10 Film Superhero Terburuk yang Pernah Dibuat Sejauh Ini
loading...
A
A
A
Genre superhero benar-benar menjadi salah satu bintang sinema di abad 21. Marvel Cinematic Universe (MCU) menjadi salah satu franchise terlaris di sepanjang sejarah genre ini. Sementara, saingan terberat mereka, DC Extended Universe (DCEU) belum bisa menandingi pencapaian pendapatan MCU. Meski begitu, franchise di bawah naungan Warner Bros. ini masih memproduksi sejumlah film yang diterima baik.
Selama puluhan tahun, penonton telah dimanjakan dengan menyaksikan aksi-aksi para jagoan mereka di layar lebar. Dari puluhan film superhero yang telah dirilis tentu ada yang menjadi favorit penontonnya. Tapi, di sisi lain, ada juga film yang tidak mereka sukai.
Ya, tak semua film superhero tampil sebagai yang terbaik di genre-nya. Dari puluhan film itu, ada juga film superhero yang dinilai jelek, bahkan menjadi yang terburuk di kelasnya, entah dari Marvel atau dari DC. Lantas film superhero apa saja yang dinilai menjadi yang terburuk yang pernah ada? Dikutip dari CBR, berikut ulasannya!
1. Catwoman
Di komik DC, Selina Kyle adalah karakter populer. Kadang, dia jadi penjahat, kadang dia jadi antihero yang punya ikatan dekat dengan Batman serta cerita yang menarik. Di film Catwoman yang dirilis pada 2004, keseluruhan karakternya digantikan desainer grafis bernama Patience Phillips yang dihidupkan kembali oleh kucing yang memberinya kekuatan super. Dia menggunakan kekuatan itu memerangi konspirasi kosmetik global. Dikritik karena seksime, perwujudan, cerita, aksi, akting, penyutradaraan, penulisan dan lain-lain, Catwoman tidak hanya dianggap sebagai salah satu film superhero terburuk, tapi juga salah satu film terburuk sepanjang masa. Banyak kritikus kondang memberikan rating serendah mungkin untuk film ini.
2. Fant4stic
Sejak awal, reboot Fantastic Four di Fox pada 2015, Fant4stic, sudah menderita banyak masalah dalam produksinya. Penulis skenario, Jeremy Slater, dan suradara Josh Trank, punya ide yang sangat berbeda untuk film ini. Jeremy ingin membuat petualangan gaya Avengers, sementara Trank menginginkan hal yang sangat berseberangan. Setelah Josh tidak melibatkan Jeremy dalam perundingan dengan studio, Fox akhirnya menyingkirkan Josh dengan perubahan pascaproduksi. Tone-nya yang bertabrakan, kurangnya karakter, plot yang tipis, dan alur yang dipertanyakan membuat ancaman di film ini hanya terlihat selama setengah jam. Dianggap sebagai salah satu film superhero terburuk sepanjang masa, film ini juga merupakan film terakhir Fantastic Four yang dirilis di luar MCU. Marvel mendapatkan kembali lisensi Fantastic Four pada 2019 setelah Disney mengakuisisi Fox. Besar harapan penggemar untuk melihat Marvel me-reboot film ini di lingkup MCU.
3. Dark Phoenix
Dengan diakuisisinya Fox oleh Disney, X-Men pun bakal masuk MCU. Ini membuat Dark Phoenix harus menyelesaikan cerita Charles Xavier, Jean Grey, dan karakter utama lain—selain Wolverine—sebelum The New Mutants mengakhiri perjalanan semesta ini. Sayang, film ini tidak mendapatkan penerimaan yang baik dan menjadi salah satu film dengan pendapatan terendah dari seri X-Men. Film itu punya cerita setengah matang, ancaman generik dalam bentuk Mutant Containment Unit dan alien Vuk serta penampilan mengecewakan dari banyak aktornya, meskipun penampilan Michael Fassbender sebagai Magneto mendapatkan pujian. Banyak penggemar merasa film ini adalah akhir yang buruk bagi cerita banyak karakter yang bagus.
4. Elektra
Daredevil (2003) tidak terlalu dinikmati penggemar saat dirilis di bioskop. Namun, film ini masih mendapatkan pujian atas aksi dan desain visualnya serta meraup cukup uang sehingga spin-off pun diumumkan. Jennifer Garner kembali memerankan perannya dari Daredevil, yaitu Elektra. Di film solonya, Elektra melawan para pembunuh suruhan The Hand. Penampilan Jennifer di film ini panen pujian. Tapi, filmnya dilumpuhkan dialog yang buruk, cerita yang sulit diikuti dan tidak mengesankan. Secara khusus, film ini dihina karena terlalu serius dan kurang humor. Film ini juga jeblok di pasaran.
