Kena Boikot Beruntun, Ini 5 Kontroversi yang Menimpa Film Mulan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Film "Mulan" yang ditunggu-tunggu pada tahun ini tertimpa banyak masalah, mulai dari penundaan penayangan hingga kena boikot aktivis.
Film live action "Mulan" termasuk salah satu film yang ditunggu pada tahun ini. Selain karena statusnya yang legendaris sejak dibuat versi animasinya oleh Disney pada 1998 lalu, juga karena biaya produksinya yang cukup fantastis, USD200 juta (Rp2,9 triliun).
Sayangnya, sejak film masih dalam tahap produksi hingga akhirnya tayang di Disney+ sejak 4 September, komentar tentang film ini lebih banyak bernada negatif ketimbang positifnya.
Berikut adalah lima hal yang membuat "Mulan" terus-menerus jadi kontroversi di masyarakat. ( )
1. DUKUNGAN LIU YIFEI ATAS AKSI POLISI HONG KONG TANGANI DEMO
Foto: Disney
Agustus 2019 lalu, dunia maya digegerkan oleh pernyataan pedas yang dilontarkan Liu Yifei tentang aksi demonstrasi di Hong Kong. Saat itu, polisi Hong Kong melakukan banyak tindakan kekerasan pada para pendemo, yang kebanyakan anak muda.
Namun lewat akun Weibo-nya, pemeran Mulan ini malah mendukung aksi polisi. “Saya mendukung polisi Hong Kong. Silakan marah-marah, tapi saya malu untuk Hong Kong.”
Hongkong kala itu sedang di tengah situasi politik yang panas akibat UU ekstradisi untuk warganya. Di tengah kekacauan dan perjuangan pro-demokrasi, ucapan Liu Yifei dinilai gak masuk akal.
Akhirnya tagar yang dipakai Liu Yifei #IAlsoSupportTheHongKongPolice kemudian dilawan dengan #BoycottMulan. Aktivis Joshua Wong termasuk yang mendukung aksi boikot ini.
2. TIM PRODUKSI YANG SEMUANYA BERKULIT PUTIH
Foto: Disney
Dari produser, sutradara, hingga tim penulis skenario film "Mulan", semuanya adalah orang kulit putih. Gak ada satu pun representasi orang Asia atau China, padahal film ini mengambil budaya China sebagai latar belakang ceritanya. ( )
3. PEMILIK BIOSKOP MENGAMUK KARENA MULAN TAYANG DI DISNEY+
Foto: Twitter @destinationcine
Mengutip Forbes, sempat viral sebuah video seorang pria yang mengamuk sambil merusak poster pop-up film "Mulan" dengan pemukul baseball. Ternyata pria tersebut adalah pemilik salah satu bioskop di Prancis.
Pria itu marah pada keputusan Disney yang memilih menayangkan "Mulan" lewat layanan OTT Disney+. Padahal di negara tersebut, bioskop sudah buka sejak 22 Juni.
Sejak itu, bioskop-bioskop berjuang keras, bahkan di negara pencinta film ini, yang sebanyak 65% warganya menyatakan ingin kembali ke bioskop secepatnya.
4. RATING JEBLOK DI CHINA
Foto: Disney
Mengutip dari South China Morning Post, aplikasi film terbesar di China, Maoyan, mencatat angka penjualan yang buruk terhadap film ini. Berdasarkan data pada 9 September, penjualan tiket untuk pertunjukan perdana pada 11 September mendatang cuma 2,1 juta yuan setelah penjualan pre-sale selama satu hari. Maoyan memprediksi angka pembukaan mencapai 2,3 juta yuan.
Angka ini tergolong sangat buruk kalau dibandingkan dengan dua film laris terakhir di China, yaitu "The Eight Hundred" dan "Love You Forever". Film kedua yang disebut berhasil mengumpulkan 250 juta pada hari pertama penayangan (opening day).
Sementara di situs web Douban yang menampung 50 ribu ulasan film "Mulan", sebanyak hampir 90% memberi rating 3 atau kurang dari nilai sempurna 5. Nilai totalnya pun cuma 4,8 dari 10. Kebanyakan mengkritik gambaran karakter yang datar dan penggambaran elemen budaya China yang gak memuaskan.
“Rasanya seperti masuk ke restoran Barat-China dan disajikan makanan China yang aneh," tulis salah satu pengguna di situs tanya jawab China, Zhihu.
5. BERTERIMA KASIH KEPADA PELANGGAR HAM MUSLIM UYGHUR
Foto:AJ+ AlJazeera Media Networks
Setelah tayang lewat jalur OTT, "Mulan" lagi-lagi mendapat kecaman karena pada akhir film (credit title) mengucapkan terima kasih pada sederet otoritas pemerintahan di Xinjiang. Ini adalah provinsi yang pemerintahannya disebut telah melakukan pelanggaran HAM terhadap lebih dari satu juta muslim Uyghur yang tinggal di sana.
Mengutip CNBC, film itu menyebutkan delapan entitas pemerintah di Xinjiang, termasuk biro keamanan publik di Kota Turpan, tempat negara tersebut diduga mengoperasikan lebih dari selusin kamp "pendidikan ulang" untuk muslim Uyghur.
