Sejarah Tas: Tote Bag Sedari Awal Memang Soulmate-nya Mahasiswa!
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bahan dan desain tas mengalami perkembangan dinamis, dari awalnya terbuat dari kulit kayu dan gigi hewan, kini berkembang dengan eksperimen beragam bahan.
Keberadaan tas sudah ada sejak 2.200-2.500 SM di sekitaran Profen, Leipzig, Jerman. Pada masa itu, manusia prasejarah menggunakan kulit dan gigi hewan serta kulit kayu sebagai bahan dasar tas mereka. Fungsinya saat itu untuk membawa perlengkapan atau makanan yang sifatnya ringan.
Arkeolog Susanne Friederich berhasil menemukan tas tangan tertua di dunia yang dihiasi oleh 100 gigi taring anjing. Selain berbahan dasar kulit dan gigi hewan, tas lainnya pada masa sebelum muncul teknologi modern adalah tas yang terbuat dari kertas.
Tas tersebut digunakan oleh masyarakat China pada masa Dinasti Tang. Fungsinya untuk menyimpan bahan-bahan obat, teh, dan benda-benda berbahan ringan lainnya.
Foto:Artem Beliaikin/Pexels
Sementara Pada abad ke-14, berdasarkan beberapa literatur Mesir Kuno, disebutkan bahwa masyarakat Mesir memakai tas yang diikatkan di pinggang mereka pada saat bepergian ke mana pun. Pada waktu itu, masyarakat Mesir menghiasi tas mereka dengan berbagai sulaman.
Sulaman pada tas-tas tersebut secara tidak langsung menunjukan identitas, status, serta gaya hidup pemakai tas pada masa itu. Semakin rumit sulaman dibuat, maka status sosial si pemakai tas tersebut makin tinggi.
Pada abad ke-14 pula, bahan dasar tas makin berkembang. Pada masa itu, tas mulai memakai bahan berupa vinyl dan kulit sintesis. Sementara pada abad ke-15, muncul “The Seal Bag” yang merupakan jenis tas yang paling populer pada masa itu.
Baca Juga: Macam-Macam Tas Sesuai Fungsinya, Biar Kamu Gak Salah Pake
Dompet atau tas kecil juga muncul pada abad ke-15. Benda tersebut biasanya digunakan untuk membawa pakan burung dalam proses berburu.
Mulai pada abad ke-16 hingga ke-17, tas tangan atau hand bag mulai diproduksi untuk dipergunakan dalam keperluan sehari-hari. Pada masa itu, hand bag tersebut terbuat dari kulit hewan dengan tambahan tali pengikat di atasnya. Kulit yang dipakai seperti kulit buaya, kulit ular, kulit sapi, kulit kambing, kulit domba, kulit rusa, dan babi.
Foto:Anna Tarazevich/Pexels
Tas jenis ini juga banyak digunakan oleh para perempuan untuk menghadiri pesta-pesta tertentu serta pas digunakan untuk membawa aksesori kecantikan.
Tote Bag Mulai Muncul
Pada masa ini pula ditemukan tas travel dengan bentuk besar yang dapat membawa banyak barang. Tote bag juga dikenal sejak abad ke-17. Hanya saja, pada masa itu, tote bag tidak diidentifikasikan sebagai tas, melainkan alat untuk membawa barang-barang.
Mulai abad ke-18, bersamaan dengan kemajuan dunia mode dan tren busana neoklasik, berbagai macam tas bermunculan dengan model dan warna yang sangat beragam. Tas juga menjadi identik dengan mode feminin kerena sering dipakai sebagai penghias penampilan perempuan.
Baca Juga: Bukan cuma Ransel, Ini 6 Jenis Tas yang Cocok untuk Laki-laki
Sejalan dengan penemuan kereta uap, pada masa ini juga ditemukan koper (tanpa roda) sebagai alat untuk membawa barang saat bepergian dan tas ruck sack militer yang dikhususkan untuk para tentara dalam menyiapkan perlengkapan perang.
Lalu, unsur minimalis mulai memengaruhi tren busana pada 1940-an ini. Pada tahun yang sama, para loper koran dan mahasiswa marak menggunakan tote bag untuk keseharian mereka karena sifatnya yang praktis dan efisien. Oleh sebab itulah, tote bag juga pernah disebut “newsboy bags”.
Foto: Artem Beliaikin/Pexels
Pada era 1950-an, merek-merek tas seperti Louis Vuitton, Hermes, dan Chanel mulai bermunculan dan melahirkan banyak inovasi tas. Kemudian, mulai tahun 1960-an hingga sekarang, label-label tas mulai bermunculan. Penggunaan bahan baku tas juga menjadi beragam, model-modelnya juga makin unik, menarik, dan makin modern.
Meski makin modern, sebagian produsen tas ternama masih ada yang membuat tas dari kulit hewan langka. Hal ini menjadi perhatian dari organisasi pembela hak-hak hewan, PETA, yang mendesak para pelaku retail untuk memperlakukan hewan dengan baik.
Foto: Getty Images
PETA juga mengajak banyak desainer untuk lebih mengedepankan bahan tas yang inovatif, etis, dan berkelanjutan, serta tidak lagi menggunakan kulit binatang.
