Mengapa Video Latihan Tari BLACKPINK Bisa Ditonton Lebih dari 500 Juta Kali?
loading...
A
A
A
SEOUL - Video latihan tari (dance practice) BLACKPINK "How You Like That" sudah ditonton lebih dari 500 juta kali sejak dirilis enam bulan lalu, atau tepatnya pada 6 Juli 2020.
Ini adalah rekor yang menakjubkan karena biasanya pendengar musik lebih fokus pada video musik resmi dari lagu yang dirilis.
Video latihan tari BLACKPINK dibuat dengan atmosfer cahaya berwarna pink. Penonton pun bisa melihat gerakan atau koreografi dari Jisoo, Rose, Jennie, dan Lisa secara lebih detail. Kedetailan inilah yang rupanya jadi kekuatan dari K-pop.
Menurut Lee Gyu-tag, asisten profesor antropologi budaya di Universitas George Mason Korea, dalam K-pop, tarian grup jadi elemen yang sama pentingnya dengan musik.
Saat grupidoltampil untuk mempromosikan rilisan baru mereka di acara TV non-musik, biasanya mereka tidak menyanyi secara langsung, tapi hanya diputarkan lagu dan mereka menyanyi 'seadanya'. Fokus mereka saat itu adalah menari, bukan menyanyi.
Foto: YG Entertainment
"Dengan latar lagu yang diputar, mereka memamerkan gerakan koreografinya yang sempurna," ujar Lee Gyu-tag kepada The Korea Times .
"Karena tarian jadi hal yang esensial dalam K-pop, video latihan tari secara otomatis juga jadi sesuatu yang ditunggu para penggemar layaknya mereka menunggu video musiknya," imbuh Gyu-tag.
Ada alasan tersendiri penggemar menyukai video latihan tari. Salah satu penggemar K-Pop Niki Chen yang tinggal di New York mengatakan bahwa video latihan tari dilihat oleh penggemar sebagai bukti kemampuan idol secara visual.
"Video tari menampilkan sisi idola yang kurang tereksplorasi di video musik. Ini adalah bukti betapa kerasnya mereka bekerja karena kita bisa melihat keseluruhan penampilan mereka dengan lebih jelas dan memperhatikan aspek-aspek kecil dari tariannya," ujarnya.
Menurut Niki, ini adalah sesuatu yang menarik. "Membuat kita ingin jadi penggemar yang lebih antusias lagi," imbuhnya.
Baca Juga: 5 Girl Group K-Pop yang Membuka Jalan Sukses untuk BLACKPINK
Digarap Serius dengan Beberapa Versi
Tak cuma BLACKPINK, sederet grup K-pop lainnya juga serius menggarap video latihan tari mereka. Baekhyun EXO juga merilis video latihan "Candy” dengan pencahayaan dan pengambilan gambar yang bergerak sesuai dengan irama lagu.
Foto: YouTube EXO
Ada juga penyanyi sekaligus rapper Jessie yang membuat video latihannya dengan judul lagu “Nunu Nana”. Sejak dirilis di YouTube pada Agustus lalu, video musik ini ditonton lebih dari 15 juta kali.
Grup K-pop makin serius dengan video latihan tari dengan merilis tak cuma satu, tapi beberapa versi. Misalnya TWICE memamerkan dua video koreografi untuk "Cry for Me" dengan pencahayaan dan gerakan kamera yang berbeda. Aespa juga merilis dua video terpisah dari koreografi yang digunakan dalam versi "Black Mamba": standar dan "techwear".
Sementara BTS , selain merilis video latihan tari standar untuk "Dynamite", juga merilis video latihan versi "dance break". Video ini meliputi koreografi ekstra yang tidak ada di video musik resmi mereka.
Masih belum cukup, beberapa grup bahkan berkolaborasi dengan kanal YouTube dalam bidang tari. Misalnya MAMAMOO yang setelah merilis lagu "HIP" pada 2019, mereka tampil dalam video latihan akun 1MILLION Dance Studio.
Video ini dibuat layaknya sebuah video latihan biasa, yang menunjukkan para member memakai "pakaian latihan" di ruangan tari di kantor agensi mereka.
Foto: YouTube SMTown
Potensi Baru
Popularitas video latihan tari pun dilihat sebagai sebuah peluang pemasaran baru. Dari tren ini lahirlah kanal YouTube bernama Studio Choom yang dikelola oleh Mnet yang menjadi bagian dari perusahaan hiburan raksasa Korea, CJ ENM.
Kanal ini mengunggah video tari yang diambil secara langsung tanpa putus (one take) dari beberap grup yang diambil dari beberapa sudut pandang (angle) dan pencahayaan yang berbeda.
Menurut Lee Gyu-tag, tren yang makin membesar ini bisa terjadi karena adanya gerakan aktif oleh Gen Z yang menjadi konsumen terbesar K-pop. Mereka biasanya aktif dalam memproduksi, menyunting, membahas, dan mengunggah karya versi mereka sendiri.
Mereka membuat video cover dari tarian idola mereka, membuat video komentar (reaction) dari video resmi, dan lainnya. "Hal ini yang membuat YouTube juga menjadi komunitas online yang sangat besar bagi K-pop," katanya.
Nah, yang menarik, untuk membuat video cover tarian, mereka biasanya harus membuat kelompok, yang umumnya adalah para penari atau penggemar koreografi.
Baca Juga: 8 Perbedaan antara Industri K-Pop dan Musik Amerika
Dari belajar tariannya inilah, menurut Gyu-tag, pendengar bisa membangun kedekatan secara psikologis baik kepada idol maupun sesama penggemar grup tertentu.
"Dengan melakukan hal tersebut (membuat video tari), maka kedekatan itu akan otomatis terbangun," katanya.
