi membangkitkan kembali tren film horor di bioskop.
Salah satu yang juga menarik dari bangkitnya kembali tren film horor tahun lalu adalah pencapaian dua film horor, Qodrat dari sutradara Charles Gozali dan Inang dari sutradara Fajar Nugros. Keduanya membuat standar baru dalam industri atas pencapaian artistik maupun isi filmnya.
Qodrat dianggap mendefinisikan ulang film horor dengan memberi tempat pada ustaz menjadi tokoh utama dan mendorong filmnya memaksimalkan unsur aksi, sehingga membuat Qodrat terasa menyegarkan. Sementara Inang yang mencampurkan horor dan thriller dianggap berhasil karena menyajikan komentar sosial secara menarik dalam sebuah film.
Hantu Tanah Kusir. Foto: Maxima Pictures
Sayangnya memang pencapaian kedua film di atas tak diikuti kebanyakan film horor lainnya yang rilis pada tahun ini. Setelahnya bermunculan puluhan judul film horor dengan kualitas buruk, bahkan sebagian di antaranya sesungguhnya tak layak tayang di bioskop.
Akun Twitter @kripikfilm memberi komentar atas film Alena Anak Ratu Iblis sebagai berikut: “Bagaikan mimpi buruk berlapis-lapis yang berisikan gado-gado adegan dan dialog-dialog rubbish, lalu terbungkus visual efek yang terlihat tak murahan, terutama CGI bagian opening sekaligus juga ending-nya yang TOP ABIEZ!!”
Dari Letterboxd yang berisi ulasan film dari seluruh dunia, meluncur komentar atas film Iblis dalam Darah dari akun ridhofkr: “film buatan mahasiswa masih lebih bagus dari film ini.”Sementara kanal YouTube Cine Crib yang cukup sering melontarkan kritik pedas untuk film berkualitas buruk memberi penilaian untuk Tulah 6/13 sebagai berikut: “Ingin tampil beda tapi cara menceritakannya ajaib banget. Tidak tahu cara menceritakannya dan malas menceritakannya. Yang penting ada setannya dan yang penting ada plot twist”.
tulis komentar anda