Penjelasan Ending Film Kabut Berduri, Daftar Korban dan Pembunuhnya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ending film Bukit Berduri menyisakan pertanyaan, terutama terkait dua scene di ujung ceritanya.
Bukit Berduri yang tayang di Netflix adalah film dengan plot whodunnit atau teka-teki tentang identitas pelaku dari serangkaian kasus pembunuhan. Cerita ini dipadukan dengan isu sosial, politik, dan trauma masa lalu dengan latar di Pulau Borneo, tepatnya di perbatasan Indonesia dan Malaysia.
Buat kamu yang sudah menonton tapi masih bingung dengan jalan cerita maupun ending film ini, berikut ulasannya.
1. Daftar Korban dan Pembunuh dalam Film Bukit Berduri
Foto: Netflix
Korban pertama yang ditunjukkan dalam cerita adalah Thoriq Herdian, anggota TNI yang bertugas patroli di perbatasan. Hanya kepalanya saja yang ditemukan, dengan kondisi tertebas.
Namun secara kronologi, Thoriq bukanlah korban pertama, melainkan Asraf atau korban ke-3 dalam cerita. Ia adalah pria dengan tato kepala garuda di tangannya.
Asraf dibunuh oleh Thoriq, atas perintah Agam (Kiki Narendra) yang membayarnya. Motif Agam adalah karena Asraf mencuri duitnya.
Setelah membunuh Asraf, Thoriq mengirimkan kepala Asraf ke Agam. Agam lantas membakar kepala Asraf.
Korban berikutnya adalah Juwing, aktivis Dayak yang secara keras menentang perdagangan manusia. Ia juga dibunuh oleh Thoriq.
Namun tak jelas identitas pihak yang menyuruh Thoriq membunuh Juwing. Meski begitu, hampir pasti Juwing dibunuh karena aktivitasnya yang ingin menghilangkan praktik perdagangan manusia di Borneo.
Kematian Juwing membuat Pak Bujang (Yudi Ahmad Tajuddin) berang. Ia lalu membunuh Thoriq dengan menebas kepalanya. Pak Bujang pula yang menaruh kepala Thoriq berdekatan dengan tubuh Juwing hingga jatuh dari atap warung.
Motif Pak Bujang melakukan ini diduga untuk menunjukkan pada polisi bahwa kematian keduanya saling berkaitan.
Korban berikutnya atau korban ke-4 adalah Umi, perempuan Indonesia yang bertugas mengumpulkan anak-anak Dayak untuk diperdagangkan. Ia mati dibunuh Pak Bujang.
Korban ke-5, yaitu ayah Arum juga dibunuh Pak Bujang. Motifnya adalah karena ia tak suka anak-anak Dayak diperdagangkan.
Korban ke-6 (atau ketujuh dalam cerita) adalah Thomas (Yoga Pratama). Ia dibunuh oleh komandannya, Panca (Lukman Sardi).
Korban ke-7 (atau keenam dalam cerita) adalah Panca. Ia diculik oleh Pak Bujang, dan akhirnya tewas ditangan pria itu dengan tebasan di kepala.
Korban ke-8 adalah Pak Bujang. Siapa pembunuhnya, akan dibahas lebih lanjut di bagian berikutnya.
Adapun Sindai, remaja korban perdagangan yang juga mati, tidak tewas dibunuh. Ia mati karena jatuh setelah kaget melihat kepala di tempat persembunyian Pak Bujang.
2. Kepala di Tempat Persembunyian Pak Bujang adalah Kepala Juwing
Foto: Netflix
Polisi hanya menemukan tubuh Juwing yang tanpa kepala. Kepala sang aktivis ini tampaknya disimpan Pak Bujang, meski bukan ia yang membunuhnya.
Ada kemungkinan, motifnya menyimpan kepala itu adalah untuk mengurus mayatnya lebih layak, seperti yang akan ia lakukan untuk jasad Thomas yang kepalanya juga terpotong.
3. Agam dan Panca adalah Bagian dari Sindikat Perdagangan Manusia
Foto: Netflix
Agam diceritakan adalah orang kaya yang punya banyak bisnis. Nah, salah satu bisnisnya ternyata adalah perdagangan manusia.
Panca sebagai kepala polisi melindungi bisnis Agam. Adapun Umi adalah kaki tangan Agam. Untuk melancarkan 'bisnis melindungi' tersebut, Panca menyuap para polisi, termasuk Thomas.
Meski begitu, Thomas tak pernah tahu persis jenis bisnis yang dijalankan Panca. Sampai akhirnya ia mengetahuinya saat mereka bepergian berdua jelang akhir cerita. Inilah yang membuat nyawa Thomas berakhir di tangan Panca.
