Bisnisnya Anak Muda, Modal Cuma Ratusan Ribu Rupiah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Gak perlu jadi anak sultan untuk bisa jadi wirausahawan alias entrepreneur muda. Selama jeli melihat peluang, kesempatan meraup untung selalu ada. Tiga mahasiswa ini membuktikannya.
Alfryan Irgie Valiandra statusnya masih mahasiswa semester dua di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tapi dia sudah punya bisnis clothing line yang dinamainya FIRST NOPE. Dia juga mendirikan media daring gamedaim.com yang isinya berita seputar dunia gim.
Alfryan Irgie Valiandra. Foto: Dok. Irgie
Mungkin orang bakal mengira bahwa Irgie punya duit banyak, atau minimal orang tuanya orang kaya. Padahal, untuk membangun dua usahanya itu, modalnya gak nyampe Rp1 juta. Untuk usaha clothing line, dia cuma keluar modal Rp500.000. Sementara media daring lebih sedikit lagi, yaitu hanya Rp200.000
Irgie merintis usahanya sejak 2016, yaitu saat ia masih duduk di bangku SMP. Dua bidang bisnis itu, yaitu gim dan fashion, dipilihnya karena dua hal itu adalah hobinya.
Gamedaim adalah bisnis yang pertama kali dibangunnya. Irgie bercerita, awalnya dia membeli domain. Setelah itu, situs web ini dikelolanya bersama satu temannya sesama pendiri, yaitu M Kautsar Juhari, dan tim kecil berisi para penulis.
Setelah empat tahun berdiri, prestasi Gamedaim sudah lumayan banyak, salah satunya adalah masuk ke dalam top 15 media gim Indonesia versi Alexa. Sementara FIRST NOPE kini sudah mencapai omzet Rp5 juta per bulan.
Lain lagi M. Taufik Alfalah, mahasiswa Universitas Baiturahmah Padang, sekaligus pemilik usaha tas serut di akun Instagram @strigybagy.id. Bisnis ini dibangunnya sejak 2018 dengan modal Rp150.000. Sementara omzetnya kini Rp4 juta per bulan.
M. Taufik Alfalah. Foto: Dok. Alfa
Waktu itu, modal awal Alfa, sapaan akrabnya, dipakai untuk memproduksi delapan tas serut. Dalam waktu dua hari, semua tas terjual.
Sementara Bima Anugrah Muhammad yang merupakan mahasiswa Universitas Gadjah Mada, memulai usaha yang lagi viral, yaitu salad buah. Dengan modal Rp500.000, Salad Buah Bae yang didirikannya setahun lalu itu sudah bisa meraup omzet cukup fantastis, yaitu Rp15 juta per bulannya.
Perencanaan Matang, Pantau Tren Terkini
Bagaimana mereka memulai usahanya hingga bisa sukses? Irgie mengatakan, yang paling utama dilakukan pertama kali adalah melakukan perencanaan yang terarah dan eksekusi yang baik. Memulai bisnis dari hobi juga jadi pintu yang paling gampang dimasuki, karena dia pasti bisa membaca pasar dan trennya.
“Mulai dari hobi dan passion kalian, buat konsep dan perencanaan awal usaha yang detail. Kalian juga bisa bikin BMC (Business Model Canvas) untuk mempermudah dalam merancang usaha yang ingin dibangun,” jelas Irgie.
Mirip seperti Irgie, sebelum menjalankan bisnis salad buahnya, Bima juga membuat perencanaan, perhitungan, dan pola pemasaran.
Bima Anugrah Muhammad. Dok. Bima
Sementara untuk bisa berkembang, Irgie menyarankan agar pebisnis tetap mengikuti perkembangan zaman dan memahami pola kebutuhan konsumen yang terus berkembang.
“Misalnya selama pandemi ini, saya beradaptasi dengan meninjau lagi konten-konten yang ada di Gamedaim. Sedangkan untuk FIRST NOPE vakum selama masa PSBB masih diterapkan,” katanya.
Sama seperti Irfie, Alfa juga menekankan pentingnya membuat desain yang kekinian untuk menarik konsumen. Juga menjaga konsistensi kualitas produk.
