10 Film Anime Populer Ini Sebaiknya Tidak Ditonton Anak-Anak
loading...
A
A
A
Anime sering diasosiasikan sebagai tontonan anak-anak karena ditampilkan dalam bentuk kartun. Asumsi ini banyak beredar luas di kalangan masyarakat, terutama di Indonesia. Jadi, banyak orangtua yang membiarkan anak-anaknya nonton anime tanpa pengawasan karena menganggapnya sebagai tontonan aman.
Kenyataannya, tidak semua film anime layak ditonton anak-anak. Meski menampilkan cerita tentang keluarga, protagonis anak-anak, dan warna-warna menarik serta berbentuk animasi/kartun, anime-anime ini punya tema yang berat, adegan yang kasar/keras, kata-kata kotor, dan adegan tak senonoh. Jadi, tidak semua anime ini layak ditonton anak-anak.
Orangtua yang selama ini abai dengan anime dan menganggapnya sepele, sebaiknya segera membuka pikiran mereka. Sudah saatnya mereka mulai memilah dan memilih tontonan anime untuk anak-anak mereka karena sebagian besar anime ini sebenarnya tidak cocok untuk anak-anak. Sementara banyak film anime bagus yang bisa ditonton keluarga, ada sebagian film anime populer yang sebaiknya tidak ditonton anak-anak. Apa saja film itu? Mengutip CBR, berikut rekomendasinya!
10. The End of Evangelion
Franchise Evangelion dikenal atas lini plot psikologisnya yang intensif. Jadi, bisa diasumsikan kalau franchise ini bukan untuk anak-anak. Tidak mengherankan kalau The End of Evangelion meneruskan warisannya. Film ini dibangun di atas konklusi yang sudah membingungkan di serial itu.
Film ini menyajikan subyek berat seperti kematian, depresi, membenci diri sendiri, dan lain-lain. Ada banyak adegan yang akan terlalu grafis bagi anak-anak. Pesan menyeluruhnya pun bahkan sulit bagi orang dewasa untuk mencernanya. Jadi, anak-anak akan kesulitan menontonnya.
9. Fist of the North Star
Anime ini adalah salah satu franchise shounen paling berpengaruh sepanjang masa. Anime ini membentuk genre itu sekarang. Manga-nya pun masih menjadi salah satu yang paling populer. Tapi, ini bukanlah serial yang bisa diperkenalkan kepada anak-anak, termasuk adaptasi filmnya pada 1986.
Tidak seperti serial anime saat itu, film ini memasukkan semua kekerasan di manga. Makanya, film ini jadi terlalu intensif bagi anak-anak. Sejumlah adegannya bahkan tidak membuat nyaman penonton dewasa sekalipun. Film ini tidak menahan diri terhadap konten grafis.
8. Akira
Akira adalah film klasik penuh aksi dan kesenangan. Film ini berpusat di Neo-Tokyo, pencitraan ulang kota itu di dunia apokalipstik yang hancur akibat Perang Dunia 3. Itu saja menunjukkan seperti apa cerita yang diharapkan dari film ini. Dan, film ini menghidupkan hype-nya.
Ada banyak adegan grafis di film itu dari awal sampai akhir. Ini termasuk kekerasan, gore, ketelanjangan, kata-kata kotor, dan momen yang bahkan dianggap mengganggu oleh audiens yang lebih tua. Sementara film ini adalah klasik anime yang bagus, film ini bukan untuk semua orang. Jelas, film ini bukan untuk anak-anak.
7. Ghost in the Shell
Film ini adalah anime 90-an dan disukai banyak penggemar. Sementara tidak terlalu grafis dibandingkan yang lain, franchise ini adalah untuk orang dewasa. Film keluaran 1995 ini punya kekerasan yangn biasa, tapi ketelanjangan dan kata-kata kotornya sangat banyak. Jadi, film ini tidak cocok untuk anak-anak.
Lini ceritanya berfokus pada tema eksitensi dan apa artinya bagi manusia. Ini bisa menimbulkan banyak pertanyaan yang tidak bisa benar-benar dimengerti anak-anak. Banyak momen intensif di film ini yang membuatnya jadi agak menakutkan. Remaja bisa memahami film ini tergantung pada usia mereka. Tapi, film ini terlalu sulit dicerna anak-anak.
