Review The Mauritanian: Kisah Nyata Tahanan Muslim di Guantanamo
loading...
A
A
A
JAKARTA - The Mauritanian diadaptasi dari buku Guantanamo Diary karya Mohamedou Ould Slahi. Ia menulis ceritanya itu saat menjadi tahanan di Guantanamo, Kuba.
Kamp penahanan Guantanamo Bay dibuat untuk menampung para tersangka penyerangan peristiwa 9/11 di Amerika Serikat. Mohamedou menjadi salah satu dari kelompok gelombang pertama yang dimasukkan ke dalam neraka dunia itu.
Semuanya bermula pada suatu malam, November 2002. Itu sekitar dua bulan setelah peristiwa penyerangan gedung kembar WTC. Saat itu, Mohamedou (Tahar Rahim) dijemput di rumahnya oleh pihak keamanan. Alasannya tak jelas betul. Penjemputnya hanya mengatakan, "Orang Amerika ingin bicara".
Mohamedou lantas pergi dengan iringan tatapan pilu dari ibunya yang sudah renta. Ia lantas menghibur sang ibu dengan mengatakan bahwa dirinya pasti kembali.
Foto: STXfilms
Nyatanya, beberapa bulan kemudian, ia malah dijebloskan ke Guantanamo Bay. Bahkan sampai tiga tahun kemudian, ia tetap berada di sana tanpa ada tuduhan secara hukum. Artinya, ia bahkan tak pernah diajukan ke pengadilan.
Keluarganya di Mauritania, Afrika, lantas meminta seorang pengacara di negara itu untuk mencari tahu keberadaan Mohamedou. Permintaan bantuan ini akhirnya sampai ke tangan pengacara kawakan Nancy Hollander (Jodie Foster) di Amerika Serikat.
Perjuangan Mencari Keadilan
Meski kisah The Mauritanian diambil dari buku yang ditulis Mohamedou, tapi durasi filmnya lebih banyak menceritakan perjuangan Nancy dalam membebaskan Mohamedou dari Guantanamo. Bersama asistennya, Tery Duncan (Shailene Woodley), ia rela menelaah puluhan bahkan mungkin ratusan dokumen untuk kerja pro-bono-nya itu.
Ia juga rela berkali-kali pergi ke Kuba, dan masuk ke Guantanamo Bay yang aturannya sangat ketat, hanya demi berbicara beberapa menit saja dengan Mohamedou. Penonton bisa menyaksikan kegigihannya dalam membantu kliennya itu dalam mencari keadilan, meski hambatannya sangat berat.
Foto: STXfilms
Sekilas, The Mauritanian bagai sebuah cerita lain tentang seorang kulit putih yang menyelamatkan hidup kaum minoritas. Namun yang menarik, sutradara Kevin Macdonald tetap mampu menempatkan Mohamedou sebagai sosok utama dalam film ini.
Sangat mudah bagi penonton bersimpati pada Mohamedou, bahkan tanpa perlu tahu apakah dia benar-benar bersalah atau tidak. Di tengah nasibnya yang tak jelas selama bertahun-tahun, bisa terlihat bahwa ia tetap punya selera humor yang bagus. Kepribadiannya juga terlihat hangat. Ia bahkan bisa akrab dengan para sipir di penjara.
The Mauritanian adalah film yang bertempo lambat. Filmnya nyaris tak memiliki konflik yang meledak-ledak meski kisahnya sangat dramatis. Tanpa pesona akting Tahar Rahim yang menghidupkan Mohamedou, film ini mungkin hanya akan berakhir sebagai obat tidur bagi penonton.
Baca Juga: 7 Drama Korea Terbaik Park Eun-Bin, Pemeran Extraordinary Attorney Woo
Aktor Prancis berdarah Algeria ini sebelumnya sudah meraih beberapa piala aktor terbaik dari ajang penghargaan berkat perannya dalam film Prancis, A Prophet (2009). Untuk perannya dalam The Mauritanian, ia juga masuk sebagai nomine dalam Golden Globe Awards.
Foto: STXfilms
Tahar tampil total sebagai Mohamedou tanpa akting yang berlebihan. Semuanya terasa natural. Dalam wawancara bersama The Guardian, ia mengatakan bahwa dirinya sampai meminta selnya di lokasi dibuat dingin agar sesuai dengan aslinya. Ia bahkan meminta diberikan siksaan waterboarding, kekejaman khas dari penjara Guantanamo, demi masuk dalam karakter yang dibawakannya.
Secara keseluruhan, yang tergambar dalam The Mauritanian memang sungguh terjadi dalam kehidupan nyata. Yang fiksi hanyalah tokoh Neil Buckland (Zachary Levi), teman dari jaksa penuntut Letkol Stuart Couch (Benedict Cumberbatch).
Baca Juga: 3 Lokasi yang Vibes-nya Mirip 'SCBD Citayam Fashion Week', Semua Bak Model!
Sekadar informasi, Mohamedou sebenarnya juga masih memiliki empat buku lainnya. Semuanya ditulis saat ia dalam status tahanan di Guantanamo. Namun sampai saat ini, ia tak diizinkan mengakses catatannya itu.
The Mauritaniantayang mulai hari ini (13/7) di jaringan bioskop di Indonesia.
