Hugo Boss, Label Fashion di Balik Seragam Nazi di Medan Perang

Senin, 11 Mei 2020 - 20:00 WIB
loading...
Hugo Boss, Label Fashion...
Seragam Nazi yang didesain oleh Hugo Boss, desainer sekaligus label mode yang beken hingga saat ini. Foto/Hugo Boss
A A A
JAKARTA - “Propaganda menjadi tidak efektif saat kita menyadarinya,” ucap Joseph Goebbels, Menteri Propaganda Nazi.

Kutipan ini memberikan pembenaran soal betapa pentingnya peran seragam khas milik Nazi dalam melakukan propaganda melalui kesunyian tanpa disadari oleh banyak orang.

Hugo Boss, Label Fashion di Balik Seragam Nazi di Medan Perang

IklanIklan seragam NAZI oleh Hugo Boss. Foto: Wikipedia

Makanya, gak heran bahwa desain seragam Nazi yang khas dengan kesan elegan dan arogan ini bertujuan untuk menggambarkan dirinya tanpa harus mengucap sepatah kata. Sederhananya, dengan melihat seragamnya aja, kita udah bisa menebak seperti apa citra Nazi.

Namun, siapa sangka kalau produsen dari seragam Nazi ini ternyata diproduksi oleh merek fashion ternama yang kita kenal saat ini.

Yap, dialah Hugo Boss, sebuah merek besar dalam bidang fashion modern yang lekat dengan maskulinitas dan kesan simbol “boss” yang menonjol di tiap koleksi pakaian maupun parfumnya.

Hugo Boss, Label Fashion di Balik Seragam Nazi di Medan Perang

Hugo Ferdinand Boss. Foto: Wikipedia

Hugo Boss didirikan oleh Hugo Ferdinand Boss pada 1924 di Metzinger, sebagai usaha manufaktur kecil-kecilan yang memproduksi berbagai jenis pakaian, seperti jas hujan, kemeja, pakaian olahraga, dan baju kerja.

Boss sudah menjadi pemasok seragam Nazi jauh sebelum ia mengabdi pada partai ini. Pada saat itu, Boss mendapatkan komisi besar pertamanya dari Rudolf Born untuk memproduksi kemeja cokelat untuk partai Nazi, setelah sebelumnya ia sempat memproduksi seragam polisi dan kantor pos.

Namun, kemerosotan ekonomi yang mulai melanda Jerman usai Perang Dunia I menyebabkan nasib industri-industri di negara itu berada di ujung tanduk.

Sebagai salah satu dari industri yang terkena dampak, pada 1931, Hugo Boss harus menghadapi kenyataan pahit bahwa peristiwa tersebut juga turut membawa usahanya pada kebangkrutan.

Hugo Boss, Label Fashion di Balik Seragam Nazi di Medan Perang


Koleksi Hugo Boss tahun 1934. Foto: warhistoryonline.com

Nazi Menjadi Bagian Penting dalam Sejarah Perjalanan Hugo Boss

Sebagai seorang pebisnis yang sedang mencari sebuah solusi untuk bertahan, Boss memandang Hitler sebagai harapan baru bagi Jerman untuk keluar dari krisis ini.

Ia juga melihat adanya peluang bagi dirinya untuk menarik kontrak pemerintah melalui partai. Masih pada tahun yang sama, Boss akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan Partai Nazi.

Hugo Boss, Label Fashion di Balik Seragam Nazi di Medan Perang

Hitlerjügend dalam balutan seragam yang didesain Hugo Boss. Foto: Bundesarchiv, Bild 119-5592-14A / CC-BY-SA 3.0

Dua tahun setelah Boss bergabung dengan partai, ia mulai memproduksi berbagai seragam untuk organisasi-organisasi yang berada di bawah naungan Nazi.

Di antaranya Sturmabteilung (SA) yang merupakan organisasi paramiliter Nazi yang berperan penting dalam kenaikan Hitler ke kursi kekuasaan pada tahun 1920-an.

Lalu Schutzstaffel (SS) yang merupakan pasukan militer andalan Hitler di medan perang. Ada juga Hitlerjügend yang merupakan organisasi pemuda partai Nazi.

Nasib Buruk Buruh di Balik Seragam Gagah Nazi

Menjelang Perang Dunia II, Hugo Boss mulai dibanjiri dengan pesanan seragam yang terus meningkat tajam. Namun sayangnya, pesanan yang terus bertambah ini diikuti pula dengan jumlah pekerja yang terus berkurang. Alhasil, Hugo Boss kekurangan pekerja untuk memenuhi pesanan seragam yang menumpuk.

Hugo Boss, Label Fashion di Balik Seragam Nazi di Medan Perang

Buruh di pabrik Hugo Boss. Foto: Bundesarchiv, Bild 146-2007-0074 / CC-BY-SA 3.0

Untuk memenuhi tuntutan seragam ini, sejak April 1940, Hugo Boss mulai mempekerjakan 140 pekerja paksa yang mayoritasnya adalah pekerja perempuan dan 40 tawanan perang Prancis. Selain itu, di Metzingen, Boss juga melibatkan 1.241 pekerja paksa dalam proyeknya.

Kondisi di kamp khusus yang menjadi tempat tinggal para pekerja juga sangat gak layak dan mengerikan.

Roman Köster dalam “Hugo Boss, 1924-1945: A Clothing Factory During the Weimar Republic and Third Reich” menyatakan bahwa tingkat kebersihan dan persediaan makanan di sana sangat gak menentu akibat permasalahan keuangan yang serius.

Menurut laporan BBC, pada tahun 1944, Boss mulai mencoba memperbaiki situasi dengan menampung sendiri para pekerjanya dan memperbaiki kondisi makanan yang sebelumnya sangat gak menentu. Boss lalu meninggal dunia empat tahun setelahnya.

Silmi Safriyantini
Kontributor GenSINDO
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Instagram: @silmisafr
(it)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1735 seconds (0.1#10.140)