Survei: 9 dari 10 Fans K-Pop Minta Industri Hiburan Ikut Selamatkan Bumi dari Krisis Iklim
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kpop4planet, sebagai platform aksi iklim yang diinisiasi oleh para penggemar K-pop, meluncurkan kampanye “No K-pop on a Dead Planet” yang menyerukan kepada para praktisi di dalam industri K-pop untuk melakukan aksi nyata terhadap krisis iklim.
Kampanye ini mencoba mendengarkan para penggemar K-pop dan mendorong industri K-pop untuk melakukan perubahan dalam menjalankan bisnis mereka. Kampanye ini menargetkan para raksasa hiburan K-pop seperti HYBE (sebelumnya Big Hit Entertainment), YG Entertainment , SM Entertainment , dan JYP Entertainment agar tidak hanya mengejar kesuksesan musik secara global, tapi juga mau bertindak untuk mengatasi krisis iklim yang mengancam keselamatan manusia, planet bumi, sekaligus industri K-pop dan seluruh penggemar K-pop di seluruh dunia.
Kampanye ini sejalan dengan agenda perundingan perubahan iklim (UNFCCC) COP-26 di Glasgow, Inggris, yang akan akan digelar pada 1 November mendatang. Dalam pertemuan ini akan dibahas komitmen para pemimpin-pemimpin negara untuk menyatakan target penanganan krisis iklim mereka.
Dalam survei yang dilakukan Kpop4planet pada Juni-Juli 2021, sebanyak 367 penggemar K-pop dari berbagai negara memberikan suara mereka untuk masalah krisis iklim dunia. Responden sebanyak 102 orang berasal Korea Selatan, dan sisanya berasal dari berbagai negara, juga fandom. Hasil survei menemukan, sebanyak 9 dari 10 penggemar K-pop setuju perlu adanya budaya yang lebih ramah lingkungan dalam komunitas K-pop.
Foto: Chung Sung-Jun/Getty Images
Dalam pertanyaan survei yang diajukan mengenai siapa yang berperan penting dalam membawa industri K-pop menjadi lebih ramah lingkungan, sebanyak 95,6% suara menyebut perusahaan hiburan sebagai pemain utama untuk menunjukkan perubahan positif, kemudian 59,4% oleh para penggemar, dan 39,5% menyatakan harus dilakukan oleh para artis.
“Dulu korban bencana iklim sering berada di negara-negara berkembang saja, tetapi kali ini berbeda. Rangkaian kebakaran hutan dan gelombang panas yang serius di Amerika Utara dan banjir di Eropa Barat, China dan Afrika telah menunjukkan bahwa tidak ada tempat yang aman dari dampak krisis iklim,” ungkap Nurul Sarifah, penyelenggara Kpop4planet, mengutip dari siaran pers.
“Kami fans K-pop tidak ingin menjadi ‘generasi terakhir’ yang bisa menikmati K-pop. Kami ingin bernyanyi dan bertemu idola kami dengan saling menguatkan dan berjuang melawan krisis iklim. Yang seharusnya juga didukung penuh oleh perusahaan tempat para idola kami bernaung,” lanjut Nurul.
BLINK sebutan untuk fandom BLACKPINK , belakangan diketahui semakin banyak terlibat dalam aksi-aksi iklim melalui kegiatan daringmaupun luring. Hal ini dipicu setelah grup ini dipilih sebagai duta resmi COP 26 tahun ini.
Baca Juga: Mengapa Video Latihan Tari BLACKPINK Bisa Ditonton Lebih dari 500 Juta Kali?
Yang Perlu Dilakukan Industri K-Pop
Kpop4planet memberikan beberapa rekomendasi untuk perusahaan hiburan, seperti meminimalkan penggunaan dan konsumsi plastik serta menggunakan barang dan melakukan beberapa kegiatan rendah karbon untuk konser dan tur.
