CERMIN: Maverick 36 Tahun Kemudian
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tahun 1986. Reaktor nuklir Chernobyl meledak. AIDS mulai masuk ke Indonesia. Film Top Gun dirilis dan saya masih kelas 3 SD.
Saya membayangkan diri saya sebagai Misa Matsushima, pilot perempuan jet tempur pertama Jepang. "Semenjak saya menonton film tersebut, saya mengagumi posisi sebagai pilot jet tempur," kata warga asli Yokohama itu.
Siapa yang tak kagum dengan keberanian pilot jet tempur itu bertarung nyawa, sikap mereka yang cenderung memberontak yang tentunya menarik bagi anak muda. Dan tentu saja ada faktor Tom Cruise.
Pada 36 tahun lalu, Top Gunmenghipnosis banyak orang. Saya menontonnya bertahun-tahun kemudian ketika sudah menginjak bangku SMA, dengan menyewa VHS untuk ditonton bersama teman-teman terdekat saat akhir pekan. Menginap bersama.
Foto: Paramount Pictures
Hampir satu dekade berlalu, daya hipnosisnya masih sangat kuat. Saya sempat tertarik ingin masuk sekolah pilot, tapi apa daya tinggi badan tak menunjang. Saya mengubur mimpi, tapi tak demikian halnya dengan Misa yang akhirnya bisa melanjutkan pendidikan di Akademi Pertahanan Nasional Jepang dan lulus pada tahun 2014. Juga banyak pemuda-pemudi lain di seluruh dunia yang akhirnya bisa mewujudkan mimpinya menerbangkan pesawat jet tempur di angkasa.
Sosok Maverick-lah yang membuat kita berempati dan mengikuti kisahnya sepanjang 110 menit itu. Kita selalu membayangkan diri kita sebagai sosok pemuda ganteng, cerdas, pemberani dan nekat itu. Dan perempuan mana yang tak suka dengan segala kualitas yang dimiliki Maverick?
Baca Juga: Perbedaan dan Persamaan Top Gun: Maverick dengan Film Pertamanya
Cruise memang menjadi nyawa film itu dan membuat banyak orang di seluruh dunia berduyun-duyun dan berkompetisi memasuki sekolah pilot. Banyak yang bermimpi bakal bertarung dengan gegap gempita di langit tak berbatas. Dan banyak yang bersepakat bahwa bertarung nyawa demi negara adalah sebuah kewajiban.
Dan 36 tahun kemudian, Maverick kembali. Dengan fisik yang masih prima. Masih dengan karakter yang sama. Tapi dengan kebijaksanaan yang mengagumkan. Ia belajar dari masa lalu. Ia ingin memperbaikinya seperti kita semua. Namun ia ingin meninggalkan warisan bagi para pemuda-pemudi yang mengikuti jejaknya.
Foto: Paramount Pictures
Bagi seorang pilot pesawat jet tempur, warisan apa yang ingin ditinggalkannya? Keterampilan. Pengetahuan. Dan sikap untuk bekerja sama. Dalam sebuah misi, apa daya keterampilan dan pengetahuan yang mumpuni jika kita tak bisa bekerja sama dengan rekan setim?
Dalam tim yang baru dibentuk itu, ada Rooster yang dihormati sesama rekannya. Namun ia punya dendam yang menunggu waktu untuk meledak kepada Maverick. Sesuatu yang terkait dengan masa lalu ayahnya. Musuh Maverick memang bukan cuma dirinya sendiri, namun juga masa lalu. Dan ia harus menyelesaikan semuanya.
Waktu 36 tahun kemudian, dengan kecanggihan teknologi tak terbayangkan, sekali lagi Top Gunmenghipnosis. Selama 131 menit, imajinasi kita melambung bersama dengan melesatnya pesawat jet tempur mutakhir. Maverick harus menyelesaikan misi hampir mustahil ini sebagai bagian dari keinginan dirinya untuk maju. Tak lagi terus menerus menjadi kapten selama bertahun-tahun.
Saya membayangkan diri saya sebagai Misa yang menerima misi hampir mustahil untuk membela negaranya. Mempersiapkan diri dalam waktu yang sempit. Harus bertarung dengan ego. mengutamakan sesama tim di atas segalanya.
Foto: Paramount Pictures
Rasa gentar menerima misi itu pasti ada, tapi rasa mengabdi pada negara rasanya lebih penting. Saya membayangkan diri saya sebagai Misa yang menerima misi hampir mustahil itu dengan segala risikonya. Terutama kehilangan nyawa.
Berapa banyak dari kita yang menerima pekerjaan yang mempertaruhkan nyawa setiap hari? Berapa banyak di antara mereka yang bertahan atas nama mengabdi kepada negara? Berapa banyak di antara mereka yang ikhlas tak menjalin hubungan emosional dengan siapa pun agar tak seorang pun merasa ditinggalkan ketika sesuatu terjadi?
Rooster tahu risiko itu dari ayahnya dan ia membenci Maverick karenanya. Namun Rooster menekan egonya demi misi itu. Demi membela negaranya. Ia mendahulukan kepentingan banyak orang di atas dendam pribadinya.