5. X-Men Origins: Wolverine
Serial X-Men tidak imbang satu sama lain di sepanjang sejarahnya. Film-film yang panen pujian seperti X2: X-Men United dan Logan harus sejalan dengan film medioker seperti The Wolverine dan yang lebih buruk adalah film yang kurang diterima pasar seperti X-Men: The Last Stand dan X-Men: Apocalypse. Beberapa di antaranya bahkan mengecewakan penggemar, seperti X-Men Origins: Wolverine. Dimulai dengan urutan kredit pembuka kuat yang memperlihatkan Wolverine dan kakaknya, Sabretooth, berperang di perang-perang Amerika dan dengan casting karakter kuat seperti Sabretooth dan Gambit, banyak yang menganggap film ini menyia-nyiakan karakter ini—termasuk Wolverine. Apalagi, penggambaran film ini atas Deadpool begitu tercela karena mereka menjahit mulutnya dan menjadikannya sebagai mesin pembunuh yang tak bisa bicara.
6. Green Lantern
Hanya beberapa tahun sebelum DCEU meluncur dengan Man of Steel, Ryan Reynolds memerankan Hal Jordan di Green Lantern. Film ini mengisahkan Hal yang mendapatkan Power Ring Green Lantern dan berusaha menghentikan Parallax dilepas ke semesta. Tapi, film ini tidak disukai penonton dan kritikus. Ini karena, utamanya, film ini memberikan kostum CGI yang tidak terlihat meyakinkan kepada Hal. Sampai hari ini, kostum masih diolok-olok penontonnya—bahkan Ryan sendiri. Sementara Ryan menebus dirinya di dunia film superhero di Deadpool, sejauh ini, Green Lantern baru sebatas cameo kecil di DCEU.
7. Ghost Rider: Spirit Of Vengeance
Ghost Rider yang dirilis pada 2007 tidak dianggap film bagus meskipun sukses secara finansial. Sementara bintangnya, Nicholas Cage, biasanya mendapatkan penggemar atas penampilannya, baik penonton dan kritikus menganggap film itu kuno, konvensional terhadap satu kesalahan, dan gagal menarik penonton. Sekuelnya, Ghost Rider: Spirit of Vengeance, tidak berhasil memperbaiki aspek yang sebelumnya dikritik. Bahkan, penampilan Nicholas membuat pecah kritikus. Film ini juga membunuh franchise ini. Ghost Rider tidak pernah lagi tampil secara live-action sampai Marvel merilis Agents of SHIELD.
8. Rise of the Silver Surfer
Usaha pertama Fox terhadap franchise Fantastic Four tidak pernah mendapatkan awal yang cerah. Film pertama dianggap cukup bisa ditonton, dengan casting yang bagus, tapi pada akhirnya bukan film yang mengagumkan. Meski begitu, ada potensi franchise dengan akarnya di film itu. Sekuel Fantastic Four yang dirilis pada 2007, Rise of the Silver Surfer, gagal mengungguli apa pun dari film pertamanya. Sekuel ini punya plot yang membingungkan, kurangnya resonansi emosional dan ketidakmampuan menghindari menggunakan Victor von Doom sekali lagi. Pada akhirnya, Rise of the Silver Surfer membunuh franchise ini sampai Fant4stic dirilis pada 2015.
9. Batman v Superman: Dawn of Justice
Percobaan kedua DCEU setelah Man of Steel, Batman v Superman: Dawn of Justice mempertemukan dua pahlawan terikonik DC itu melawan satu sama lain. Lex Luthor mengeksploitasi kerapuhan dan perbedaan filosofi mereka untuk menciptakan konflik. Meskipun sukses di pasaran, film ini dicela habis-habisan oleh kritikus karena durasinya dan bentangannya yang panjang di mana tidak terjadi konsekuensi apa pun. Plotnya lamban, dan hanya sedikit aksi atau lelucon untuk memecahkan keadaan. Adegan laganya dipuji, tapi pada akhirnya dianggap tidak cukup baik untuk bisa membuat film ini benar-benar bisa ditonton.
10. Hulk
Ang Lee adalah sutradara yang disukai karena film-filmnya seperti Brokeback Mountain dan Crouching Tiger, Hidden Dragon. Tapi, saat dia berusaha membuat film superhero, usahanya ini tidak diterima dengan baik. Hulk—yang dirilis pada 2003—tidak punya kaitan dengan The Incredible Hulk (2008) atau pun MCU secara keseluruhan. Film ini mengikuti petualangan Bruce Banner di dunia yang berbeda. Meskipun sinematografinya menarik secara visual, penggemar menganggap film ini kurang dalam plot dan aksinya. Teknologinya pun belum ada untuk menciptakan CGI Hulk yang bisa dipercaya. Hal-hal inilah yang mengganggu film ini.
