3 Faktor Ini Bikin Yuta Okkotsu Berbeda di Jujutsu Kaisen
loading...
A
A
A
Jujutsu Kaisen dalam posisi di ujung busur Culling Game. Busur itu penuh kebrutalan dan kehilangan, yang menambah traua bagi banyak karakter. Tapi, setiap pertarungan juga menyoroti tema dan filosofi di balik dorongan seorang penyihir.
Pertarungan Yuji Itadori berputar di sekitar kejahatan dan hukuman karena alasan utamanya bergabung dengan permainan itu adalah untuk menebus kesalahannya karena melepaskan Sukuna di Shibuya. Demikian juga, Megumi Fushiguro mendorong batasannya dan menjadi orang yang lebih kuat. Tapi, itu bukan karena dia ingin menjadi pahlawan. Dia membutuhkan kekuatan itu untuk menyelamatkan kakak tirinya.
Tapi, pertarungan Yuta Okkotsu di Jujutsu Kaisen 0 sangat berbeda dari pertarungan Megumi dan Yuji. Pertarungan di film itu menggambarkan betapa Yuta begitu unik kalau dibandingkan dengan penyihir lain. Yuji dan Megumi memang peduli untuk menyelamatkan orang lain, tapi mereka begitu individualis karena alasan mereka menjadi penyihir adalah untuk bisa lebih kuat sehingga mereka bisa mengejar ide mereka. Sementara, Yuta adalah kolektivis yang sepertinya bertindak demi orang lain. Apa yang membuat Yuta berbeda dari penyihir Jujutsu lain di Jujutsu Kaisen? Mengutip CBR, berikut penjelasannya!
Foto: Epicstream
Lewat Jujutsu Kaisen 0, Yuta berkembang dari ingin mati sendirian demi melindungi orang lain dari dirinya menjadi alasan untuk hidup dengan menggunakan kekuatannnya untuk melindungi yang dia cintai. Kalau karakter Megumi berputar untuk menyelamatkan orang-orang yang dia anggap berharga dan Yuji menyelamatkan semua orang yang dia bisa, karakter Yuta berputar pada hubungan yang dia buat untuk orang-orang di sekitarnya dan menemukan kekuatan dari koneksi itu. Dari ketiga orang itu, Yuta paling mirip protagonis shounen dengan kekuatan Nakama.
Alasan Yuta bertarung adalah untuk yang lebih baik bagi orang lain, tidak pernah untuk dirinya sendiri, dan dia jadi lebih kuat karenanya. Di Jujutsu Kaisen 0, dia bahkan menggunakan kekuatan yang masih dia takuti untuk melawan Suguru Geto demi melindungi teman-teman sekelas dan sejawatnya. Tapi, Suguru tahu di pertarungan itu, ada elemen egosentris pada bagaimana Yuta memandang dunia Jujutsu.
Pada dasarnya, Yuta ingin dikelilingi orang-orang yang dia cintai untuk mendapatkan validasi untuk kekuatannya. Kalau dia tidak menerimanya, dai sepertinya tidak punya kekuatan untuk melanjutkan. Yuta melihat dunia lewat lensa hubungannya dengan yang lain. Dia hanya percaya kalau dia layak untuk terus hidup kalau teman-temannya melihaatnya dengan cara itu juga.
Foto: Epicstream
Ketika diperkenalkan ke Jujutsu Kaisen di busur Shibuya, jelas kalau mindset Yuta telah berubah sejak berhadapan dengan Suguru. Ketika dia dikirim untuk melenyapkan Yuji Itadori, dia menolak melakukannya. Meski secara pribadi tidak mengenal adik kelasnya itu, karena Yuji penting bagi teman-teman sekelasnya, Yuta berjuang membelanya dan malahan menghibur Yuji.
Tapi, karena pandangan kolektivisnya, Yuta salah paham terhadap Yuji dan berusaha memahami cara dia berpikir. Dia tidak memahami Yuji sebagai dirinya, hanya sebagai orang penting bagi mereka yang penting untuknya. Makanya, Yuta memperlakukan Yuji dengan cara itu dan menolak membunuhnya.
Yuta masih mengembangkan rasa empatinya. Bahkan sebagai karakter yang sangat empatik, kode moralnya tidak disetujui pandangan dunia saat ini. Ini bisa dilihat dengan cara dia mendekati pertarungan Jujutsu-nya.