6. Paprika
Karya Satoshi Kon dipuji di komunitas anime. Paprika adalah film terakhirnya. Film ini bertema psikologis dan punya twist yang diharapkan datang dari film-filmnya. Seperti sebagian besar karyanya, film ini bukan untuk anak-anak.
Plotnya sangat kompleks dan nyata. Plot ini sepertinya akan membuat anak-anak bosan. Selain itu ada juga banyak momen grafis, menakutkan dan gambar mengganggu yang bisa bikin takut anak-anak.
5. The Wind Rises
Film ini adalah karya pamitan Hayao Miyazaki dan muncul sebagai salah satu masterpiece-nya. Sebagian besar, karya Miyazaki biasanya bisa dinikmati seluruh keluarga. Film-film ini punya tema yang sama. Tapi, beberapa film menyajikan tema-tema ini dengan cara yang lebih bisa dinikmati orang dewasa ketimbang anak-anak.
Film ini menggunakan emosi dan keindahan visual untuk menyampaikan salah satu pesan paling kontroversial Miyazaki. Film ini menyentuh tema perang, kematian, dan duka cita, selain subyek berat lainnya. Anak-anak mungkin bisa menontonnya, tapi mereka tidak akan bisa memahami pesan mendalam dan dampaknya sampai mereka lebih besar.
4. Redline
Film ini dianggap sebagai salah satu film anime terbaik sepanjang masa. Dengan animasinya yang cair, adegan action yang mengasyikkan, dan karakter yang berwarna, film ini memberi sesuatu bagi semua orang. Sebagian besar pun akan berasumsi kalau film padat aksi ini akan sempurna bagi anak-anak.
Tapi, film ini jadi agak dewasa bagi anak-anak dengan kekerasan, darah, tema sugestif, dan ketelanjangan. Lini ceritanya juga padat, yang sepertinya akan lebih sulit bagi anak-anak untuk mengikutinya. Meskipun ini adalah klasik yang menyenangkan, anak-anak harus menanti sampai cukup umur untuk menontonnya.
3. Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba The Movie: Mugen Train
Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba adalah salah satu franchise anime terpopuler saat ini dengan anak-anak kecil pun suka. Dengan demikian, mudah untuk mengasumsikan kalau film layar lebarnya pun sempurna bagi anak-anak. Tapi, bagi mereka yang memang memperhatikan kesehatan mental anak mereka, harus hati-hati.
Meski film ini seru, film ini mengandung kekerasan dan adegan yang menganggu. Meski gore-nya sedikit, bunuh diri tampil menonjol di film ini. Bunuh diri juga dipakai untuk bisa bebas dari mantra Enmu. Sementara sebagian adegan yang lebih intensif ini tidak punya banyak pengaruh bagi orang dewasa atau remaja, tapi sebagian besar kematian, darah, dan bunuh diri sepertinya berlebihan bagi anak-anak.
2. Perfect Blue
Film karya Satoshi Kon ini dianggap sebagai salah satu masterpiece-nya. Siapa pun yang tahu tentang film-filmnya tahu kalau film ini tidak untuk semua orang, terutama anak-anak. Seperti semua karyanya, film ini dipenuhi tema psikologis, horor, dan banyak gambar mengganggu yang bahkan orang dewasa pun tidak tahan menontonnya.
Film ini menampilkan kekerasan dan gore intensif. Selain itu, ada juga adegan berdarah-darah, ketelanjangan, kematian, dan penggambaran penyerangan. Sementara film ini adalah thriller indah dan sepertinya merupakan contoh terbaik kejeniusan Satoshi Kon, ini bukanlah film untuk yang lemah jantung. Terlebih untuk anak-anak.
1. Grave of the Fireflies
Karya Studio Ghibli sering diasosiasikan dengan dunia ajaib, warna yang ceria, dan karakter yang bahagia. Sebagian film mereka jelas ramah keluarga. Tapi, tidak semua film Ghibli ini oke untuk ditonton anak-anak. Grave of the Fireflies terkenal atas cerita menyedihkan mengenai dua orang bersaudara yang berjuang untuk bertahan hidup di Jepang yang tercerai berai akibat perang.
