10 Film Superhero Marvel Paling Enggak Laku di Box Office
loading...
A
A
A
Punisher adalah salah satu superhero yang tidak benar-benar sesuper itu. Semetnara karakter Frank Castle cukup bisa memenangkan banyak penggemar, orang ini pada dasarnya adalah Rambo. Dia tidak punya kekuatan super dan berseberangan dengan “kode superhero” yang tidak tertulis, dia menggunakan senjata api dalam pemberantasan kejahatannya, banyak senjata api.
Film The Punisher versi 2004 ini mengadaptasi karakter Marvel itu dengan baik. Meng-casting Thomas Jane sebagai Frank Castle adalah pilihan bagus, tapi menambahkan John Travolta sebagai penjahat, bukanlah keputusan yang bagus. Film itu menyampaikan semua ledakan gambar tentara bayaran yang bagus. Tapi, tidak laku di box office. Film itu hanya mengantongi USD33,8 juta, yang tidak setara dengan biaya produksinya.
Foto: The Critical Critics
Sementara, semua pengggemar sejati superhero bisa menyoraki usaha apa pun untuk menghidupkan karakter pahlawan di layar, yang ini tetap bikin garuk-garuk kepala. Elektra adalah spinoffDaredevil yang tidak tampil baik. Ber-setting seni bela diri, pedang dan sihir, naskah yang tidak nyambung dan penampilan buruk tidak diterima audiens.
Film ini pun hanya meraup USD24,4 juta. Hasil ini memalukan karena karakter ini kaya mitos ninja dan iblis. Sementara bikin garuk-garuk kepala, film ini punya dana yang lebih kecil daripada film sebelumnya, padahal butuh efek CGI lebih besar. Ada rasa kalau Fox terburu-buru membuatnya demi menjaga lisensi Marvel. Tapi, film ini gagal. Marvel pun mendapatkan Elektra dan Daredevil kembali ke rumah mereka.
Foto: Den of Geek
Howard the Duck adalah film besar pertama karakter Marvel. Meski komiknya dianggap kocak, filmnya malah jadi kekacauan besar. Padahal, dengan George Lucas dari Star Wars duduk sebagai produser eksekutif, bebek itu tidak pernah benar-benar terbang.
Film itu konyol dan aneh dengan cara yang salah. Pada akhirnya, film itu hanya meraup USD16,29 juta, kurang dari separuh anggaran produksinya yang mencapai USD37 juta. Namun, pada 2014, karaker ini jadi cameo di Guardians of the Galaxy dan penggemar pun menunggu aksi solonya di MCU.
Foto: CatchPlay
Tidak ada yang tahu mengapa Marvel mengambil risiko membuat film seperti sekuel Punisher ini selain bos Marvel Studios, Kevin Feige. Film itu dibuat dengan dana besar, kehilangan semua bintang sebelumnya, dan menggantinya dengan banyak nama yang tidak dikenal audiens. Film pertamanya pun tidak bisa dibilang sukses.
Meskipun Marvel mengambil risiko dengan desain produksi megah, audiens tidak tertarik dengan aksi yang sangat keras dan skrip yang buruk. Tak seperti film pertamanya, sekuel ini rugi banyak. Bahkan, film ini tidak sampai meraup separuh anggaran produksi dengan hanya mengantongi USD8,05 juta. Cerita perang terhadap kejahatan Frank Castle sepertinya lebih pas untuk serial televisi, seperti dibuktikan serial Netflix.
Foto: Solzy at the Movies
Awalnya, Inhumans akan dijadikan bagian layar lebar MCU. Tapi, judul ini kemudian dipakai sebagai serial televisi. Sayang, serial ini jeblok sejelek perilisan sinematik IMAX seri pertamanya.
“Film” ini hanya dirilis ke sekitar 393 bioskop. Tapi, bahkan kalau dibandingkan dengan blockbuster seperti Avengers: Infinity War yang dirilis di lebih dari 4.000 bioskop, pendapatan Inhumans sebesar USD1,53 juta masih belum terlihat bagus. Di sepersepuluh bioskop Infinity War, pendapatan itu masih kurang 1/10 dari film-film besar.