Ada sejumlah hal yang bisa dilakukan Yuta tapi tidak bisa dilakukan Yuji dan Megumi karena mereka terlalu berfokus pada diri mereka dan perbaikan diri mereka. Misalnya, Yuta adalah satu-satunya yang berusaha mencari tahu mengapa lawannya ada di Culling Game atau apa yang mereka perjuangkan. Yuta kaget ketika mereka mengatakan mereka tidak bertarung demi kekasih atau teman mereka.
Foto: wynesworld
Yuta juga satu-satunya dari ketiga orang itu yang terlihat secara aktif melindungi orang-orang tak bersalah dari runtuhnya Jujutsu. Salah satu contohnya, dia bahkan berhenti menggunakan Rika melawan lawan yang mengunggulinya demi melindungi satu stadion yang dipenuhi orang-orang yang tidak berdaya. Ini memaksanya bertarung dalam kondisi yang lemah secara signifikan hanya demi melindungi orang lain, sesuatu yang sangat jarang dilakukan seorang penyihir Jujutsu.
Ini juga membuat perkembangan Yuta berjalan ke arah yang berseberangan dengan setiap karakter lain secara praktis. Satoru Gojo, misalnya, meninggalkan seluruh keterikatan dengan keduniawian, termasuk Suguru, untuk tumbuh lebih kuat secara individu. Demikian juga, Maki Zenin mencapai potensinya tanpa kerja sama kembarannya. Tapi, setelah Mai meninggal, Maki baru bisa melepaskan semuanya.
Orang-orang yang ditambati para penyihir, mereka yang memanusiakan mereka, cenderung menjadi apa yang menahan mereka untuk mencapai potensi penuh mereka. Tapi, Yuta secara langsung menentang ini. Alih-alih memilih menjadi penyihir yang kuat sendirian, dia terus menerus berpegang pada keterikatannya dengan teman-temannya.
Sebagai seorang penyihir yang bertarung dengan cara yang menantang mindset individualistik luar biasa masyarakat Jujutsu, Yuta jelas akan terus mendapatkan tantangan terhadap idenya. Terlepas dari kesulitan melangkah sebagai seorang penyihir, Yuta mempertahankan sisi kemanusiaannya meski pun semuanya di masyarakat Jujutsu mendorongnya untuk menghancurkan kerapuhan yang mungkin dia punya.
Pertarungan Yuji Itadori berputar di sekitar kejahatan dan hukuman karena alasan utamanya bergabung dengan permainan itu adalah untuk menebus kesalahannya karena melepaskan Sukuna di Shibuya. Demikian juga, Megumi Fushiguro mendorong batasannya dan menjadi orang yang lebih kuat. Tapi, itu bukan karena dia ingin menjadi pahlawan. Dia membutuhkan kekuatan itu untuk menyelamatkan kakak tirinya.
Tapi, pertarungan Yuta Okkotsu di Jujutsu Kaisen 0 sangat berbeda dari pertarungan Megumi dan Yuji. Pertarungan di film itu menggambarkan betapa Yuta begitu unik kalau dibandingkan dengan penyihir lain. Yuji dan Megumi memang peduli untuk menyelamatkan orang lain, tapi mereka begitu individualis karena alasan mereka menjadi penyihir adalah untuk bisa lebih kuat sehingga mereka bisa mengejar ide mereka. Sementara, Yuta adalah kolektivis yang sepertinya bertindak demi orang lain. Apa yang membuat Yuta berbeda dari penyihir Jujutsu lain di Jujutsu Kaisen? Mengutip CBR, berikut penjelasannya!
1. Yuta Dikarakterisasikan oleh Hubungannya dengan Orang Lain
Foto: Epicstream
Lewat Jujutsu Kaisen 0, Yuta berkembang dari ingin mati sendirian demi melindungi orang lain dari dirinya menjadi alasan untuk hidup dengan menggunakan kekuatannnya untuk melindungi yang dia cintai. Kalau karakter Megumi berputar untuk menyelamatkan orang-orang yang dia anggap berharga dan Yuji menyelamatkan semua orang yang dia bisa, karakter Yuta berputar pada hubungan yang dia buat untuk orang-orang di sekitarnya dan menemukan kekuatan dari koneksi itu. Dari ketiga orang itu, Yuta paling mirip protagonis shounen dengan kekuatan Nakama.