Film ini tidak menahan dirinya untuk menunjukkan sisi buruk perang. Film ini menggambarkan kehancuran dan kedukaan secara grafis akibat perang itu. Banyak orang dewasa yang pernah menontonnya tidak mau lagi menonton lagi karena betapa menyedihkannya film itu dari awal sampai akhir. Dengan salah satu ending paling menyedihkan dalam sejarah Ghibli, mustahil bagi ana-anak bisa tahan menontonnya.
Kenyataannya, tidak semua film anime layak ditonton anak-anak. Meski menampilkan cerita tentang keluarga, protagonis anak-anak, dan warna-warna menarik serta berbentuk animasi/kartun, anime-anime ini punya tema yang berat, adegan yang kasar/keras, kata-kata kotor, dan adegan tak senonoh. Jadi, tidak semua anime ini layak ditonton anak-anak.
Orangtua yang selama ini abai dengan anime dan menganggapnya sepele, sebaiknya segera membuka pikiran mereka. Sudah saatnya mereka mulai memilah dan memilih tontonan anime untuk anak-anak mereka karena sebagian besar anime ini sebenarnya tidak cocok untuk anak-anak. Sementara banyak film anime bagus yang bisa ditonton keluarga, ada sebagian film anime populer yang sebaiknya tidak ditonton anak-anak. Apa saja film itu? Mengutip CBR, berikut rekomendasinya!
10. The End of Evangelion
Franchise Evangelion dikenal atas lini plot psikologisnya yang intensif. Jadi, bisa diasumsikan kalau franchise ini bukan untuk anak-anak. Tidak mengherankan kalau The End of Evangelion meneruskan warisannya. Film ini dibangun di atas konklusi yang sudah membingungkan di serial itu.
Film ini menyajikan subyek berat seperti kematian, depresi, membenci diri sendiri, dan lain-lain. Ada banyak adegan yang akan terlalu grafis bagi anak-anak. Pesan menyeluruhnya pun bahkan sulit bagi orang dewasa untuk mencernanya. Jadi, anak-anak akan kesulitan menontonnya.
9. Fist of the North Star
Anime ini adalah salah satu franchise shounen paling berpengaruh sepanjang masa. Anime ini membentuk genre itu sekarang. Manga-nya pun masih menjadi salah satu yang paling populer. Tapi, ini bukanlah serial yang bisa diperkenalkan kepada anak-anak, termasuk adaptasi filmnya pada 1986.
Tidak seperti serial anime saat itu, film ini memasukkan semua kekerasan di manga. Makanya, film ini jadi terlalu intensif bagi anak-anak. Sejumlah adegannya bahkan tidak membuat nyaman penonton dewasa sekalipun. Film ini tidak menahan diri terhadap konten grafis.
8. Akira
Akira adalah film klasik penuh aksi dan kesenangan. Film ini berpusat di Neo-Tokyo, pencitraan ulang kota itu di dunia apokalipstik yang hancur akibat Perang Dunia 3. Itu saja menunjukkan seperti apa cerita yang diharapkan dari film ini. Dan, film ini menghidupkan hype-nya.
Ada banyak adegan grafis di film itu dari awal sampai akhir. Ini termasuk kekerasan, gore, ketelanjangan, kata-kata kotor, dan momen yang bahkan dianggap mengganggu oleh audiens yang lebih tua. Sementara film ini adalah klasik anime yang bagus, film ini bukan untuk semua orang. Jelas, film ini bukan untuk anak-anak.
7. Ghost in the Shell
Film ini adalah anime 90-an dan disukai banyak penggemar. Sementara tidak terlalu grafis dibandingkan yang lain, franchise ini adalah untuk orang dewasa. Film keluaran 1995 ini punya kekerasan yangn biasa, tapi ketelanjangan dan kata-kata kotornya sangat banyak. Jadi, film ini tidak cocok untuk anak-anak.
Lini ceritanya berfokus pada tema eksitensi dan apa artinya bagi manusia. Ini bisa menimbulkan banyak pertanyaan yang tidak bisa benar-benar dimengerti anak-anak. Banyak momen intensif di film ini yang membuatnya jadi agak menakutkan. Remaja bisa memahami film ini tergantung pada usia mereka. Tapi, film ini terlalu sulit dicerna anak-anak.
6. Paprika
Karya Satoshi Kon dipuji di komunitas anime. Paprika adalah film terakhirnya. Film ini bertema psikologis dan punya twist yang diharapkan datang dari film-filmnya. Seperti sebagian besar karyanya, film ini bukan untuk anak-anak.