4. Kematian Pak Bujang
Foto: Netflix
Kematian Pak Bujang masih penuh misteri. Tak bisa diketahui secara pasti sosok pembunuhnya.
Meski begitu, ada dua kemungkinan yang muncul. Pertama, ia dibunuh oleh sindikat perdagangan manusia.
Meski Agam telah mati, tapi sebuah sindikat bekerja secara sistematis. Jadi meski petingginya ada yang mati, sistemnya tetap bisa dijalankan oleh orang lain.
Sangat mungkin bahwa Pak Bujang dibunuh oleh orang dalam sindikat perdagangan manusia dengan posisi yang lebih tinggi dari Agam. Tujuannya jelas, agar Pak Bujang tak lagi mengganggu kerja sindikat.
Kemungkinan kedua, ia dibunuh oleh Ambong. Namun sulit untuk menemukan motifnya, kecuali bahwa Pak Bujang pernah membantu militer untuk menumpas komunis.
Meski begitu, sosok Ambong pun juga masih misteri, apakah ia benar ada atau tidak.
5. Identitas Bocah Laki-Laki di Akhir Cerita
Foto: Netflix
Sebelum tamat, Bukit Berduri menampilkan bocah laki-laki yang tak terlihat wajahnya. Ia ditampilkan sedang membersihkan sepatu, yang bisa kita duga sebagai sepatu tentara jika melihat bentuknya. Darah mengalir dari area tempatnya membersihkan sepatu.
Adegan ini tentunya bisa dinterpretasikan macam-macam. Ia bisa saja membunuh tentara atau menemukan tentara yang mati di hutan.
Selain itu, ia juga mungkin saja adalah Ambong saat masih kecil. Ini karena adegan itu terjadi pada tahun 1972.
Seperti diinformasikan sebelumnya, Ambong adalah anggota organisasi komunis PARAKU atau Pasukan Rakyat Kalimantan Utara. Ia jadi legenda rakyat sekaligus takhayul karena dirumorkan masih tinggal di hutan sebagai sosok siluman.
Dalam beberapa adegan, sebelum mati para korban seperti melihat sebuah fenomena yang tidak biasa, seperti angin berdesir dan burung yang beterbangan. Ini pula yang terjadi pada adegan saat Arum berada di sungai. Namun saat itu akhirnya Arum diselamatkan oleh Pak Bujang.
Jadi selain sosoknya tidak jelas apakah ada atau tidak, statusnya pun juga misterius. Apakah Ambong adalah sosok baik yang melindungi warga Dayak, atau ia sosok jahat yang membunuh sesuka hatinya?
Atau seperti kata Pak Bujang, Ambong adalah "hantu komunis", yang artinya bisa diinterpretasikan secara harfiah, bisa juga sebagai analogi atau simbolisme.
Kuncinya sepertinya memang ada di Pak Bujang, yang sayangnya telah tewas. Seperti yang selalu ia katakan pada Sanja, "Nuan (kamu) harus belajar memilih, memilih apa yang Nuan lihat".
Jadi bisa saja apakah Ambong ada atau tidak, semua bergantung pada apa yang kita pilih untuk dilihat dan diyakini.
Namun teori lainnya, ia bisa juga adalah Pak Bujang. Seperti diketahui, ia mengaku pernah membantu tentara untuk menemukan jejak para pemberontak dari PARAKU dengan masuk keluar hutan.
Meski begitu, jika teori ini benar, maka adegan membersihkan sepatu tentara yang penuh darah itu juga jadi menarik, apakah ia hanya membersihkan sepatu, ataukah ia pernah membunuh tentara saat masih kecil.
6. Interpretasi Inti Cerita Kabut Berduri
Foto: Netflix
Kabut Berduri bisa diinterpretasikan sebagai cerita kelam tentang Indonesia. Bahwa mereka yang berduit dan berkuasa (Agam)serta mereka yang memegang hukum (Panca), bisa melakukan apa pun sesuai keinginan dan ambisi mereka.
Bawahan mereka (Asraf) hanya bisa patuh menuruti kemauan tuannya, karena mereka butuh uang. Sementara mereka yang idealis (Thomas) harus tergerus dan ikut arus.
Korban yang paling menderita tentunya adalah rakyat kecil dan minoritas (warga Dayak) yang paling merasakan dampak dari kesewenang-wenangan dan kekerasan yang terjadi.
Di level individu, semuanya juga tak ada yang suci, terutama di kalangan 'atas' seperti sang komandan militer (Nicholas saputra) bahkan juga Sanja yang dilindungi atasan dan rekan-rekannya atas sebuah kejahatan.
Sanja pun tak bisa lepas dari dosa masa lalunya, karena jika ia mengaku, maka ia akan menyeret banyak orang, dan sistem akan ikut hancur bersamanya.