Foto: Exonavertrans
Sebuah contoh yang baik telah dilakukan Coldplay yang mempromosikan album terakhir mereka, "Everyday Life". Band ini mengumumkan bahwa mereka tidak akan lagi melakukan tur "jika itu tidak karbon netral."
Paul McCartney lewat lagu "Despite Repeated Warnings" dan "One Earth", yang merupakan sebuah proyek musik yang mengajak beberapa artis pop terkenal seperti Justin Bieber, Ariana Grande, dan Ed Sheeran juga termasuk bagian dari kontribusi tersebut.
Aksi iklim melalui musik bersama para penggemar memang bukanlah hal baru. Pada 2019, Music Declare Emergency (MDE) menjadi sebuah gerakan untuk mendorong “Darurat Iklim dan Ekologis” yang dideklarasikan oleh lebih dari 1.300 organisasi musik, 2.900 artis, dan 1.400 individu.
“Musik dan budaya memiliki kekuatan untuk menginspirasi dan mengubah politik dan inilah saatnya untuk perubahan itu,” kata Fay Milton, Co-founder Music Declares Emergency dan juga anggota band Savages. “Fandom K-pop adalah beberapa komunitas musik terluas dan terkuat di bumi dan kekuatan mereka tidak boleh diremehkan,” tegas Milton.
Kekuatan Bersejarah Komunitas K-Pop
Dayeon Lee, Kpop4planet asal Korea Selatan mengatakan bahwa banyak dari para penggemarK-pop saat ini sudah secara aktif berpartisipasi dalam aksi iklim. "Seperti penanaman pohon dan donasi untuk para korban bencana iklim atas nama idola mereka menjadi pusat kegiatan para penggemar mereka di dalam dan luar negeri,” ujarnya.
Foto: Twitter @forhacin
“Dari percakapan dengan lebih dari 500 fandom di seluruh dunia, kami menyadari bahwa dukungan dan partisipasi perusahaan hiburan sangat penting untuk membuat budaya K-pop lebih hijau, berkelanjutan dan mengurangi dampak krisis iklim. Karena perusahaanlah yang menentukan arah musik dan penampilan artis mereka.” lanjutnya.
Lee menambahkan, Kpop4Planet telah melihat kekuatan besar dari solidaritas para penggemar K-pop di seluruh dunia dalam mendukung musik idola mereka. Kalau para penggemar bisa melakukan hal yang sama dalam mengambil aksi iklim, terutama dengan dukungan dari idola mereka dan perusahaan hiburannya, maka aksi kebersamaan ini akan menjadi sangat bersejarah.
Dukungan Fandom dari Berbagai Negara
Jazz, BLINK asal Filipina mengatakan setelah BLACKPINK menjadi duta untuk COP26, dirinya didorong untuk bergabung dengan kampanye-kampanye yang terkait iklim di dalam dan luar negeri. “Saya harap misi idola kami, BLACKPINK, tidak berhenti di COP26 saja tetapi lebih dari itu. Jika YG Entertainment ikut mengambil aksi iklim lebih lanjut, para BLINK, termasuk saya, akan sepenuhnya mendukung,” kata Jazz.
Lavi dari ARMY Indonesia menuturkan BTS telah menunjukkan bahwa musik bisa berdampak besar pada cara orang memandang lingkungan mereka. “Saya berharap suatu hari nanti BTS akan membuat lagu khusus tentang alam yang mengajak manusia untuk bekerja sama menyelamatkan Bumi,” ujar Lavi.
Clara dari fandom Stray Kids (STAY) Portugal mengakui lirik lagu idolanya, yang mengatakan "We’re running out of time" adalah mengangkat isu perubahan iklim dalam karya mereka. Kreativitas adalah kunci untuk mengatasi krisis iklim. “Bisa saja suatu hari nanti tidak ada lagi sumber daya yang tersisa bagi perusahaan K-pop untuk memproduksi satu album lagi,” katanya.