Alasan Yuta bertarung adalah untuk yang lebih baik bagi orang lain, tidak pernah untuk dirinya sendiri, dan dia jadi lebih kuat karenanya. Di Jujutsu Kaisen 0, dia bahkan menggunakan kekuatan yang masih dia takuti untuk melawan Suguru Geto demi melindungi teman-teman sekelas dan sejawatnya. Tapi, Suguru tahu di pertarungan itu, ada elemen egosentris pada bagaimana Yuta memandang dunia Jujutsu.
Pada dasarnya, Yuta ingin dikelilingi orang-orang yang dia cintai untuk mendapatkan validasi untuk kekuatannya. Kalau dia tidak menerimanya, dai sepertinya tidak punya kekuatan untuk melanjutkan. Yuta melihat dunia lewat lensa hubungannya dengan yang lain. Dia hanya percaya kalau dia layak untuk terus hidup kalau teman-temannya melihaatnya dengan cara itu juga.
2. Yuta Masih Tumbuh secara Emosional
Foto: Epicstream
Ketika diperkenalkan ke Jujutsu Kaisen di busur Shibuya, jelas kalau mindset Yuta telah berubah sejak berhadapan dengan Suguru. Ketika dia dikirim untuk melenyapkan Yuji Itadori, dia menolak melakukannya. Meski secara pribadi tidak mengenal adik kelasnya itu, karena Yuji penting bagi teman-teman sekelasnya, Yuta berjuang membelanya dan malahan menghibur Yuji.
Tapi, karena pandangan kolektivisnya, Yuta salah paham terhadap Yuji dan berusaha memahami cara dia berpikir. Dia tidak memahami Yuji sebagai dirinya, hanya sebagai orang penting bagi mereka yang penting untuknya. Makanya, Yuta memperlakukan Yuji dengan cara itu dan menolak membunuhnya.
Yuta masih mengembangkan rasa empatinya. Bahkan sebagai karakter yang sangat empatik, kode moralnya tidak disetujui pandangan dunia saat ini. Ini bisa dilihat dengan cara dia mendekati pertarungan Jujutsu-nya.
Ada sejumlah hal yang bisa dilakukan Yuta tapi tidak bisa dilakukan Yuji dan Megumi karena mereka terlalu berfokus pada diri mereka dan perbaikan diri mereka. Misalnya, Yuta adalah satu-satunya yang berusaha mencari tahu mengapa lawannya ada di Culling Game atau apa yang mereka perjuangkan. Yuta kaget ketika mereka mengatakan mereka tidak bertarung demi kekasih atau teman mereka.
3. Yuta Punya Prioritas Berbeda
Foto: wynesworld
Yuta juga satu-satunya dari ketiga orang itu yang terlihat secara aktif melindungi orang-orang tak bersalah dari runtuhnya Jujutsu. Salah satu contohnya, dia bahkan berhenti menggunakan Rika melawan lawan yang mengunggulinya demi melindungi satu stadion yang dipenuhi orang-orang yang tidak berdaya. Ini memaksanya bertarung dalam kondisi yang lemah secara signifikan hanya demi melindungi orang lain, sesuatu yang sangat jarang dilakukan seorang penyihir Jujutsu.
Ini juga membuat perkembangan Yuta berjalan ke arah yang berseberangan dengan setiap karakter lain secara praktis. Satoru Gojo, misalnya, meninggalkan seluruh keterikatan dengan keduniawian, termasuk Suguru, untuk tumbuh lebih kuat secara individu. Demikian juga, Maki Zenin mencapai potensinya tanpa kerja sama kembarannya. Tapi, setelah Mai meninggal, Maki baru bisa melepaskan semuanya.
Orang-orang yang ditambati para penyihir, mereka yang memanusiakan mereka, cenderung menjadi apa yang menahan mereka untuk mencapai potensi penuh mereka. Tapi, Yuta secara langsung menentang ini. Alih-alih memilih menjadi penyihir yang kuat sendirian, dia terus menerus berpegang pada keterikatannya dengan teman-temannya.
Sebagai seorang penyihir yang bertarung dengan cara yang menantang mindset individualistik luar biasa masyarakat Jujutsu, Yuta jelas akan terus mendapatkan tantangan terhadap idenya. Terlepas dari kesulitan melangkah sebagai seorang penyihir, Yuta mempertahankan sisi kemanusiaannya meski pun semuanya di masyarakat Jujutsu mendorongnya untuk menghancurkan kerapuhan yang mungkin dia punya.
(alv)