7 Perbedaan Utama Film Bullet Train dan Novel Maria Bitoru
loading...
A
A
A
Bullet Train adalah film yang diangkat dari novel Jepang karya Koutarou Isaka. Film ini disutradarai David Leitch dari naskah yang ditulis Zak Olkewicz. Film action thriller yang dibumbui banyak momen kocak dan bertabur bintang ini mengubah sejumlah aspek dari materi sumbernya.
Peringatan: Artikel ini mengandung spoiler film Bullet Train! Kalian sudah diperingatkan!
Adaptasi novel menjadi film harus selau berjalan di jalan yang lurus. Kalau terlalu mirip, film itu berisiko menjadi adaptasi yang tidak punya kepribadian dan gaya sendiri. Kalau terlalu berbeda, film itu mungkin akan dibenci pembaca novelnya. Sementara sulit untuk menemukan keseimbangan, adaptasi film cenderung mengubah materi sumbernya saat dibawa ke layar lebar.
Hal yang sama terjadi di Bullet Train. Sementara film—yang dibintangi Brad Pitt, Aaron Taylor-Johnson, Joey King, Andrew Koji, Hiroyuki Sanada, dan lain-lain—tetap setia pada banyak aspek novel karya Isaka itu, ada banyak cerita kunci dan karakternya dibuat untuk adaptasi Hollywood atas novel itu. Mengutip Screen Rant, berikut perubahan utama yang dilakukan film itu dari novelnya!
Foto: Fangirlish
Biasanya, adaptasi film dari novel mempertahankan judul yang sama seperti materi sumbernya. Bullet Train unik karena judul film ini diangkat dari terjemahan novelnya. Aslinya berjudul Maria Bitoru, yang diterjemahkan menjadi Maria Beetle, novel itu diberi judul baru, Bullet Train, untuk versi Bahasa Inggris.
Ketika Bullet Train pertama diterjemahkan dalam Bahasa Inggris, judulnya diubah untuk menyoroti fakta kalau aksi cerita dan interaksi karakternya terjadi di kereta peluru. Di cerita itu, Maria adalah handler Ladybug. Di film, karakter ini diperankan Sandra Bullock dan dia menugasi pembunuh itu untuk mengambil koper berisi uang di kereta peluru.
Foto: ComicBook.com
Karakter yang menyatukan semuanya di film itu adalah White Death. Dia berencana untuk menyatukan semua pembunuh di kereta peluru dengan harapan mereka akan sealing membunuh. Rencana ini dimulai sebagai balas dendam atas keterlibatan para pembunuh itu dalam pembunuhan istri White Death. Tapi, White Death bukanlah karakter di novel Maria Bitoru. Bos mafia di novel itu adalah Yoshio Minegishi, yang punya reputasi sebagai orang kejam.
Di film, Minegishi adalah tidak lebih dari karakter minor. Dia dikhianati dan dibunuh White Death yang kemudian berkuasa. White Death menggantikan Minegishi sebagai bos kejahatan berdarah dingin, yang tidak mau dikhianati dan menakuti semua orang di kereta itu. Penambahan White Death di film mengubah ending-nya. Ayah Yuichi melakukan balas dendam terhadap White Death karena telah membunuh istrinya dan Minegishi.
Foto: AMC Theatre
Di novel, sang Pangeran adalah Satoshi Oji, seorang cowok remaja yang memanipulasi semua orang di sekitarnya. Dia mematikan, kejam, dan bisa mempecundangi orang lain demi mendapatkan apa yang dia mau karena dia terlihat seperti anak sekolah biasa. Di film, Pangerannya adalah seorang cewek remaja.
Meski Pangeran versi Joey King itu tetap punya sifat yang sama, versi novel karakter itu jauh lebih seperti sosiopat. Secara alamiah, Pangeran yang berwujud cewek di film mengubah cerita latar karakter itu. Pangeran versi Joey King itu marah pada White Death karena lebih memfavoritkan kakaknya (Logan Lerman) bukan dirinya meskipun Pangeran adalah pengganti yang lebih layak di organisasi pimpinan ayahnya itu. Pangeran merencanakan balas dendam terhadap ayahnya itu.
Plot Pangeran di film juga berakar dari seksisme. Ini terutama peremehan terhadap seorang cewek muda yang diabaikan ayahnya demi kakak cowoknya. Perubahan ini menarik dan lebih bernuansa karena mayoritas karakter di film itu adalah cowok.
Foto: Collider
Di film, Ladybug adalah pembunuh kawakan. Dia sudah membunuh beberapa kali, tapi, dia menganggap keberuntungannya adalah yang terburuk di dunia. Ladybug sudah beredar cukup lama untuk tahu apakah dia terlibat dalam kasus. Dia selalu terlihat berada di tempat yang salah di waktu yang salah. Tapi, dia sangat menyadarinya karena Ladybug punya banyak pengalaman di bidang itu.