Baca Juga: Simak dan Baca 7 Rekomendasi Buku dari RM BTS Ini
“Malapetaka krisis iklim sudah ada di depan mata dan akan menyedihkan di saat bersamaan kita menikmati musik idola kita. Sudah saatnya kita para fans K-pop, para idola, dan industri K-pop mulai membicarakan masalah ini dan mengatakan #ClimateActionNow,” tutur Clara.
Kampanye ini mencoba mendengarkan para penggemar K-pop dan mendorong industri K-pop untuk melakukan perubahan dalam menjalankan bisnis mereka. Kampanye ini menargetkan para raksasa hiburan K-pop seperti HYBE (sebelumnya Big Hit Entertainment), YG Entertainment , SM Entertainment , dan JYP Entertainment agar tidak hanya mengejar kesuksesan musik secara global, tapi juga mau bertindak untuk mengatasi krisis iklim yang mengancam keselamatan manusia, planet bumi, sekaligus industri K-pop dan seluruh penggemar K-pop di seluruh dunia.
Kampanye ini sejalan dengan agenda perundingan perubahan iklim (UNFCCC) COP-26 di Glasgow, Inggris, yang akan akan digelar pada 1 November mendatang. Dalam pertemuan ini akan dibahas komitmen para pemimpin-pemimpin negara untuk menyatakan target penanganan krisis iklim mereka.
Dalam survei yang dilakukan Kpop4planet pada Juni-Juli 2021, sebanyak 367 penggemar K-pop dari berbagai negara memberikan suara mereka untuk masalah krisis iklim dunia. Responden sebanyak 102 orang berasal Korea Selatan, dan sisanya berasal dari berbagai negara, juga fandom. Hasil survei menemukan, sebanyak 9 dari 10 penggemar K-pop setuju perlu adanya budaya yang lebih ramah lingkungan dalam komunitas K-pop.
Foto: Chung Sung-Jun/Getty Images
Dalam pertanyaan survei yang diajukan mengenai siapa yang berperan penting dalam membawa industri K-pop menjadi lebih ramah lingkungan, sebanyak 95,6% suara menyebut perusahaan hiburan sebagai pemain utama untuk menunjukkan perubahan positif, kemudian 59,4% oleh para penggemar, dan 39,5% menyatakan harus dilakukan oleh para artis.
“Dulu korban bencana iklim sering berada di negara-negara berkembang saja, tetapi kali ini berbeda. Rangkaian kebakaran hutan dan gelombang panas yang serius di Amerika Utara dan banjir di Eropa Barat, China dan Afrika telah menunjukkan bahwa tidak ada tempat yang aman dari dampak krisis iklim,” ungkap Nurul Sarifah, penyelenggara Kpop4planet, mengutip dari siaran pers.
“Kami fans K-pop tidak ingin menjadi ‘generasi terakhir’ yang bisa menikmati K-pop. Kami ingin bernyanyi dan bertemu idola kami dengan saling menguatkan dan berjuang melawan krisis iklim. Yang seharusnya juga didukung penuh oleh perusahaan tempat para idola kami bernaung,” lanjut Nurul.
BLINK sebutan untuk fandom BLACKPINK , belakangan diketahui semakin banyak terlibat dalam aksi-aksi iklim melalui kegiatan daringmaupun luring. Hal ini dipicu setelah grup ini dipilih sebagai duta resmi COP 26 tahun ini.
Baca Juga: Mengapa Video Latihan Tari BLACKPINK Bisa Ditonton Lebih dari 500 Juta Kali?
Yang Perlu Dilakukan Industri K-Pop
Kpop4planet memberikan beberapa rekomendasi untuk perusahaan hiburan, seperti meminimalkan penggunaan dan konsumsi plastik serta menggunakan barang dan melakukan beberapa kegiatan rendah karbon untuk konser dan tur.
Foto: Exonavertrans
Sebuah contoh yang baik telah dilakukan Coldplay yang mempromosikan album terakhir mereka, "Everyday Life". Band ini mengumumkan bahwa mereka tidak akan lagi melakukan tur "jika itu tidak karbon netral."