Lihat Juga: Sinopsis Film Korea Omniscient Reader's Viewpoint dan Daftar 8 Pemainnya, Bujet Rp354 Miliar
Kamp penahanan Guantanamo Bay dibuat untuk menampung para tersangka penyerangan peristiwa 9/11 di Amerika Serikat. Mohamedou menjadi salah satu dari kelompok gelombang pertama yang dimasukkan ke dalam neraka dunia itu.
Semuanya bermula pada suatu malam, November 2002. Itu sekitar dua bulan setelah peristiwa penyerangan gedung kembar WTC. Saat itu, Mohamedou (Tahar Rahim) dijemput di rumahnya oleh pihak keamanan. Alasannya tak jelas betul. Penjemputnya hanya mengatakan, "Orang Amerika ingin bicara".
Mohamedou lantas pergi dengan iringan tatapan pilu dari ibunya yang sudah renta. Ia lantas menghibur sang ibu dengan mengatakan bahwa dirinya pasti kembali.
Foto: STXfilms
Nyatanya, beberapa bulan kemudian, ia malah dijebloskan ke Guantanamo Bay. Bahkan sampai tiga tahun kemudian, ia tetap berada di sana tanpa ada tuduhan secara hukum. Artinya, ia bahkan tak pernah diajukan ke pengadilan.
Keluarganya di Mauritania, Afrika, lantas meminta seorang pengacara di negara itu untuk mencari tahu keberadaan Mohamedou. Permintaan bantuan ini akhirnya sampai ke tangan pengacara kawakan Nancy Hollander (Jodie Foster) di Amerika Serikat.
Perjuangan Mencari Keadilan
Meski kisah The Mauritanian diambil dari buku yang ditulis Mohamedou, tapi durasi filmnya lebih banyak menceritakan perjuangan Nancy dalam membebaskan Mohamedou dari Guantanamo. Bersama asistennya, Tery Duncan (Shailene Woodley), ia rela menelaah puluhan bahkan mungkin ratusan dokumen untuk kerja pro-bono-nya itu.
Ia juga rela berkali-kali pergi ke Kuba, dan masuk ke Guantanamo Bay yang aturannya sangat ketat, hanya demi berbicara beberapa menit saja dengan Mohamedou. Penonton bisa menyaksikan kegigihannya dalam membantu kliennya itu dalam mencari keadilan, meski hambatannya sangat berat.
Foto: STXfilms
Sekilas, The Mauritanian bagai sebuah cerita lain tentang seorang kulit putih yang menyelamatkan hidup kaum minoritas. Namun yang menarik, sutradara Kevin Macdonald tetap mampu menempatkan Mohamedou sebagai sosok utama dalam film ini.
Sangat mudah bagi penonton bersimpati pada Mohamedou, bahkan tanpa perlu tahu apakah dia benar-benar bersalah atau tidak. Di tengah nasibnya yang tak jelas selama bertahun-tahun, bisa terlihat bahwa ia tetap punya selera humor yang bagus. Kepribadiannya juga terlihat hangat. Ia bahkan bisa akrab dengan para sipir di penjara.
The Mauritanian adalah film yang bertempo lambat. Filmnya nyaris tak memiliki konflik yang meledak-ledak meski kisahnya sangat dramatis. Tanpa pesona akting Tahar Rahim yang menghidupkan Mohamedou, film ini mungkin hanya akan berakhir sebagai obat tidur bagi penonton.
Baca Juga: 7 Drama Korea Terbaik Park Eun-Bin, Pemeran Extraordinary Attorney Woo
Aktor Prancis berdarah Algeria ini sebelumnya sudah meraih beberapa piala aktor terbaik dari ajang penghargaan berkat perannya dalam film Prancis, A Prophet (2009). Untuk perannya dalam The Mauritanian, ia juga masuk sebagai nomine dalam Golden Globe Awards.
Foto: STXfilms
Tahar tampil total sebagai Mohamedou tanpa akting yang berlebihan. Semuanya terasa natural. Dalam wawancara bersama The Guardian, ia mengatakan bahwa dirinya sampai meminta selnya di lokasi dibuat dingin agar sesuai dengan aslinya. Ia bahkan meminta diberikan siksaan waterboarding, kekejaman khas dari penjara Guantanamo, demi masuk dalam karakter yang dibawakannya.
Secara keseluruhan, yang tergambar dalam The Mauritanian memang sungguh terjadi dalam kehidupan nyata. Yang fiksi hanyalah tokoh Neil Buckland (Zachary Levi), teman dari jaksa penuntut Letkol Stuart Couch (Benedict Cumberbatch).
Baca Juga: 3 Lokasi yang Vibes-nya Mirip 'SCBD Citayam Fashion Week', Semua Bak Model!
Sekadar informasi, Mohamedou sebenarnya juga masih memiliki empat buku lainnya. Semuanya ditulis saat ia dalam status tahanan di Guantanamo. Namun sampai saat ini, ia tak diizinkan mengakses catatannya itu.
The Mauritaniantayang mulai hari ini (13/7) di jaringan bioskop di Indonesia.
Lihat Juga: Sinopsis Film Korea Omniscient Reader's Viewpoint dan Daftar 8 Pemainnya, Bujet Rp354 Miliar
(ita)