Plotnya sangat kompleks dan nyata. Plot ini sepertinya akan membuat anak-anak bosan. Selain itu ada juga banyak momen grafis, menakutkan dan gambar mengganggu yang bisa bikin takut anak-anak.
5. The Wind Rises
Film ini adalah karya pamitan Hayao Miyazaki dan muncul sebagai salah satu masterpiece-nya. Sebagian besar, karya Miyazaki biasanya bisa dinikmati seluruh keluarga. Film-film ini punya tema yang sama. Tapi, beberapa film menyajikan tema-tema ini dengan cara yang lebih bisa dinikmati orang dewasa ketimbang anak-anak.
Film ini menggunakan emosi dan keindahan visual untuk menyampaikan salah satu pesan paling kontroversial Miyazaki. Film ini menyentuh tema perang, kematian, dan duka cita, selain subyek berat lainnya. Anak-anak mungkin bisa menontonnya, tapi mereka tidak akan bisa memahami pesan mendalam dan dampaknya sampai mereka lebih besar.
4. Redline
Film ini dianggap sebagai salah satu film anime terbaik sepanjang masa. Dengan animasinya yang cair, adegan action yang mengasyikkan, dan karakter yang berwarna, film ini memberi sesuatu bagi semua orang. Sebagian besar pun akan berasumsi kalau film padat aksi ini akan sempurna bagi anak-anak.
Tapi, film ini jadi agak dewasa bagi anak-anak dengan kekerasan, darah, tema sugestif, dan ketelanjangan. Lini ceritanya juga padat, yang sepertinya akan lebih sulit bagi anak-anak untuk mengikutinya. Meskipun ini adalah klasik yang menyenangkan, anak-anak harus menanti sampai cukup umur untuk menontonnya.
3. Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba The Movie: Mugen Train
Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba adalah salah satu franchise anime terpopuler saat ini dengan anak-anak kecil pun suka. Dengan demikian, mudah untuk mengasumsikan kalau film layar lebarnya pun sempurna bagi anak-anak. Tapi, bagi mereka yang memang memperhatikan kesehatan mental anak mereka, harus hati-hati.
Meski film ini seru, film ini mengandung kekerasan dan adegan yang menganggu. Meski gore-nya sedikit, bunuh diri tampil menonjol di film ini. Bunuh diri juga dipakai untuk bisa bebas dari mantra Enmu. Sementara sebagian adegan yang lebih intensif ini tidak punya banyak pengaruh bagi orang dewasa atau remaja, tapi sebagian besar kematian, darah, dan bunuh diri sepertinya berlebihan bagi anak-anak.
2. Perfect Blue
Film karya Satoshi Kon ini dianggap sebagai salah satu masterpiece-nya. Siapa pun yang tahu tentang film-filmnya tahu kalau film ini tidak untuk semua orang, terutama anak-anak. Seperti semua karyanya, film ini dipenuhi tema psikologis, horor, dan banyak gambar mengganggu yang bahkan orang dewasa pun tidak tahan menontonnya.
Film ini menampilkan kekerasan dan gore intensif. Selain itu, ada juga adegan berdarah-darah, ketelanjangan, kematian, dan penggambaran penyerangan. Sementara film ini adalah thriller indah dan sepertinya merupakan contoh terbaik kejeniusan Satoshi Kon, ini bukanlah film untuk yang lemah jantung. Terlebih untuk anak-anak.
1. Grave of the Fireflies
Karya Studio Ghibli sering diasosiasikan dengan dunia ajaib, warna yang ceria, dan karakter yang bahagia. Sebagian film mereka jelas ramah keluarga. Tapi, tidak semua film Ghibli ini oke untuk ditonton anak-anak. Grave of the Fireflies terkenal atas cerita menyedihkan mengenai dua orang bersaudara yang berjuang untuk bertahan hidup di Jepang yang tercerai berai akibat perang.
Film ini tidak menahan dirinya untuk menunjukkan sisi buruk perang. Film ini menggambarkan kehancuran dan kedukaan secara grafis akibat perang itu. Banyak orang dewasa yang pernah menontonnya tidak mau lagi menonton lagi karena betapa menyedihkannya film itu dari awal sampai akhir. Dengan salah satu ending paling menyedihkan dalam sejarah Ghibli, mustahil bagi ana-anak bisa tahan menontonnya.
(alv)