Paul McCartney lewat lagu "Despite Repeated Warnings" dan "One Earth", yang merupakan sebuah proyek musik yang mengajak beberapa artis pop terkenal seperti Justin Bieber, Ariana Grande, dan Ed Sheeran juga termasuk bagian dari kontribusi tersebut.
Aksi iklim melalui musik bersama para penggemar memang bukanlah hal baru. Pada 2019, Music Declare Emergency (MDE) menjadi sebuah gerakan untuk mendorong “Darurat Iklim dan Ekologis” yang dideklarasikan oleh lebih dari 1.300 organisasi musik, 2.900 artis, dan 1.400 individu.
“Musik dan budaya memiliki kekuatan untuk menginspirasi dan mengubah politik dan inilah saatnya untuk perubahan itu,” kata Fay Milton, Co-founder Music Declares Emergency dan juga anggota band Savages. “Fandom K-pop adalah beberapa komunitas musik terluas dan terkuat di bumi dan kekuatan mereka tidak boleh diremehkan,” tegas Milton.
Kekuatan Bersejarah Komunitas K-Pop
Dayeon Lee, Kpop4planet asal Korea Selatan mengatakan bahwa banyak dari para penggemarK-pop saat ini sudah secara aktif berpartisipasi dalam aksi iklim. "Seperti penanaman pohon dan donasi untuk para korban bencana iklim atas nama idola mereka menjadi pusat kegiatan para penggemar mereka di dalam dan luar negeri,” ujarnya.
Foto: Twitter @forhacin
“Dari percakapan dengan lebih dari 500 fandom di seluruh dunia, kami menyadari bahwa dukungan dan partisipasi perusahaan hiburan sangat penting untuk membuat budaya K-pop lebih hijau, berkelanjutan dan mengurangi dampak krisis iklim. Karena perusahaanlah yang menentukan arah musik dan penampilan artis mereka.” lanjutnya.
Lee menambahkan, Kpop4Planet telah melihat kekuatan besar dari solidaritas para penggemar K-pop di seluruh dunia dalam mendukung musik idola mereka. Kalau para penggemar bisa melakukan hal yang sama dalam mengambil aksi iklim, terutama dengan dukungan dari idola mereka dan perusahaan hiburannya, maka aksi kebersamaan ini akan menjadi sangat bersejarah.
Dukungan Fandom dari Berbagai Negara
Jazz, BLINK asal Filipina mengatakan setelah BLACKPINK menjadi duta untuk COP26, dirinya didorong untuk bergabung dengan kampanye-kampanye yang terkait iklim di dalam dan luar negeri. “Saya harap misi idola kami, BLACKPINK, tidak berhenti di COP26 saja tetapi lebih dari itu. Jika YG Entertainment ikut mengambil aksi iklim lebih lanjut, para BLINK, termasuk saya, akan sepenuhnya mendukung,” kata Jazz.
Lavi dari ARMY Indonesia menuturkan BTS telah menunjukkan bahwa musik bisa berdampak besar pada cara orang memandang lingkungan mereka. “Saya berharap suatu hari nanti BTS akan membuat lagu khusus tentang alam yang mengajak manusia untuk bekerja sama menyelamatkan Bumi,” ujar Lavi.
Clara dari fandom Stray Kids (STAY) Portugal mengakui lirik lagu idolanya, yang mengatakan "We’re running out of time" adalah mengangkat isu perubahan iklim dalam karya mereka. Kreativitas adalah kunci untuk mengatasi krisis iklim. “Bisa saja suatu hari nanti tidak ada lagi sumber daya yang tersisa bagi perusahaan K-pop untuk memproduksi satu album lagi,” katanya.
Baca Juga: Simak dan Baca 7 Rekomendasi Buku dari RM BTS Ini
“Malapetaka krisis iklim sudah ada di depan mata dan akan menyedihkan di saat bersamaan kita menikmati musik idola kita. Sudah saatnya kita para fans K-pop, para idola, dan industri K-pop mulai membicarakan masalah ini dan mengatakan #ClimateActionNow,” tutur Clara.
(ita)