Di novel, Ladybug lebih muda—Brad Pitt berusia 58 tahun. Sementara misinya di kereta peluru bukanlah yang pertama, dia adalah pembunuh yang kurang berpengalaman. Dengan begitu, kepribadian Ladybug tetap utuh di novel. Dia sering mengungkapkan kesialannya dan membuka diskusi tentang filosofi terkait pembunuhan serta hidup. Ladybug membuktikan dirinya sebagai agen yang mumpuni, dia melawan pembunuh lain dengan keterampilan tinggi.
Foto: Pitchfork
Di film, Wolf pergi ke Jepang demi menemukan Ladybug. Pembunuh asal Meksiko itu percaya kalau Ladybug adalah pembunuh istri dan tamu di pernikahannya. Wolf tidak tahu kalah Hornet-lah pembunuh istri dan para tamunya. Meski begitu, dia tetap berniat balas dendam.
Di novel, peran Wolf lebih kecil. Dia memang menahan Ladybug turun dari kereta di sebuah stasiun. Tapi, di versi novel, Wolf hanya mengenali Ladybug karena dia pernah berkelahi dengannya di luar sebuah bar.
Foto: Inverse
FilmBullet Trainmenampilkan banyak aktor Amerika. Tapi, materi sumbernya terdiri atas karakter orang Jepang di peran utamanya. Ini termasuk Ladybug, yang nama aslinya adalah Nanao. Di film, nama asli Ladybug tidak diungkap. Karena perubahan itu, David Leitch dituduh melakukan pemutihan, praktik meng-casting aktor kulit putih untuk peran yang sebelumnya dilakoni orang nonkulit putih.
Bullet Train ber-setting di Jepang. Tapi, hanya satu karakter utama yang merupakan aktor keturunan jepang, yaitu Andrew Koji, yang memerankan Yuichi Kimura. Mayoritas penumpang kereta peluru itu, termasuk Channing Tatum sebagai cameo, adalah aktor kulit putih. Direktur eksekutif Liga Warga Jepang Amerika David Innoue mengkritik film itu karena tidak mengambil peluang untuk meng-casting aktor Jepang untuk peran utama. Selain Andrew, aktor Jepang lain yang tampil di film ini adalah Hiroyuki Sanada, yang penampilannya terbatas.
Foto: Cleveland.com
Di film, Ladybug naik kereta peluru di Tokyo dengan tujuan akhir Kyoto. Tapi, I novel, kereta itu menempuh tujuan dari Tokyo ke Morioka. Tidak diketahui mengapa perubahan itu dilakukan. Mungkin itu karena Kyoto lebih akrab dan dikenali penonton ketimbang Morioka. Menariknya, itu artinya, penumpang di film pergi ke arah selatan, sementara di novel, kereta itu menuju ke utara.
Peringatan: Artikel ini mengandung spoiler film Bullet Train! Kalian sudah diperingatkan!
Adaptasi novel menjadi film harus selau berjalan di jalan yang lurus. Kalau terlalu mirip, film itu berisiko menjadi adaptasi yang tidak punya kepribadian dan gaya sendiri. Kalau terlalu berbeda, film itu mungkin akan dibenci pembaca novelnya. Sementara sulit untuk menemukan keseimbangan, adaptasi film cenderung mengubah materi sumbernya saat dibawa ke layar lebar.
Hal yang sama terjadi di Bullet Train. Sementara film—yang dibintangi Brad Pitt, Aaron Taylor-Johnson, Joey King, Andrew Koji, Hiroyuki Sanada, dan lain-lain—tetap setia pada banyak aspek novel karya Isaka itu, ada banyak cerita kunci dan karakternya dibuat untuk adaptasi Hollywood atas novel itu. Mengutip Screen Rant, berikut perubahan utama yang dilakukan film itu dari novelnya!
1. Novel Bullet Train Berjudul Maria Bitoru
Foto: Fangirlish
Biasanya, adaptasi film dari novel mempertahankan judul yang sama seperti materi sumbernya. Bullet Train unik karena judul film ini diangkat dari terjemahan novelnya. Aslinya berjudul Maria Bitoru, yang diterjemahkan menjadi Maria Beetle, novel itu diberi judul baru, Bullet Train, untuk versi Bahasa Inggris.
Ketika Bullet Train pertama diterjemahkan dalam Bahasa Inggris, judulnya diubah untuk menyoroti fakta kalau aksi cerita dan interaksi karakternya terjadi di kereta peluru. Di cerita itu, Maria adalah handler Ladybug. Di film, karakter ini diperankan Sandra Bullock dan dia menugasi pembunuh itu untuk mengambil koper berisi uang di kereta peluru.
2. Karakter White Death Adalah Tambahan di Film Bullet Train
Foto: ComicBook.com
Karakter yang menyatukan semuanya di film itu adalah White Death. Dia berencana untuk menyatukan semua pembunuh di kereta peluru dengan harapan mereka akan sealing membunuh. Rencana ini dimulai sebagai balas dendam atas keterlibatan para pembunuh itu dalam pembunuhan istri White Death. Tapi, White Death bukanlah karakter di novel Maria Bitoru. Bos mafia di novel itu adalah Yoshio Minegishi, yang punya reputasi sebagai orang kejam.
