Sinopsis 'Move to Heaven', Drama Korea Terbaru dan Fakta-Fakta Menariknya
loading...
A
A
A
7. LEE JE-HOON TERLUKA KARENA JADI PETINJU
Foto: Netflix
Dalam drama ini, Sang-gu menjadi petinju underground ilegal. Untuk perannya tersebut, dia memutuskan untuk ikut pelatihan tinju selama tiga bulan untuk minimal menguasai gestur dan cara memukul yang benar.
Nah, saat syuting adegan tinju, dia mengaku pergelangan tangannya sampai terluka, tapi dia justru bangga karena bisa menunjukkan adegan yang menurutnya memuaskan.
Baca Juga: Penonton Puji Drama 'Imitation', Akurat Gambarkan Budaya K-Popers
8. RITUAL MUSIK KLASIK DAN iPOD GEU-RU
Foto: Netflix
Tiap kali Geu-re melakukan pembersihan, dia akan mendengarkan musik klasik dengan headphone-nya lewat iPod jadul. Menurut sutradara Sung-ho, musik klasik dipakai Geu-ru karena jenis musik itu memberinya kenyamanan dan membantunya untuk berkonsentrasi saat melakukan pembersihan.
"Kalau iPod, itu iPod generasi ketiga yang jadi favorit saya. Itu (iPod) generasi tua. Karena Geu-ru senang hal-hal 'tua' yang juga jadi rutinitasnya. Itu bisa jadi diwariskan ayahnya. Jadi saya anggap iPod tua jadi sesuatu yang membuatnya dekat dengan ayahnya," kata Sung-ho menjelaskan.
9. EPISODE FAVORIT PARA PEMAIN
Foto: Netflix
Dari 10 episode yang ada pada musim pertama, Jun-sang menyebut bahwa episode ke-5 adalah favoritnya. Alasannya, "Karena ada kasus yang mesti dipecahkan, jadi saya seperti Sherlock Holmes," ujarnya. Hong Seung-hee juga sependapat dengan Jun-sang.
Sementara Je-hoon senang dengan episode pertama, karena menurutnya penggambaran orang tua yang ditinggal anaknya sangatlah realistis, sekaligus menyedihkan. "Adegannya relatable," ujarnya.
Baca Juga: 9 Drama Korea Terbaik 2011-2021, Menang Banyak Piala
10. PESAN PENTING DARI SUTRADARA
Foto: Netflix
Drama "Move to Heaven" penuh dengan isu sosial yang terjadi dalam masyarakat, tak hanya di Korea Selatan, tapi juga di banyak negara lainnya.
"(Masyarakat) yang terdiskoneksi, sulit berkomunikasi. (Seharusnya) kita harus saling memerhatikan," ujar sutradara Sung-ho.
"Saat sekarang ini mungkin kita mencari sesuatu untuk kita melarikan diri (escapism), tapi kita juga perlu melihat realitas," imbuhnya. "(Meski begitu) Drama ini juga akan menawarkan rasa nyaman pada penonton," tuturnya.
Foto: Netflix
Dalam drama ini, Sang-gu menjadi petinju underground ilegal. Untuk perannya tersebut, dia memutuskan untuk ikut pelatihan tinju selama tiga bulan untuk minimal menguasai gestur dan cara memukul yang benar.
Nah, saat syuting adegan tinju, dia mengaku pergelangan tangannya sampai terluka, tapi dia justru bangga karena bisa menunjukkan adegan yang menurutnya memuaskan.
Baca Juga: Penonton Puji Drama 'Imitation', Akurat Gambarkan Budaya K-Popers
8. RITUAL MUSIK KLASIK DAN iPOD GEU-RU
Foto: Netflix
Tiap kali Geu-re melakukan pembersihan, dia akan mendengarkan musik klasik dengan headphone-nya lewat iPod jadul. Menurut sutradara Sung-ho, musik klasik dipakai Geu-ru karena jenis musik itu memberinya kenyamanan dan membantunya untuk berkonsentrasi saat melakukan pembersihan.
"Kalau iPod, itu iPod generasi ketiga yang jadi favorit saya. Itu (iPod) generasi tua. Karena Geu-ru senang hal-hal 'tua' yang juga jadi rutinitasnya. Itu bisa jadi diwariskan ayahnya. Jadi saya anggap iPod tua jadi sesuatu yang membuatnya dekat dengan ayahnya," kata Sung-ho menjelaskan.
9. EPISODE FAVORIT PARA PEMAIN
Foto: Netflix
Dari 10 episode yang ada pada musim pertama, Jun-sang menyebut bahwa episode ke-5 adalah favoritnya. Alasannya, "Karena ada kasus yang mesti dipecahkan, jadi saya seperti Sherlock Holmes," ujarnya. Hong Seung-hee juga sependapat dengan Jun-sang.
Sementara Je-hoon senang dengan episode pertama, karena menurutnya penggambaran orang tua yang ditinggal anaknya sangatlah realistis, sekaligus menyedihkan. "Adegannya relatable," ujarnya.
Baca Juga: 9 Drama Korea Terbaik 2011-2021, Menang Banyak Piala
10. PESAN PENTING DARI SUTRADARA
Foto: Netflix
Drama "Move to Heaven" penuh dengan isu sosial yang terjadi dalam masyarakat, tak hanya di Korea Selatan, tapi juga di banyak negara lainnya.
"(Masyarakat) yang terdiskoneksi, sulit berkomunikasi. (Seharusnya) kita harus saling memerhatikan," ujar sutradara Sung-ho.
"Saat sekarang ini mungkin kita mencari sesuatu untuk kita melarikan diri (escapism), tapi kita juga perlu melihat realitas," imbuhnya. "(Meski begitu) Drama ini juga akan menawarkan rasa nyaman pada penonton," tuturnya.