GenSINDO
Hania Latifa
Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta
Keberadaan tas sudah ada sejak 2.200-2.500 SM di sekitaran Profen, Leipzig, Jerman. Pada masa itu, manusia prasejarah menggunakan kulit dan gigi hewan serta kulit kayu sebagai bahan dasar tas mereka. Fungsinya saat itu untuk membawa perlengkapan atau makanan yang sifatnya ringan.
Arkeolog Susanne Friederich berhasil menemukan tas tangan tertua di dunia yang dihiasi oleh 100 gigi taring anjing. Selain berbahan dasar kulit dan gigi hewan, tas lainnya pada masa sebelum muncul teknologi modern adalah tas yang terbuat dari kertas.
Tas tersebut digunakan oleh masyarakat China pada masa Dinasti Tang. Fungsinya untuk menyimpan bahan-bahan obat, teh, dan benda-benda berbahan ringan lainnya.
Foto:Artem Beliaikin/Pexels
Sementara Pada abad ke-14, berdasarkan beberapa literatur Mesir Kuno, disebutkan bahwa masyarakat Mesir memakai tas yang diikatkan di pinggang mereka pada saat bepergian ke mana pun. Pada waktu itu, masyarakat Mesir menghiasi tas mereka dengan berbagai sulaman.
Sulaman pada tas-tas tersebut secara tidak langsung menunjukan identitas, status, serta gaya hidup pemakai tas pada masa itu. Semakin rumit sulaman dibuat, maka status sosial si pemakai tas tersebut makin tinggi.
Pada abad ke-14 pula, bahan dasar tas makin berkembang. Pada masa itu, tas mulai memakai bahan berupa vinyl dan kulit sintesis. Sementara pada abad ke-15, muncul “The Seal Bag” yang merupakan jenis tas yang paling populer pada masa itu.
Baca Juga: Macam-Macam Tas Sesuai Fungsinya, Biar Kamu Gak Salah Pake
Dompet atau tas kecil juga muncul pada abad ke-15. Benda tersebut biasanya digunakan untuk membawa pakan burung dalam proses berburu.
Mulai pada abad ke-16 hingga ke-17, tas tangan atau hand bag mulai diproduksi untuk dipergunakan dalam keperluan sehari-hari. Pada masa itu, hand bag tersebut terbuat dari kulit hewan dengan tambahan tali pengikat di atasnya. Kulit yang dipakai seperti kulit buaya, kulit ular, kulit sapi, kulit kambing, kulit domba, kulit rusa, dan babi.
Foto:Anna Tarazevich/Pexels
Tas jenis ini juga banyak digunakan oleh para perempuan untuk menghadiri pesta-pesta tertentu serta pas digunakan untuk membawa aksesori kecantikan.
Tote Bag Mulai Muncul
Pada masa ini pula ditemukan tas travel dengan bentuk besar yang dapat membawa banyak barang. Tote bag juga dikenal sejak abad ke-17. Hanya saja, pada masa itu, tote bag tidak diidentifikasikan sebagai tas, melainkan alat untuk membawa barang-barang.
Mulai abad ke-18, bersamaan dengan kemajuan dunia mode dan tren busana neoklasik, berbagai macam tas bermunculan dengan model dan warna yang sangat beragam. Tas juga menjadi identik dengan mode feminin kerena sering dipakai sebagai penghias penampilan perempuan.
Baca Juga: Bukan cuma Ransel, Ini 6 Jenis Tas yang Cocok untuk Laki-laki
Sejalan dengan penemuan kereta uap, pada masa ini juga ditemukan koper (tanpa roda) sebagai alat untuk membawa barang saat bepergian dan tas ruck sack militer yang dikhususkan untuk para tentara dalam menyiapkan perlengkapan perang.
Lalu, unsur minimalis mulai memengaruhi tren busana pada 1940-an ini. Pada tahun yang sama, para loper koran dan mahasiswa marak menggunakan tote bag untuk keseharian mereka karena sifatnya yang praktis dan efisien. Oleh sebab itulah, tote bag juga pernah disebut “newsboy bags”.
Foto: Artem Beliaikin/Pexels
Pada era 1950-an, merek-merek tas seperti Louis Vuitton, Hermes, dan Chanel mulai bermunculan dan melahirkan banyak inovasi tas. Kemudian, mulai tahun 1960-an hingga sekarang, label-label tas mulai bermunculan. Penggunaan bahan baku tas juga menjadi beragam, model-modelnya juga makin unik, menarik, dan makin modern.
Meski makin modern, sebagian produsen tas ternama masih ada yang membuat tas dari kulit hewan langka. Hal ini menjadi perhatian dari organisasi pembela hak-hak hewan, PETA, yang mendesak para pelaku retail untuk memperlakukan hewan dengan baik.
Foto: Getty Images
PETA juga mengajak banyak desainer untuk lebih mengedepankan bahan tas yang inovatif, etis, dan berkelanjutan, serta tidak lagi menggunakan kulit binatang.
GenSINDO
Hania Latifa
Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta
(ita)