Usaha ini memang mendapatkan banyak kritikan. Karakternya terlihat jelek, set-nya mengerikan, naskahnya juga jelek. Jadi, memang jelek. Ini memalukan. Inhumans butuh adaptasi yang jauh lebih baik. Bahkan, Kevin Feige sampai “alergi” pada franchise ini.
Film The Punisher versi 2004 ini mengadaptasi karakter Marvel itu dengan baik. Meng-casting Thomas Jane sebagai Frank Castle adalah pilihan bagus, tapi menambahkan John Travolta sebagai penjahat, bukanlah keputusan yang bagus. Film itu menyampaikan semua ledakan gambar tentara bayaran yang bagus. Tapi, tidak laku di box office. Film itu hanya mengantongi USD33,8 juta, yang tidak setara dengan biaya produksinya.
4. Elektra — 2005
Foto: The Critical Critics
Sementara, semua pengggemar sejati superhero bisa menyoraki usaha apa pun untuk menghidupkan karakter pahlawan di layar, yang ini tetap bikin garuk-garuk kepala. Elektra adalah spinoffDaredevil yang tidak tampil baik. Ber-setting seni bela diri, pedang dan sihir, naskah yang tidak nyambung dan penampilan buruk tidak diterima audiens.
Film ini pun hanya meraup USD24,4 juta. Hasil ini memalukan karena karakter ini kaya mitos ninja dan iblis. Sementara bikin garuk-garuk kepala, film ini punya dana yang lebih kecil daripada film sebelumnya, padahal butuh efek CGI lebih besar. Ada rasa kalau Fox terburu-buru membuatnya demi menjaga lisensi Marvel. Tapi, film ini gagal. Marvel pun mendapatkan Elektra dan Daredevil kembali ke rumah mereka.
3. Howard the Duck — 1986
Foto: Den of Geek
Howard the Duck adalah film besar pertama karakter Marvel. Meski komiknya dianggap kocak, filmnya malah jadi kekacauan besar. Padahal, dengan George Lucas dari Star Wars duduk sebagai produser eksekutif, bebek itu tidak pernah benar-benar terbang.
Film itu konyol dan aneh dengan cara yang salah. Pada akhirnya, film itu hanya meraup USD16,29 juta, kurang dari separuh anggaran produksinya yang mencapai USD37 juta. Namun, pada 2014, karaker ini jadi cameo di Guardians of the Galaxy dan penggemar pun menunggu aksi solonya di MCU.
2. Punisher: War Zone — 2008
Foto: CatchPlay
Tidak ada yang tahu mengapa Marvel mengambil risiko membuat film seperti sekuel Punisher ini selain bos Marvel Studios, Kevin Feige. Film itu dibuat dengan dana besar, kehilangan semua bintang sebelumnya, dan menggantinya dengan banyak nama yang tidak dikenal audiens. Film pertamanya pun tidak bisa dibilang sukses.
Meskipun Marvel mengambil risiko dengan desain produksi megah, audiens tidak tertarik dengan aksi yang sangat keras dan skrip yang buruk. Tak seperti film pertamanya, sekuel ini rugi banyak. Bahkan, film ini tidak sampai meraup separuh anggaran produksi dengan hanya mengantongi USD8,05 juta. Cerita perang terhadap kejahatan Frank Castle sepertinya lebih pas untuk serial televisi, seperti dibuktikan serial Netflix.
1. Inhumans — 2017
Foto: Solzy at the Movies
Awalnya, Inhumans akan dijadikan bagian layar lebar MCU. Tapi, judul ini kemudian dipakai sebagai serial televisi. Sayang, serial ini jeblok sejelek perilisan sinematik IMAX seri pertamanya.
“Film” ini hanya dirilis ke sekitar 393 bioskop. Tapi, bahkan kalau dibandingkan dengan blockbuster seperti Avengers: Infinity War yang dirilis di lebih dari 4.000 bioskop, pendapatan Inhumans sebesar USD1,53 juta masih belum terlihat bagus. Di sepersepuluh bioskop Infinity War, pendapatan itu masih kurang 1/10 dari film-film besar.
Usaha ini memang mendapatkan banyak kritikan. Karakternya terlihat jelek, set-nya mengerikan, naskahnya juga jelek. Jadi, memang jelek. Ini memalukan. Inhumans butuh adaptasi yang jauh lebih baik. Bahkan, Kevin Feige sampai “alergi” pada franchise ini.
(alv)