Bukit Berduri yang tayang di Netflix adalah film dengan plot whodunnit atau teka-teki tentang identitas pelaku dari serangkaian kasus pembunuhan. Cerita ini dipadukan dengan isu sosial, politik, dan trauma masa lalu dengan latar di Pulau Borneo, tepatnya di perbatasan Indonesia dan Malaysia.
Buat kamu yang sudah menonton tapi masih bingung dengan jalan cerita maupun ending film ini, berikut ulasannya.
Penjelasan Ending Film Bukit Berduri
1. Daftar Korban dan Pembunuh dalam Film Bukit Berduri
Foto: Netflix
Korban pertama yang ditunjukkan dalam cerita adalah Thoriq Herdian, anggota TNI yang bertugas patroli di perbatasan. Hanya kepalanya saja yang ditemukan, dengan kondisi tertebas.
Namun secara kronologi, Thoriq bukanlah korban pertama, melainkan Asraf atau korban ke-3 dalam cerita. Ia adalah pria dengan tato kepala garuda di tangannya.
Asraf dibunuh oleh Thoriq, atas perintah Agam (Kiki Narendra) yang membayarnya. Motif Agam adalah karena Asraf mencuri duitnya.
Setelah membunuh Asraf, Thoriq mengirimkan kepala Asraf ke Agam. Agam lantas membakar kepala Asraf.
Korban berikutnya adalah Juwing, aktivis Dayak yang secara keras menentang perdagangan manusia. Ia juga dibunuh oleh Thoriq.
Namun tak jelas identitas pihak yang menyuruh Thoriq membunuh Juwing. Meski begitu, hampir pasti Juwing dibunuh karena aktivitasnya yang ingin menghilangkan praktik perdagangan manusia di Borneo.
Kematian Juwing membuat Pak Bujang (Yudi Ahmad Tajuddin) berang. Ia lalu membunuh Thoriq dengan menebas kepalanya. Pak Bujang pula yang menaruh kepala Thoriq berdekatan dengan tubuh Juwing hingga jatuh dari atap warung.
Motif Pak Bujang melakukan ini diduga untuk menunjukkan pada polisi bahwa kematian keduanya saling berkaitan.
Korban berikutnya atau korban ke-4 adalah Umi, perempuan Indonesia yang bertugas mengumpulkan anak-anak Dayak untuk diperdagangkan. Ia mati dibunuh Pak Bujang.
Korban ke-5, yaitu ayah Arum juga dibunuh Pak Bujang. Motifnya adalah karena ia tak suka anak-anak Dayak diperdagangkan.
Korban ke-6 (atau ketujuh dalam cerita) adalah Thomas (Yoga Pratama). Ia dibunuh oleh komandannya, Panca (Lukman Sardi).
Korban ke-7 (atau keenam dalam cerita) adalah Panca. Ia diculik oleh Pak Bujang, dan akhirnya tewas ditangan pria itu dengan tebasan di kepala.
Korban ke-8 adalah Pak Bujang. Siapa pembunuhnya, akan dibahas lebih lanjut di bagian berikutnya.
Adapun Sindai, remaja korban perdagangan yang juga mati, tidak tewas dibunuh. Ia mati karena jatuh setelah kaget melihat kepala di tempat persembunyian Pak Bujang.
2. Kepala di Tempat Persembunyian Pak Bujang adalah Kepala Juwing
Foto: Netflix
Polisi hanya menemukan tubuh Juwing yang tanpa kepala. Kepala sang aktivis ini tampaknya disimpan Pak Bujang, meski bukan ia yang membunuhnya.
Ada kemungkinan, motifnya menyimpan kepala itu adalah untuk mengurus mayatnya lebih layak, seperti yang akan ia lakukan untuk jasad Thomas yang kepalanya juga terpotong.
3. Agam dan Panca adalah Bagian dari Sindikat Perdagangan Manusia
Foto: Netflix
Agam diceritakan adalah orang kaya yang punya banyak bisnis. Nah, salah satu bisnisnya ternyata adalah perdagangan manusia.
Panca sebagai kepala polisi melindungi bisnis Agam. Adapun Umi adalah kaki tangan Agam. Untuk melancarkan 'bisnis melindungi' tersebut, Panca menyuap para polisi, termasuk Thomas.
Meski begitu, Thomas tak pernah tahu persis jenis bisnis yang dijalankan Panca. Sampai akhirnya ia mengetahuinya saat mereka bepergian berdua jelang akhir cerita. Inilah yang membuat nyawa Thomas berakhir di tangan Panca.
4. Kematian Pak Bujang
Foto: Netflix
Kematian Pak Bujang masih penuh misteri. Tak bisa diketahui secara pasti sosok pembunuhnya.