Baca Juga: Satu-Satunya Pemain Top Gun: Maverick yang Tidak Muntah saat Syuting Terbang, selain Tom Cruise
Saya membayangkan diri saya sebagai Misa Matsushima, pilot perempuan jet tempur pertama Jepang. "Semenjak saya menonton film tersebut, saya mengagumi posisi sebagai pilot jet tempur," kata warga asli Yokohama itu.
Siapa yang tak kagum dengan keberanian pilot jet tempur itu bertarung nyawa, sikap mereka yang cenderung memberontak yang tentunya menarik bagi anak muda. Dan tentu saja ada faktor Tom Cruise.
Pada 36 tahun lalu, Top Gunmenghipnosis banyak orang. Saya menontonnya bertahun-tahun kemudian ketika sudah menginjak bangku SMA, dengan menyewa VHS untuk ditonton bersama teman-teman terdekat saat akhir pekan. Menginap bersama.
Foto: Paramount Pictures
Hampir satu dekade berlalu, daya hipnosisnya masih sangat kuat. Saya sempat tertarik ingin masuk sekolah pilot, tapi apa daya tinggi badan tak menunjang. Saya mengubur mimpi, tapi tak demikian halnya dengan Misa yang akhirnya bisa melanjutkan pendidikan di Akademi Pertahanan Nasional Jepang dan lulus pada tahun 2014. Juga banyak pemuda-pemudi lain di seluruh dunia yang akhirnya bisa mewujudkan mimpinya menerbangkan pesawat jet tempur di angkasa.
Sosok Maverick-lah yang membuat kita berempati dan mengikuti kisahnya sepanjang 110 menit itu. Kita selalu membayangkan diri kita sebagai sosok pemuda ganteng, cerdas, pemberani dan nekat itu. Dan perempuan mana yang tak suka dengan segala kualitas yang dimiliki Maverick?
Baca Juga: Perbedaan dan Persamaan Top Gun: Maverick dengan Film Pertamanya
Cruise memang menjadi nyawa film itu dan membuat banyak orang di seluruh dunia berduyun-duyun dan berkompetisi memasuki sekolah pilot. Banyak yang bermimpi bakal bertarung dengan gegap gempita di langit tak berbatas. Dan banyak yang bersepakat bahwa bertarung nyawa demi negara adalah sebuah kewajiban.
Dan 36 tahun kemudian, Maverick kembali. Dengan fisik yang masih prima. Masih dengan karakter yang sama. Tapi dengan kebijaksanaan yang mengagumkan. Ia belajar dari masa lalu. Ia ingin memperbaikinya seperti kita semua. Namun ia ingin meninggalkan warisan bagi para pemuda-pemudi yang mengikuti jejaknya.
Foto: Paramount Pictures
Bagi seorang pilot pesawat jet tempur, warisan apa yang ingin ditinggalkannya? Keterampilan. Pengetahuan. Dan sikap untuk bekerja sama. Dalam sebuah misi, apa daya keterampilan dan pengetahuan yang mumpuni jika kita tak bisa bekerja sama dengan rekan setim?
Dalam tim yang baru dibentuk itu, ada Rooster yang dihormati sesama rekannya. Namun ia punya dendam yang menunggu waktu untuk meledak kepada Maverick. Sesuatu yang terkait dengan masa lalu ayahnya. Musuh Maverick memang bukan cuma dirinya sendiri, namun juga masa lalu. Dan ia harus menyelesaikan semuanya.
Waktu 36 tahun kemudian, dengan kecanggihan teknologi tak terbayangkan, sekali lagi Top Gunmenghipnosis. Selama 131 menit, imajinasi kita melambung bersama dengan melesatnya pesawat jet tempur mutakhir. Maverick harus menyelesaikan misi hampir mustahil ini sebagai bagian dari keinginan dirinya untuk maju. Tak lagi terus menerus menjadi kapten selama bertahun-tahun.
Saya membayangkan diri saya sebagai Misa yang menerima misi hampir mustahil untuk membela negaranya. Mempersiapkan diri dalam waktu yang sempit. Harus bertarung dengan ego. mengutamakan sesama tim di atas segalanya.
Foto: Paramount Pictures
Rasa gentar menerima misi itu pasti ada, tapi rasa mengabdi pada negara rasanya lebih penting. Saya membayangkan diri saya sebagai Misa yang menerima misi hampir mustahil itu dengan segala risikonya. Terutama kehilangan nyawa.
Berapa banyak dari kita yang menerima pekerjaan yang mempertaruhkan nyawa setiap hari? Berapa banyak di antara mereka yang bertahan atas nama mengabdi kepada negara? Berapa banyak di antara mereka yang ikhlas tak menjalin hubungan emosional dengan siapa pun agar tak seorang pun merasa ditinggalkan ketika sesuatu terjadi?
Rooster tahu risiko itu dari ayahnya dan ia membenci Maverick karenanya. Namun Rooster menekan egonya demi misi itu. Demi membela negaranya. Ia mendahulukan kepentingan banyak orang di atas dendam pribadinya.
Baca Juga: Satu-Satunya Pemain Top Gun: Maverick yang Tidak Muntah saat Syuting Terbang, selain Tom Cruise