Mega Siska Aryanti
Kontributor GenSINDO
Universitas Mercu Buana
Instagram: @egegamega
Ini adalah rekor yang menakjubkan karena biasanya pendengar musik lebih fokus pada video musik resmi dari lagu yang dirilis.
Video latihan tari BLACKPINK dibuat dengan atmosfer cahaya berwarna pink. Penonton pun bisa melihat gerakan atau koreografi dari Jisoo, Rose, Jennie, dan Lisa secara lebih detail. Kedetailan inilah yang rupanya jadi kekuatan dari K-pop.
Menurut Lee Gyu-tag, asisten profesor antropologi budaya di Universitas George Mason Korea, dalam K-pop, tarian grup jadi elemen yang sama pentingnya dengan musik.
Saat grupidoltampil untuk mempromosikan rilisan baru mereka di acara TV non-musik, biasanya mereka tidak menyanyi secara langsung, tapi hanya diputarkan lagu dan mereka menyanyi 'seadanya'. Fokus mereka saat itu adalah menari, bukan menyanyi.
Foto: YG Entertainment
"Dengan latar lagu yang diputar, mereka memamerkan gerakan koreografinya yang sempurna," ujar Lee Gyu-tag kepada The Korea Times .
"Karena tarian jadi hal yang esensial dalam K-pop, video latihan tari secara otomatis juga jadi sesuatu yang ditunggu para penggemar layaknya mereka menunggu video musiknya," imbuh Gyu-tag.
Ada alasan tersendiri penggemar menyukai video latihan tari. Salah satu penggemar K-Pop Niki Chen yang tinggal di New York mengatakan bahwa video latihan tari dilihat oleh penggemar sebagai bukti kemampuan idol secara visual.
"Video tari menampilkan sisi idola yang kurang tereksplorasi di video musik. Ini adalah bukti betapa kerasnya mereka bekerja karena kita bisa melihat keseluruhan penampilan mereka dengan lebih jelas dan memperhatikan aspek-aspek kecil dari tariannya," ujarnya.
Menurut Niki, ini adalah sesuatu yang menarik. "Membuat kita ingin jadi penggemar yang lebih antusias lagi," imbuhnya.
Baca Juga: 5 Girl Group K-Pop yang Membuka Jalan Sukses untuk BLACKPINK
Digarap Serius dengan Beberapa Versi
Tak cuma BLACKPINK, sederet grup K-pop lainnya juga serius menggarap video latihan tari mereka. Baekhyun EXO juga merilis video latihan "Candy” dengan pencahayaan dan pengambilan gambar yang bergerak sesuai dengan irama lagu.
Foto: YouTube EXO
Ada juga penyanyi sekaligus rapper Jessie yang membuat video latihannya dengan judul lagu “Nunu Nana”. Sejak dirilis di YouTube pada Agustus lalu, video musik ini ditonton lebih dari 15 juta kali.
Grup K-pop makin serius dengan video latihan tari dengan merilis tak cuma satu, tapi beberapa versi. Misalnya TWICE memamerkan dua video koreografi untuk "Cry for Me" dengan pencahayaan dan gerakan kamera yang berbeda. Aespa juga merilis dua video terpisah dari koreografi yang digunakan dalam versi "Black Mamba": standar dan "techwear".
Sementara BTS , selain merilis video latihan tari standar untuk "Dynamite", juga merilis video latihan versi "dance break". Video ini meliputi koreografi ekstra yang tidak ada di video musik resmi mereka.
Masih belum cukup, beberapa grup bahkan berkolaborasi dengan kanal YouTube dalam bidang tari. Misalnya MAMAMOO yang setelah merilis lagu "HIP" pada 2019, mereka tampil dalam video latihan akun 1MILLION Dance Studio.
Video ini dibuat layaknya sebuah video latihan biasa, yang menunjukkan para member memakai "pakaian latihan" di ruangan tari di kantor agensi mereka.
Foto: YouTube SMTown
Potensi Baru
Popularitas video latihan tari pun dilihat sebagai sebuah peluang pemasaran baru. Dari tren ini lahirlah kanal YouTube bernama Studio Choom yang dikelola oleh Mnet yang menjadi bagian dari perusahaan hiburan raksasa Korea, CJ ENM.
Kanal ini mengunggah video tari yang diambil secara langsung tanpa putus (one take) dari beberap grup yang diambil dari beberapa sudut pandang (angle) dan pencahayaan yang berbeda.
Menurut Lee Gyu-tag, tren yang makin membesar ini bisa terjadi karena adanya gerakan aktif oleh Gen Z yang menjadi konsumen terbesar K-pop. Mereka biasanya aktif dalam memproduksi, menyunting, membahas, dan mengunggah karya versi mereka sendiri.
Mereka membuat video cover dari tarian idola mereka, membuat video komentar (reaction) dari video resmi, dan lainnya. "Hal ini yang membuat YouTube juga menjadi komunitas online yang sangat besar bagi K-pop," katanya.
Nah, yang menarik, untuk membuat video cover tarian, mereka biasanya harus membuat kelompok, yang umumnya adalah para penari atau penggemar koreografi.
Baca Juga: 8 Perbedaan antara Industri K-Pop dan Musik Amerika
Dari belajar tariannya inilah, menurut Gyu-tag, pendengar bisa membangun kedekatan secara psikologis baik kepada idol maupun sesama penggemar grup tertentu.
"Dengan melakukan hal tersebut (membuat video tari), maka kedekatan itu akan otomatis terbangun," katanya.
Mega Siska Aryanti
Kontributor GenSINDO
Universitas Mercu Buana
Instagram: @egegamega
(ita)