Selama puluhan tahun, penonton telah dimanjakan dengan menyaksikan aksi-aksi para jagoan mereka di layar lebar. Dari puluhan film superhero yang telah dirilis tentu ada yang menjadi favorit penontonnya. Tapi, di sisi lain, ada juga film yang tidak mereka sukai.
Ya, tak semua film superhero tampil sebagai yang terbaik di genre-nya. Dari puluhan film itu, ada juga film superhero yang dinilai jelek, bahkan menjadi yang terburuk di kelasnya, entah dari Marvel atau dari DC. Lantas film superhero apa saja yang dinilai menjadi yang terburuk yang pernah ada? Dikutip dari CBR, berikut ulasannya!
1. Catwoman
Di komik DC, Selina Kyle adalah karakter populer. Kadang, dia jadi penjahat, kadang dia jadi antihero yang punya ikatan dekat dengan Batman serta cerita yang menarik. Di film Catwoman yang dirilis pada 2004, keseluruhan karakternya digantikan desainer grafis bernama Patience Phillips yang dihidupkan kembali oleh kucing yang memberinya kekuatan super. Dia menggunakan kekuatan itu memerangi konspirasi kosmetik global. Dikritik karena seksime, perwujudan, cerita, aksi, akting, penyutradaraan, penulisan dan lain-lain, Catwoman tidak hanya dianggap sebagai salah satu film superhero terburuk, tapi juga salah satu film terburuk sepanjang masa. Banyak kritikus kondang memberikan rating serendah mungkin untuk film ini.
2. Fant4stic
Sejak awal, reboot Fantastic Four di Fox pada 2015, Fant4stic, sudah menderita banyak masalah dalam produksinya. Penulis skenario, Jeremy Slater, dan suradara Josh Trank, punya ide yang sangat berbeda untuk film ini. Jeremy ingin membuat petualangan gaya Avengers, sementara Trank menginginkan hal yang sangat berseberangan. Setelah Josh tidak melibatkan Jeremy dalam perundingan dengan studio, Fox akhirnya menyingkirkan Josh dengan perubahan pascaproduksi. Tone-nya yang bertabrakan, kurangnya karakter, plot yang tipis, dan alur yang dipertanyakan membuat ancaman di film ini hanya terlihat selama setengah jam. Dianggap sebagai salah satu film superhero terburuk sepanjang masa, film ini juga merupakan film terakhir Fantastic Four yang dirilis di luar MCU. Marvel mendapatkan kembali lisensi Fantastic Four pada 2019 setelah Disney mengakuisisi Fox. Besar harapan penggemar untuk melihat Marvel me-reboot film ini di lingkup MCU.
3. Dark Phoenix
Dengan diakuisisinya Fox oleh Disney, X-Men pun bakal masuk MCU. Ini membuat Dark Phoenix harus menyelesaikan cerita Charles Xavier, Jean Grey, dan karakter utama lain—selain Wolverine—sebelum The New Mutants mengakhiri perjalanan semesta ini. Sayang, film ini tidak mendapatkan penerimaan yang baik dan menjadi salah satu film dengan pendapatan terendah dari seri X-Men. Film itu punya cerita setengah matang, ancaman generik dalam bentuk Mutant Containment Unit dan alien Vuk serta penampilan mengecewakan dari banyak aktornya, meskipun penampilan Michael Fassbender sebagai Magneto mendapatkan pujian. Banyak penggemar merasa film ini adalah akhir yang buruk bagi cerita banyak karakter yang bagus.
4. Elektra
Daredevil (2003) tidak terlalu dinikmati penggemar saat dirilis di bioskop. Namun, film ini masih mendapatkan pujian atas aksi dan desain visualnya serta meraup cukup uang sehingga spin-off pun diumumkan. Jennifer Garner kembali memerankan perannya dari Daredevil, yaitu Elektra. Di film solonya, Elektra melawan para pembunuh suruhan The Hand. Penampilan Jennifer di film ini panen pujian. Tapi, filmnya dilumpuhkan dialog yang buruk, cerita yang sulit diikuti dan tidak mengesankan. Secara khusus, film ini dihina karena terlalu serius dan kurang humor. Film ini juga jeblok di pasaran.