Meski begitu, ada dua kemungkinan yang muncul. Pertama, ia dibunuh oleh sindikat perdagangan manusia.
Meski Agam telah mati, tapi sebuah sindikat bekerja secara sistematis. Jadi meski petingginya ada yang mati, sistemnya tetap bisa dijalankan oleh orang lain.
Sangat mungkin bahwa Pak Bujang dibunuh oleh orang dalam sindikat perdagangan manusia dengan posisi yang lebih tinggi dari Agam. Tujuannya jelas, agar Pak Bujang tak lagi mengganggu kerja sindikat.
Kemungkinan kedua, ia dibunuh oleh Ambong. Namun sulit untuk menemukan motifnya, kecuali bahwa Pak Bujang pernah membantu militer untuk menumpas komunis.
Meski begitu, sosok Ambong pun juga masih misteri, apakah ia benar ada atau tidak.
5. Identitas Bocah Laki-Laki di Akhir Cerita
Foto: Netflix
Sebelum tamat, Bukit Berduri menampilkan bocah laki-laki yang tak terlihat wajahnya. Ia ditampilkan sedang membersihkan sepatu, yang bisa kita duga sebagai sepatu tentara jika melihat bentuknya. Darah mengalir dari area tempatnya membersihkan sepatu.
Adegan ini tentunya bisa dinterpretasikan macam-macam. Ia bisa saja membunuh tentara atau menemukan tentara yang mati di hutan.
Selain itu, ia juga mungkin saja adalah Ambong saat masih kecil. Ini karena adegan itu terjadi pada tahun 1972.
Seperti diinformasikan sebelumnya, Ambong adalah anggota organisasi komunis PARAKU atau Pasukan Rakyat Kalimantan Utara. Ia jadi legenda rakyat sekaligus takhayul karena dirumorkan masih tinggal di hutan sebagai sosok siluman.
Dalam beberapa adegan, sebelum mati para korban seperti melihat sebuah fenomena yang tidak biasa, seperti angin berdesir dan burung yang beterbangan. Ini pula yang terjadi pada adegan saat Arum berada di sungai. Namun saat itu akhirnya Arum diselamatkan oleh Pak Bujang.
Jadi selain sosoknya tidak jelas apakah ada atau tidak, statusnya pun juga misterius. Apakah Ambong adalah sosok baik yang melindungi warga Dayak, atau ia sosok jahat yang membunuh sesuka hatinya?
Atau seperti kata Pak Bujang, Ambong adalah "hantu komunis", yang artinya bisa diinterpretasikan secara harfiah, bisa juga sebagai analogi atau simbolisme.
Kuncinya sepertinya memang ada di Pak Bujang, yang sayangnya telah tewas. Seperti yang selalu ia katakan pada Sanja, "Nuan (kamu) harus belajar memilih, memilih apa yang Nuan lihat".
Jadi bisa saja apakah Ambong ada atau tidak, semua bergantung pada apa yang kita pilih untuk dilihat dan diyakini.
Namun teori lainnya, ia bisa juga adalah Pak Bujang. Seperti diketahui, ia mengaku pernah membantu tentara untuk menemukan jejak para pemberontak dari PARAKU dengan masuk keluar hutan.
Meski begitu, jika teori ini benar, maka adegan membersihkan sepatu tentara yang penuh darah itu juga jadi menarik, apakah ia hanya membersihkan sepatu, ataukah ia pernah membunuh tentara saat masih kecil.
6. Interpretasi Inti Cerita Kabut Berduri
Foto: Netflix
Kabut Berduri bisa diinterpretasikan sebagai cerita kelam tentang Indonesia. Bahwa mereka yang berduit dan berkuasa (Agam)serta mereka yang memegang hukum (Panca), bisa melakukan apa pun sesuai keinginan dan ambisi mereka.
Bawahan mereka (Asraf) hanya bisa patuh menuruti kemauan tuannya, karena mereka butuh uang. Sementara mereka yang idealis (Thomas) harus tergerus dan ikut arus.
Korban yang paling menderita tentunya adalah rakyat kecil dan minoritas (warga Dayak) yang paling merasakan dampak dari kesewenang-wenangan dan kekerasan yang terjadi.
Di level individu, semuanya juga tak ada yang suci, terutama di kalangan 'atas' seperti sang komandan militer (Nicholas saputra) bahkan juga Sanja yang dilindungi atasan dan rekan-rekannya atas sebuah kejahatan.
Sanja pun tak bisa lepas dari dosa masa lalunya, karena jika ia mengaku, maka ia akan menyeret banyak orang, dan sistem akan ikut hancur bersamanya.
(ita)