“Kalau untuk menghindari kerugian, sering-sering bikin berbagai promo dan diskon untuk produk-produk lama yang tingkat jualnya rendah,” ungkap Alfa yang saat masa pandemi ini melayani pengiriman barang lewat kurir daring.
Alfryan Irgie Valiandra statusnya masih mahasiswa semester dua di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tapi dia sudah punya bisnis clothing line yang dinamainya FIRST NOPE. Dia juga mendirikan media daring gamedaim.com yang isinya berita seputar dunia gim.
Alfryan Irgie Valiandra. Foto: Dok. Irgie
Mungkin orang bakal mengira bahwa Irgie punya duit banyak, atau minimal orang tuanya orang kaya. Padahal, untuk membangun dua usahanya itu, modalnya gak nyampe Rp1 juta. Untuk usaha clothing line, dia cuma keluar modal Rp500.000. Sementara media daring lebih sedikit lagi, yaitu hanya Rp200.000
Irgie merintis usahanya sejak 2016, yaitu saat ia masih duduk di bangku SMP. Dua bidang bisnis itu, yaitu gim dan fashion, dipilihnya karena dua hal itu adalah hobinya.
Gamedaim adalah bisnis yang pertama kali dibangunnya. Irgie bercerita, awalnya dia membeli domain. Setelah itu, situs web ini dikelolanya bersama satu temannya sesama pendiri, yaitu M Kautsar Juhari, dan tim kecil berisi para penulis.
Setelah empat tahun berdiri, prestasi Gamedaim sudah lumayan banyak, salah satunya adalah masuk ke dalam top 15 media gim Indonesia versi Alexa. Sementara FIRST NOPE kini sudah mencapai omzet Rp5 juta per bulan.
Lain lagi M. Taufik Alfalah, mahasiswa Universitas Baiturahmah Padang, sekaligus pemilik usaha tas serut di akun Instagram @strigybagy.id. Bisnis ini dibangunnya sejak 2018 dengan modal Rp150.000. Sementara omzetnya kini Rp4 juta per bulan.
M. Taufik Alfalah. Foto: Dok. Alfa
Waktu itu, modal awal Alfa, sapaan akrabnya, dipakai untuk memproduksi delapan tas serut. Dalam waktu dua hari, semua tas terjual.
Sementara Bima Anugrah Muhammad yang merupakan mahasiswa Universitas Gadjah Mada, memulai usaha yang lagi viral, yaitu salad buah. Dengan modal Rp500.000, Salad Buah Bae yang didirikannya setahun lalu itu sudah bisa meraup omzet cukup fantastis, yaitu Rp15 juta per bulannya.
Perencanaan Matang, Pantau Tren Terkini
Bagaimana mereka memulai usahanya hingga bisa sukses? Irgie mengatakan, yang paling utama dilakukan pertama kali adalah melakukan perencanaan yang terarah dan eksekusi yang baik. Memulai bisnis dari hobi juga jadi pintu yang paling gampang dimasuki, karena dia pasti bisa membaca pasar dan trennya.
“Mulai dari hobi dan passion kalian, buat konsep dan perencanaan awal usaha yang detail. Kalian juga bisa bikin BMC (Business Model Canvas) untuk mempermudah dalam merancang usaha yang ingin dibangun,” jelas Irgie.
Mirip seperti Irgie, sebelum menjalankan bisnis salad buahnya, Bima juga membuat perencanaan, perhitungan, dan pola pemasaran.
Bima Anugrah Muhammad. Dok. Bima
Sementara untuk bisa berkembang, Irgie menyarankan agar pebisnis tetap mengikuti perkembangan zaman dan memahami pola kebutuhan konsumen yang terus berkembang.
“Misalnya selama pandemi ini, saya beradaptasi dengan meninjau lagi konten-konten yang ada di Gamedaim. Sedangkan untuk FIRST NOPE vakum selama masa PSBB masih diterapkan,” katanya.
Sama seperti Irfie, Alfa juga menekankan pentingnya membuat desain yang kekinian untuk menarik konsumen. Juga menjaga konsistensi kualitas produk.
“Kalau untuk menghindari kerugian, sering-sering bikin berbagai promo dan diskon untuk produk-produk lama yang tingkat jualnya rendah,” ungkap Alfa yang saat masa pandemi ini melayani pengiriman barang lewat kurir daring.