5. X-Men Origins: Wolverine
Serial X-Men tidak imbang satu sama lain di sepanjang sejarahnya. Film-film yang panen pujian seperti X2: X-Men United dan Logan harus sejalan dengan film medioker seperti The Wolverine dan yang lebih buruk adalah film yang kurang diterima pasar seperti X-Men: The Last Stand dan X-Men: Apocalypse. Beberapa di antaranya bahkan mengecewakan penggemar, seperti X-Men Origins: Wolverine. Dimulai dengan urutan kredit pembuka kuat yang memperlihatkan Wolverine dan kakaknya, Sabretooth, berperang di perang-perang Amerika dan dengan casting karakter kuat seperti Sabretooth dan Gambit, banyak yang menganggap film ini menyia-nyiakan karakter ini—termasuk Wolverine. Apalagi, penggambaran film ini atas Deadpool begitu tercela karena mereka menjahit mulutnya dan menjadikannya sebagai mesin pembunuh yang tak bisa bicara.
6. Green Lantern
Hanya beberapa tahun sebelum DCEU meluncur dengan Man of Steel, Ryan Reynolds memerankan Hal Jordan di Green Lantern. Film ini mengisahkan Hal yang mendapatkan Power Ring Green Lantern dan berusaha menghentikan Parallax dilepas ke semesta. Tapi, film ini tidak disukai penonton dan kritikus. Ini karena, utamanya, film ini memberikan kostum CGI yang tidak terlihat meyakinkan kepada Hal. Sampai hari ini, kostum masih diolok-olok penontonnya—bahkan Ryan sendiri. Sementara Ryan menebus dirinya di dunia film superhero di Deadpool, sejauh ini, Green Lantern baru sebatas cameo kecil di DCEU.
7. Ghost Rider: Spirit Of Vengeance
Ghost Rider yang dirilis pada 2007 tidak dianggap film bagus meskipun sukses secara finansial. Sementara bintangnya, Nicholas Cage, biasanya mendapatkan penggemar atas penampilannya, baik penonton dan kritikus menganggap film itu kuno, konvensional terhadap satu kesalahan, dan gagal menarik penonton. Sekuelnya, Ghost Rider: Spirit of Vengeance, tidak berhasil memperbaiki aspek yang sebelumnya dikritik. Bahkan, penampilan Nicholas membuat pecah kritikus. Film ini juga membunuh franchise ini. Ghost Rider tidak pernah lagi tampil secara live-action sampai Marvel merilis Agents of SHIELD.
8. Rise of the Silver Surfer
Usaha pertama Fox terhadap franchise Fantastic Four tidak pernah mendapatkan awal yang cerah. Film pertama dianggap cukup bisa ditonton, dengan casting yang bagus, tapi pada akhirnya bukan film yang mengagumkan. Meski begitu, ada potensi franchise dengan akarnya di film itu. Sekuel Fantastic Four yang dirilis pada 2007, Rise of the Silver Surfer, gagal mengungguli apa pun dari film pertamanya. Sekuel ini punya plot yang membingungkan, kurangnya resonansi emosional dan ketidakmampuan menghindari menggunakan Victor von Doom sekali lagi. Pada akhirnya, Rise of the Silver Surfer membunuh franchise ini sampai Fant4stic dirilis pada 2015.
9. Batman v Superman: Dawn of Justice
Percobaan kedua DCEU setelah Man of Steel, Batman v Superman: Dawn of Justice mempertemukan dua pahlawan terikonik DC itu melawan satu sama lain. Lex Luthor mengeksploitasi kerapuhan dan perbedaan filosofi mereka untuk menciptakan konflik. Meskipun sukses di pasaran, film ini dicela habis-habisan oleh kritikus karena durasinya dan bentangannya yang panjang di mana tidak terjadi konsekuensi apa pun. Plotnya lamban, dan hanya sedikit aksi atau lelucon untuk memecahkan keadaan. Adegan laganya dipuji, tapi pada akhirnya dianggap tidak cukup baik untuk bisa membuat film ini benar-benar bisa ditonton.
10. Hulk
Ang Lee adalah sutradara yang disukai karena film-filmnya seperti Brokeback Mountain dan Crouching Tiger, Hidden Dragon. Tapi, saat dia berusaha membuat film superhero, usahanya ini tidak diterima dengan baik. Hulk—yang dirilis pada 2003—tidak punya kaitan dengan The Incredible Hulk (2008) atau pun MCU secara keseluruhan. Film ini mengikuti petualangan Bruce Banner di dunia yang berbeda. Meskipun sinematografinya menarik secara visual, penggemar menganggap film ini kurang dalam plot dan aksinya. Teknologinya pun belum ada untuk menciptakan CGI Hulk yang bisa dipercaya. Hal-hal inilah yang mengganggu film ini.
(alv)