Di film, Minegishi adalah tidak lebih dari karakter minor. Dia dikhianati dan dibunuh White Death yang kemudian berkuasa. White Death menggantikan Minegishi sebagai bos kejahatan berdarah dingin, yang tidak mau dikhianati dan menakuti semua orang di kereta itu. Penambahan White Death di film mengubah ending-nya. Ayah Yuichi melakukan balas dendam terhadap White Death karena telah membunuh istrinya dan Minegishi.
3. Pangeran Adalah Seorang Cowok Remaja di Novel
Foto: AMC Theatre
Di novel, sang Pangeran adalah Satoshi Oji, seorang cowok remaja yang memanipulasi semua orang di sekitarnya. Dia mematikan, kejam, dan bisa mempecundangi orang lain demi mendapatkan apa yang dia mau karena dia terlihat seperti anak sekolah biasa. Di film, Pangerannya adalah seorang cewek remaja.
Meski Pangeran versi Joey King itu tetap punya sifat yang sama, versi novel karakter itu jauh lebih seperti sosiopat. Secara alamiah, Pangeran yang berwujud cewek di film mengubah cerita latar karakter itu. Pangeran versi Joey King itu marah pada White Death karena lebih memfavoritkan kakaknya (Logan Lerman) bukan dirinya meskipun Pangeran adalah pengganti yang lebih layak di organisasi pimpinan ayahnya itu. Pangeran merencanakan balas dendam terhadap ayahnya itu.
Plot Pangeran di film juga berakar dari seksisme. Ini terutama peremehan terhadap seorang cewek muda yang diabaikan ayahnya demi kakak cowoknya. Perubahan ini menarik dan lebih bernuansa karena mayoritas karakter di film itu adalah cowok.
4. Ladybug Adalah Pembunuh Muda
Foto: Collider
Di film, Ladybug adalah pembunuh kawakan. Dia sudah membunuh beberapa kali, tapi, dia menganggap keberuntungannya adalah yang terburuk di dunia. Ladybug sudah beredar cukup lama untuk tahu apakah dia terlibat dalam kasus. Dia selalu terlihat berada di tempat yang salah di waktu yang salah. Tapi, dia sangat menyadarinya karena Ladybug punya banyak pengalaman di bidang itu.
Di novel, Ladybug lebih muda—Brad Pitt berusia 58 tahun. Sementara misinya di kereta peluru bukanlah yang pertama, dia adalah pembunuh yang kurang berpengalaman. Dengan begitu, kepribadian Ladybug tetap utuh di novel. Dia sering mengungkapkan kesialannya dan membuka diskusi tentang filosofi terkait pembunuhan serta hidup. Ladybug membuktikan dirinya sebagai agen yang mumpuni, dia melawan pembunuh lain dengan keterampilan tinggi.
5. Cerita Wolf Diperluas di Film
Foto: Pitchfork
Di film, Wolf pergi ke Jepang demi menemukan Ladybug. Pembunuh asal Meksiko itu percaya kalau Ladybug adalah pembunuh istri dan tamu di pernikahannya. Wolf tidak tahu kalah Hornet-lah pembunuh istri dan para tamunya. Meski begitu, dia tetap berniat balas dendam.
Di novel, peran Wolf lebih kecil. Dia memang menahan Ladybug turun dari kereta di sebuah stasiun. Tapi, di versi novel, Wolf hanya mengenali Ladybug karena dia pernah berkelahi dengannya di luar sebuah bar.
6. Karakter di Novelnya Orang Jepang
Foto: Inverse
FilmBullet Trainmenampilkan banyak aktor Amerika. Tapi, materi sumbernya terdiri atas karakter orang Jepang di peran utamanya. Ini termasuk Ladybug, yang nama aslinya adalah Nanao. Di film, nama asli Ladybug tidak diungkap. Karena perubahan itu, David Leitch dituduh melakukan pemutihan, praktik meng-casting aktor kulit putih untuk peran yang sebelumnya dilakoni orang nonkulit putih.
Bullet Train ber-setting di Jepang. Tapi, hanya satu karakter utama yang merupakan aktor keturunan jepang, yaitu Andrew Koji, yang memerankan Yuichi Kimura. Mayoritas penumpang kereta peluru itu, termasuk Channing Tatum sebagai cameo, adalah aktor kulit putih. Direktur eksekutif Liga Warga Jepang Amerika David Innoue mengkritik film itu karena tidak mengambil peluang untuk meng-casting aktor Jepang untuk peran utama. Selain Andrew, aktor Jepang lain yang tampil di film ini adalah Hiroyuki Sanada, yang penampilannya terbatas.
7. Tujuan Akhir Kereta Peluru di Film Beda dengan di Novel
Foto: Cleveland.com
Di film, Ladybug naik kereta peluru di Tokyo dengan tujuan akhir Kyoto. Tapi, I novel, kereta itu menempuh tujuan dari Tokyo ke Morioka. Tidak diketahui mengapa perubahan itu dilakukan. Mungkin itu karena Kyoto lebih akrab dan dikenali penonton ketimbang Morioka. Menariknya, itu artinya, penumpang di film pergi ke arah selatan, sementara di novel, kereta itu menuju ke utara.
(alv)