Mengutip ABC, kasus ini membuat Direktur Human Rights Watch China, Sophie Richardson, mempertanyakan kenapa Disney bisa terlibat dengan pemerintah Xinjiang. Sementara aktivis Joshua Wong kembali mencuit di Twitter sambil memasang tagar #BoycottMulan. ( )
Afifah Rahmah Nurdifa
Kontributor GenSINDO
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Instagram: @arnurdifa
Film live action "Mulan" termasuk salah satu film yang ditunggu pada tahun ini. Selain karena statusnya yang legendaris sejak dibuat versi animasinya oleh Disney pada 1998 lalu, juga karena biaya produksinya yang cukup fantastis, USD200 juta (Rp2,9 triliun).
Sayangnya, sejak film masih dalam tahap produksi hingga akhirnya tayang di Disney+ sejak 4 September, komentar tentang film ini lebih banyak bernada negatif ketimbang positifnya.
Berikut adalah lima hal yang membuat "Mulan" terus-menerus jadi kontroversi di masyarakat. ( )
1. DUKUNGAN LIU YIFEI ATAS AKSI POLISI HONG KONG TANGANI DEMO
Foto: Disney
Agustus 2019 lalu, dunia maya digegerkan oleh pernyataan pedas yang dilontarkan Liu Yifei tentang aksi demonstrasi di Hong Kong. Saat itu, polisi Hong Kong melakukan banyak tindakan kekerasan pada para pendemo, yang kebanyakan anak muda.
Namun lewat akun Weibo-nya, pemeran Mulan ini malah mendukung aksi polisi. “Saya mendukung polisi Hong Kong. Silakan marah-marah, tapi saya malu untuk Hong Kong.”
Hongkong kala itu sedang di tengah situasi politik yang panas akibat UU ekstradisi untuk warganya. Di tengah kekacauan dan perjuangan pro-demokrasi, ucapan Liu Yifei dinilai gak masuk akal.
Akhirnya tagar yang dipakai Liu Yifei #IAlsoSupportTheHongKongPolice kemudian dilawan dengan #BoycottMulan. Aktivis Joshua Wong termasuk yang mendukung aksi boikot ini.
2. TIM PRODUKSI YANG SEMUANYA BERKULIT PUTIH
Foto: Disney
Dari produser, sutradara, hingga tim penulis skenario film "Mulan", semuanya adalah orang kulit putih. Gak ada satu pun representasi orang Asia atau China, padahal film ini mengambil budaya China sebagai latar belakang ceritanya. ( )
3. PEMILIK BIOSKOP MENGAMUK KARENA MULAN TAYANG DI DISNEY+
Foto: Twitter @destinationcine
Mengutip Forbes, sempat viral sebuah video seorang pria yang mengamuk sambil merusak poster pop-up film "Mulan" dengan pemukul baseball. Ternyata pria tersebut adalah pemilik salah satu bioskop di Prancis.
Pria itu marah pada keputusan Disney yang memilih menayangkan "Mulan" lewat layanan OTT Disney+. Padahal di negara tersebut, bioskop sudah buka sejak 22 Juni.
Sejak itu, bioskop-bioskop berjuang keras, bahkan di negara pencinta film ini, yang sebanyak 65% warganya menyatakan ingin kembali ke bioskop secepatnya.
4. RATING JEBLOK DI CHINA
Foto: Disney
Mengutip dari South China Morning Post, aplikasi film terbesar di China, Maoyan, mencatat angka penjualan yang buruk terhadap film ini. Berdasarkan data pada 9 September, penjualan tiket untuk pertunjukan perdana pada 11 September mendatang cuma 2,1 juta yuan setelah penjualan pre-sale selama satu hari. Maoyan memprediksi angka pembukaan mencapai 2,3 juta yuan.
Angka ini tergolong sangat buruk kalau dibandingkan dengan dua film laris terakhir di China, yaitu "The Eight Hundred" dan "Love You Forever". Film kedua yang disebut berhasil mengumpulkan 250 juta pada hari pertama penayangan (opening day).
Sementara di situs web Douban yang menampung 50 ribu ulasan film "Mulan", sebanyak hampir 90% memberi rating 3 atau kurang dari nilai sempurna 5. Nilai totalnya pun cuma 4,8 dari 10. Kebanyakan mengkritik gambaran karakter yang datar dan penggambaran elemen budaya China yang gak memuaskan.
“Rasanya seperti masuk ke restoran Barat-China dan disajikan makanan China yang aneh," tulis salah satu pengguna di situs tanya jawab China, Zhihu.
5. BERTERIMA KASIH KEPADA PELANGGAR HAM MUSLIM UYGHUR
Foto:AJ+ AlJazeera Media Networks
Setelah tayang lewat jalur OTT, "Mulan" lagi-lagi mendapat kecaman karena pada akhir film (credit title) mengucapkan terima kasih pada sederet otoritas pemerintahan di Xinjiang. Ini adalah provinsi yang pemerintahannya disebut telah melakukan pelanggaran HAM terhadap lebih dari satu juta muslim Uyghur yang tinggal di sana.
Mengutip CNBC, film itu menyebutkan delapan entitas pemerintah di Xinjiang, termasuk biro keamanan publik di Kota Turpan, tempat negara tersebut diduga mengoperasikan lebih dari selusin kamp "pendidikan ulang" untuk muslim Uyghur.
Mengutip ABC, kasus ini membuat Direktur Human Rights Watch China, Sophie Richardson, mempertanyakan kenapa Disney bisa terlibat dengan pemerintah Xinjiang. Sementara aktivis Joshua Wong kembali mencuit di Twitter sambil memasang tagar #BoycottMulan. ( )
Afifah Rahmah Nurdifa
Kontributor GenSINDO
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Instagram: @arnurdifa
(it)